"Tunggu, apa kita bisa mempercayai dua anak itu begitu saja?" Ucap Max sedikit ragu. Membuat Tae dan lainnya saling menatap, lalu terarah pada Miu yang terlihat sibuk dengan isi kepalanya.
Di ruangan itu, tempat privasi di mana biasa mereka berkumpul untuk membahas dan menyusun setiap strategi.
"Miu." Max menunggu, begitupun yang lain.
Namun pria tampan bermata sayu itu beranjak dari kursi kebanggaannya. "Tahan dua anak itu, jangan lepaskan sebelum kita bisa memastikan jika apa yang mereka katakan benar."
Tae dan lainnya kembali saling menatap, itu bukan ide yang bagus. Terlebih Tae mengingat janjinya saat membujuk Albert di kafe saat itu.
Ya, Tae berjanji hanya akan membawa dua remaja itu untuk mengatakan banyak hal yang mereka butuhkan, lalu bertemu dengan Kana sebagai gantinya.
Bukan menahannya seperti yang Miu katakan, yang bahkan keluar dari jalur seharusnya.
"Hei Miu, tapi..."
"Lakukan, atau ku habisi dua anak itu saat ini juga!" Tegasnya, singkat namun mampu menekan orang-orang di sekitar.
Tae pun memilih diam, ia hanya tak ingin jika Miu melakukan hal lebih gila nantinya.
"Lakukan tugas kalian, persiapkan semuanya."
Tae dan lainnya menghela nafas panjang, menatap kepergian Miu dari ruangan.
.
.
.Miu yang baru tiba di rumah sang kakak, kini bergegas menuju kamar di mana Kana berada. Membuka pintu ruangan, Miu menghela nafasnya panjang.
Rupanya si manis tengah terlelap dan mengarungi dunia mimpinya.
Melangkah untuk mendekat, menuju ranjang, membaringkan tubuh di sisi anak manis itu.
Hening...
Miu terdiam, menatap lekat pada sosok indah di depannya. Dan dengan perlahan, jemarinya terulur untuk mengusap kedua pipi si manis. Hingga kemudian beralih untuk mengusap perut buncit milik Kana.
Namun seperdetik setelahnya, Ia cukup terkejut. Dan bahkan refleks menarik telapak tangannya dari sana, saat merasakan sesuatu di dalam perut bucit itu bergerak.
Mendudukan tubuh, Miu memastikan dengan pandangannya.
Dan untuk kesekian kali, ia benar-benar menyaksikan hal tersebut. Menyaksikan bagaimana malaikat kecil di dalam sana seakan bergerak.
Miu terpaku, ia bahkan masih terus menyaksikannya. Menatap wajah Kana, lalu kembali lagi pada gerakan yang ada di dalam perut itu.
Sesuatu seakan menyentuh bagian inti hatinya.
Ya, ia benar-benar tidak mengerti, mengapa dirinya bisa se-emosional ini.
Mengusap perut itu kembali, perlahan, Miu ingin merasakan bagaimana sang buah hati di dalam sana bergerak.
Oh Tuhan!
Dia benar-benar hadir di dalam sana.
Dia bergerak.
Apa dia merasa sempit di dalam perut itu?
Apakah dia menendang-nendang?Miu menaikan pandangannya, menatap wajah manis itu yang masih terlihat tenang dengan tidurnya.
Apa dia tidak merasa sakit?
Apa dia tidak merasa sesuatu di dalam perutnya bergerak?Pertanyaan lain yang datang begitu saja di dalam benaknya.
Gerakan pelan di dalam perut itu masih dapat Miu saksikan. Mendekatkan wajahnya, Miu mengecup perut Kana dengan lembut.
Perut yang masih tertutup oleh piyama kimono putih berbahan sutra.
KAMU SEDANG MEMBACA
PERFECT IN YOU || MiuKana (END) ✓
FanficSemua isi di dalam kisah adalah sebuah karya fiksi. Selamat membaca ❤️