.
.
."Apa phi bisa membunuhku saja? Dan buatlah itu menjadi hal terakhir phi membunuh orang. Dan setidaknya, aku juga tak lagi merasakan sakit dan luka karena terus mencintai phi, karena menghilangkan semuanya dari hatiku adalah hal sulit. Aku tak bisa melakukannya, dan kurasa mati di tangan orang yang aku cintai, bukanlah hal buruk." Kana tersenyum lebar, menatap Miu dengan binar mata yang sulit di jelaskan. "Tapi, bisakah itu menjadi terakhir kali phi membunuh orang?"
Tunggu! Apa anak ini gila? Batinnya.
Menatap manik mata putus asa anak manis itu membuatnya terdiam, entah mengapa sesuatu benar-benar mengganggunya sekarang. "Dasar gila!" Tegasnya, seraya menepis hal di benaknya, yang lalu bangkit untuk berdiri.
"Matilah dengan caramu sendiri jika kau ingin mati, dan jangan pernah berani lagi mengaturku!" Tegasnya, seraya memutar tubuh, hendak berlalu dari kamar itu.
Senyuman Kana melebar, kedua sorot matanya berbeda saat ini. "Mati dengan caraku?" Gumamnya, sedikit tertawa. "Ya, aku memang bukan apa-apa di mata phi, hanya sekedar jalang. Ah tidak! Kupikir lebih rendah dari itu." Gumamnya kembali. Menarik nafas dalam setelahnya, tersenyum menatap punggung gagah pria yang telah ia perjuangkan selama ini.
"Phi Miu." Suara lembutnya memanggil.
Klek!
Seperdetik itu, kedua bola mata Miu membulat sempurna. Saat ia mendengar suara pelatuk yang siap untuk di tarik.
Meraba saku jas nya mewahnya, benar saja! Rupanya Kana mengambil salah satu pistol itu dari sana.
Hingga kemudian...
"Good bye."
DUARRR!!!
Pistol di tangan Kana jatuh seketika, saat Miu menembak satu lengan anak itu.
"Apa kau gila!!!" Teriaknya, Miu bahkan sedikit berlari untuk kembali mendekat.
Leon tercengang dengan hal yang baru ia lihat beberapa detik yang lalu, saat ia baru hendak masuk ke dalam ruangan. Tuannya menembak tangan remaja malang yang masih duduk tak berdaya di atas lantai.
Namun di sisi lain, setidaknya itu tidak lebih buruk. Jika di bandingkan membiarkan Kana meledakan tengkorak kepalanya sendiri, situasi yang rumit.
Kana tersenyum, menatap lengannya yang sudah tertanam timah panas milik Miu. Darah itu bahkan mengalir tanpa henti. "Hahhaaa." Tawanya sedikit serak, menoleh ke atas menatap Miu. "Ahh, phi melakukannya, Hahhaa, terima kasih." Ucapnya kembali dengan sorot mata putus asa.
PLAK!!!
Satu tamparan kuat Miu layangkan tepat di satu pipi memar milik Kana, membuat tubuh anak itu terhuyung hingga jatuh berbaring menyamping.Menatapnya penuh amarah, entahlah, mengapa Miu semarah ini. Bukankah dia sendiri yang telah menyuruh Kana untuk mati dengan caranya sendiri?
Tamparan kuat kembali miu layangkan, seakan tak peduli dengan darah yang mengalir di tangan Kana.
"KAU BENAR-BENAR INGIN MATI!!! HAH!!!" Teriaknya, kedua tangannya kini memegang pistol. Satu di antaranya adalah pistol yang Kana ambil dari jas nya beberapa waktu yang lalu.
"Tuan!" Leon yang refleks, segera berlari guna menghentikan tuannya.
Bagaimana tidak?
Miu hampir melayangkan tamparan lagi.
Tidak! Lebih tepatnya ingin memukul kepala anak itu dengan pistol di tangannya."Ku mohon." Leon menggeleng, menatap tuannya penuh permohonan.
"Diam!" Bentaknya, menghempas kasar tangan Leon, yang lalu berteriak kuat setelahnya. Miu meluapkan semua emosi bercampur di hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PERFECT IN YOU || MiuKana (END) ✓
FanfictionSemua isi di dalam kisah adalah sebuah karya fiksi. Selamat membaca ❤️