Membuka kedua mata, Kana terkejut saat merasakan seseorang sedang menyesap setiap jengkal kaki jenjangnya. Kana mencoba bangkit, meski tangannya masih terikat. Tubuh lemahnya ia coba untuk melawan pelaku, yang tak lain adalah Kom, salah satu pembunuh bayaran Lewis.
Ingin berteriak? Itu mustahil, Kana bahkan sedikit sesak dengan gumpalan kain yang membungkam mulutnya."Kau bangun rupanya." Kom dengan seringai tajam. "Tubuhmu sangat indah, wajahmu juga sangat manis, aku penasaran. Seperti apa rasanya menikmati tubuhmu."
Kana menggeleng cepat, air matanya bahkan menetes. Menatap penuh permohonan pada Kom yang kini mengukung tubuhnya.
"Diam, atau ku hancurkan tubuhmu!" Tegasnya, saat Kana mencoba mengelak.
"Ingin menidurinya? Apa kau yakin?" Sarkas Mathew, dengan decihan singkat.
"Lihat dan dengar, karena setelahnya kau akan ikut menegang saat aku berhasil menghujam lebih dalam milikku di dalamnya."
Kana hanya mampu menangis, tubuhnya bahkan masih terasa lemas. Saat Kom dengan lancangnya mulai merobek kasar pakaian pasien yang masih terbalut di tubuhnya. Apakah aku akan benar-benar di lecehkan? Kana menjerit tertahan, mengguncangkan tubuh, mencoba melawan saat Kom kini membuka lebar kedua pahanya.
"Ku bilang diam!" Bentak Kom, menahan kedua kaki Kana agar terbuka lebar. Merobek setelan si manis dengan sempurna, di mana ia berbinar saat melihat betapa menggodannya liang senggama seorang Kana.
Kana tak henti menangis, semakin ketakutan saat pria sinting itu mulai membuka zipper dan mengocok batangnya sendiri.
"Mendesah yang keras untukku jalang." Ucap Kom, seraya melepas kain yang membungkam mulut Kana.
"Hikkss, jangan. Ku mohon." Kana menangis sejadi-jadinya. Saat Kom mulai mengarahkan batang berurat sialan itu untuk mendekat pada bagian privasinya.
"Berhenti mengeluh, dan jangan berani mengadu pada Lewis jika aku menikmati tubuhmu lebih dulu." Ucapnya dengan seringai tajam.
Kana mencoba merapatkan kedua pahanya, berusaha agar pria sialan itu tidak melakukannya. Namun tindakannya itu, justru membuatnya mendapat tamparan keras dari Kom.
"Sakit!" Kana menjerit keras, Kom menusuk satu pahanya dengan sebuah pisau.
"Melawan sekali lagi, ku hancurkan milikmu!" Tegasnya, penuh peringatan.
"Akh! Hikss! Sakit!" Kembali menjerit, saat Kom dengan kasar mencabut pisau dari pahanya. "Akhhh!!!" Kembali berteriak, merasakan sakit saat pria itu kembali menusuk di tempat yang sama. Darahnya bahkan mengalir di sana.
"Buka kedua kakimu dengan lebar jika tidak ingin ku hancurkan."
Kana menggeleng lemah, menangis histeris. Saat Kom kembali membuka kedua pahanya dengan lebar.
Di mana seperdetik setelahnya, dobrakan keras pintu ruangan membuat Mathew dan Kom menoleh bersama.
"Bajingan!" Teriak pria tersebut, yang tak lain adalah seorang Miu.
"Phi Miu!" Kana menangis keras, memejamkan kedua mata bersama sedikit rasa lega saat Miu di depan sana.
"Berani kau menyentuhnya!" Miu bersama semua sisi gelapnya, dan dengan segera menghindar saat Mathew mencoba melayangkan tembakan.
"Berhenti! Aku ku bunuh jalang kecil ini!" Kom mengancam, menodongkan pisaunya pada perut milik Kana. "Berani melawan? Maka ku bunuh jalang ini bersama bayi di perutnya."
Nafas Miu memburu, amarahnya semakin memuncak. Bukan hanya karena Kom berani menodong pisau di sana, melainkan bagaimana Kana saat ini. Pakaian di tubuh itu bahkan terkoyak berantakan, beberapa bagian tubuh termaksud area privasinya juga sudah terekspos dengan jelas, tak lupa dengan luka tusuk di paha mulus itu. Miu geram setengah mati, ingin segera melenyapkan pria yang kini setengah naked di bagian privasinya.
"Turunkan senjatamu atau..." Ucapnya terjeda, saat sebuah tembakan mendarat tepat di kepalanya tanpa peringatan.
"Tutup mulutmu sialan!" Miu yang geram, kini bergerak bagaikan bayangan. Ia bahkan menembak lampu di ruangan tersebut, tak rela jika pria bernama Mathew melihat bagian tubuh Kana.
Di mana seperdetik itu, Miu dengan sigap melayangkan serangan. Berhasil membuat Mathew berhenti bernafas beberapa detik usai pria itu memberi serangan.
Di tengah kegelapan, Miu mendekat pada Kana nya. Mendorong jasad milik Kom dengan kasar, melemparnya hingga jatuh ke lantai.
"Phi Miu." Tangisnya, saat Miu memelukmya.
Namun entah bagaimana, Miu merasakan sakit di hatinya saat melihat Kana seperti ini.
Melepas ikatan yang membelenggu Kana, membuka jas mewahnya. Membalut tubuh polos si manis dengan itu. "Tahan sebentar." Ucapnya, usai merobek bagian kemeja di tubuhnya.
"Hikss! Akh! Sakit!" Kana menjerit tertahan, saat Miu membalut luka tusuk itu, mencoba mengurangi pendarahan di sana.
Dan setelahnya, tanpa berucap, Miu beranjak sejenak. Melangkah untuk mendekat pada jasad Kom di atas lantai. Bersama pisau yang sama, Miu dengan datar menikam paha milik Kom tanpa ampun, dan bahkan sampai membuat lubang yang cukup besar di sana. Namun Miu tidak peduli, ia melakukannya atas balasan karena pria itu berani menusuk paha Kana. Tak sampai di sana, Miu bahkan menikam perut Kom tanpa peringatan. Ingat bagaiamana jika Miu sedang marah? Ya, selain melakukan hubungan intens dengan Kana di atas ranjang, maka Miu biasanya juga membunuh. Hanya ada dua hal itu yang akan terjadi.
Puas melubangi paha dan perut milik Kom, Miu beranjak. Berdiri seraya menghapus kasar cipratan darah milik Kom yang membasahi wajahnya.
Kembali mendekat pada Kana, memeluk si manis kemudian seraya mengusap punggung serta surai hitam Kana. Mencoba memberi rasa tenang untuk anak itu. "Maaf." Satu kata yang keluar dari mulutnya, kata yang melukiskan betapa menyesalnya ia saat hampir terlambat menyelamatkan Kana yang bahkan hampir saja di lecehkan.
Kana masih terisak memeluk Miu dengan sangat erat, tubuhnya bahkan masih begitu gemetar. Di mana Miu menggendongnya ala bridal setelahnya, bergegas meninggalakan ruangan itu.
.
.
.
To be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
PERFECT IN YOU || MiuKana (END) ✓
Fiksi PenggemarSemua isi di dalam kisah adalah sebuah karya fiksi. Selamat membaca ❤️