⭐️Biasakan selalu memberikan Vote⭐️
—•oOo•—
Soya menelan ludahnya cukup kesusahan, keringat dingin terasa membasahi telapak tangannya kini, sedang kedua bola matanya tak putus menatap sosok pria yang saat ini merangkul dan mengunci tubuhnya untuk tidak bergerak. Ia panik, apa yang harus dirinya lakukan kini saat tatapan memangsa yang terpancar dari mata Alvian terus menyorotinya. Pergerakannya terbatasi, dan memangnya apa yang bisa dirinya lakukan untuk melawan? Apalagi setelah mendengar pernyataan Alvian tadi yang berujsr ‘meminta haknya’.
Oh ayolah, kalimat itu terlalu ambigu untuknya.
Dan, oh Astaga! Apa yang harus dirinya lakukan? Ia tahu saat ini bibir miliknya menjadi atensi penuh Alvian. Tubuhnya kian menegang saat pria itu turut, mendorong punggungnya untuk semakin merapat sampai telapak tangan itu kini singgah di tengkuknya. Soya seketika itu juga langsung merinding, nafasnya tiba-tiba tercekat.
FOR GOD'S SAKE!
Alvian menggigit pipi bagian dalamnya menahan agar tawanya tak menyembur saat itu juga saat melihat ekspresi tegang Soya saat ini. Dia jadi semakin senang untuk menjahili lebih jauh gadis itu, tetapi dering ringtoon panggilan mengagalkan niatnya itu.
Merasa memiliki kesempatan, Soya langsung mendorong tubuh Alvian agar menjauh darinya ketika pria itu lengah, kemudian tanpa mengulur waktu dia langsung melarikan diri keluar dari dalam kamar.
Dengan nafasnya sedikit agak tersenggal, Soya kemudian mendudukan dirinya di kursi meja makan ketika sampai di area dapur.
Gila! Tadi hampir saja!.
"Sinting kali tu Om-om! Pagi-pagi udah mesum! Kenapa bisa gue mau nikah sama dia coba....???" keluhnya menarik rambut dramatis.
"Astaga!" Gadis itu baru ingat jika dirinya sedang mencuci pakaian tadi.
Bergegas dirinya bangkit dari duduknya dan berlari pergi menuju tempat mencuci di belakang dapur. Sekiranya sekitar 5 menit dia selesai memindahkan semua pakaian dalam mesin cuci ke dalam keranjang pakaian, ia akan langsung menjemurnya di belakang rumah, cuaca hari ini cukup bagus, matahari sudah bersinar terang walau jam baru menunjukkan pukul 8.
"Biar saya yang angkat."
Seruan menginstrufsi itu menghentikan pergerakan Soya yang hendak mengangkat keranjang berisi pakaian cuciannya, ia kemudian menoleh dan mendapati sosok Alvian tengah berjalan beberapa meter menujunya. Setelan kantoran yang disiapkannya tadi kini sudah terpasang di tubuh pria itu.
"Gak usah!" ketus Soya, menolak mentah-mentah bantuan Alvian tadi.
"Siapa yang minta persetujuan kamu?" balas Alvian.
"Yaudahlah sih, kalo mau pergi kerja ya pergi aja sana!" usir Soya masih dengan nada ketusnya.
Namun Alvian sama sekali nampak tidak peduli akan penolakan dan sikap ketus Soya tersebut, pria itu maju selangkah kemudian meraih keranjang berisi pakaian yang berada di bawah kaki Soya itu untuk dia angkat dan bawa menuju taman belakang rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Merried to Om-om
RomanceAbad 18 sudah berlalu, tetapi di abad 21 ini Lisoya masih terjebak dalam skema perjodohan yang diatur orang tuanya. Menikah dengan pria yang 9 tahun lebih tua darinya, hal tersebut tak pernah terbayangkan akan terjadi dalam hidupnya oleh mahasiswi k...