.
.
.Mengecup hidung Kana, yang lalu menurunkan sentuhannya untuk menyapu bibir lembut di depannya.
Miu sedikit melumatnya, bagaimana pun ia menginginkan hal itu. Meski Kana masih belum membuka kedua mata.
Cukup lama, Miu bahkan menelusupkan lidah untuk menyapu setiap bagian dalam mulut anak itu, seraya mencengkram bagian di kedua rahang si manis.
Ingat!
Hanya ada 2 hal yang bisa membuat Miu puas meluapkan amarahnya. Menikmati tubuh Kana, atau menghabisi nyawa orang.Di tengah aktifitasnya, pintu ruangan terketuk. Ya, Miu menguncinya beberapa waktu lalu.
Menghentikan aksinya, Miu menoleh dengan posisi tubuh yang masih menguasai Kana di bawahnya.
Tok
Tok
TokMiu menulikan pendengaran, kembali melumat bibir Kana penuh gairah. Ia marah, juga tak dapat menyalahkan Kana sepenuhnya.
Namun saat ini, Miu hanya ingin menghukum anak di bawah kungkungannya.
Apakah Miu benar-benar akan menyetubuhi Kana yang bahkan belum sadarkan diri? Sepertinya, namun jika pintu di sudut ruangan berhenti mengganggu aktifitasnya.
Ketukan itu terjadi lagi dan lagi, membuat Miu mendengus kesal di dalam lumatan. Jemarinya bahkan dengan tak sabar, menelusup masuk untuk meremas dada indah milik Kana. Memilin dua tonjolan mungil di balik setelan pasien pada tubuh anak itu dengan kasar.
Miu menurukan lumatan dari bibir anak itu, turun untuk menyesap area leher si manis. Menekan dan menggigit bagian di sekitar.
Melakukannya lagi, Miu yang di selimuti amarah, butuh pelampiasan. Obat dari Amanda tidak bekerja lebih lama di dalam tubuhnya. Sepertinya Miu butuh dosis lebih dari itu.
Setelan pasien bagian atas tubuh Kana terangkat, menampakan perut buncit serta bagian dada si manis.
Namun bersamaan dengan itu, ponsel Miu berdering. Membuat pria itu mengeraskan kedua rahang.
Mengganggu sekali! Apa orang itu ingin mati?
Miu menghentikan aksinya, setengah berlutut di antara Kana. Meraih ponsel dari saku, itu panggilan dari Vin.
"Tuan Miu, mereka datang."
"Apa maksdumu?" Kedua mata Miu menajam, terlebih suara Vin di sebrang sana terdengar lirih.
"Pria itu, dia mengaku sebagai pria bernama Lewis. Datang dengan kekacauan."
Meremas ponsel di tangannya, nafas amarah Miu menggebu lebih.
"Aku masih berusaha, namun beberapa lainnya terluka parah. Serangan mereka bahkan masih belum berakhir."
"Bajingan!" Miu berteriak usai mengakhiri panggilan sepihak. Menoleh kembali pada Kana, menatap lekat pada anak itu. "Kita belum selesai!" Tegasnya, sesaat sebelum beranjak untuk pergi.
.
.
.Vin dan lainnya masih berjuang, melawan pasukan Lewis yang datang tiba-tiba beberapa waktu lalu. Situasi cukup kacau, saat Lewis dengan helikopternya menjatuhkan beberapa bom di bangunan megah milik Miu. Itu bukan hal yang baik.
Tawa keras Lewis memeka indera pendengaran, terdengar mencekam namun penuh kepuasan dan gairah di dalamnya. Gairah untuk melenyapkan semua yang di inginkan.
Vin terluka di bagian kaki, sempat ia tertimpah reruntuhan beberapa waktu lalu.
Ya, Lewis cukup brengsek dalam memulai permainannya. Menurunkan perintah pada pasukannya di udara untuk menjatuhkan bom pada bangunan Miu, memberi komando pada bawahan lain yang bersiaga di darat guna memberi serangan dadakan pada para anggota Miu yang tersisah.
KAMU SEDANG MEMBACA
PERFECT IN YOU || MiuKana (END) ✓
FanficSemua isi di dalam kisah adalah sebuah karya fiksi. Selamat membaca ❤️