35. Sah-sah Saja

954 93 19
                                    

⭐️Biasakan selalu memberikan Vote⭐️

Dua garis nampak muncul, menambah kadar ketegangan dalam diri sosok yang memegang benda tersebut kian melonjak berubah menjadi panik sampai seluruh tubuhnya bergetar hebat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dua garis nampak muncul, menambah kadar ketegangan dalam diri sosok yang memegang benda tersebut kian melonjak berubah menjadi panik sampai seluruh tubuhnya bergetar hebat. Benda kecil itu pada akhirnya jatuh dari genggaman jemari tangan seseorang yang sejak tadi menggenggamnya.

“Nggak, ini nggak mungkin... Nggak mungkin...” lirih Jenia menggeleng panik bercampur takut.

Masih merasa tak mempercayainya, dia kembali mengambil testpact yang tadi dijatuhkannya guna memastikan jika penglihatannya salah. Tetapi garis merah di alat tersebut benar adanya.

“Nggak. Ini pasti salah, alat ini pasti rusak...” gelengnya dengan wajah yang pucat pasi.

Tangannya yang bergetar mengambil tiga bungkusan tespek lain yang dibelinya dari merk yang berbeda, dia membuka bungkusannya dengan tergesa sampai membuat isian tespek di dalamnya jatuh. Dia akan memastikan jika tespek yang pertama rusak.

Gadis itu menunggu dengan perasaan harap-harap cemas, berjongkok dengan wajah pucat pasi dan tubuh yang bergetar seolah baru saja mengalami syok berat. 10 menit berlalu, dia memberanikan diri mengecek ketiga tespek yang tadi digunakannya, membalik secara bersamaan. Dan hasil dari benda itu sukses membuatnya memejam meneteskan air mata.

“Nggak! Itu nggak mungkin!” ucapnya setengah menjerit.

Dia terisak merasa putus asa, ketiga tespek itu menunjukkan hasil yang sama. Itu berarti saat ini dia benar-benar tengah mengandung, hasil dari tindakan bodoh yang dilakukannya.

“Nggak mungkin.....” isaknya seraya memegangi kepalanya. Rambutnya nampak begitu acak-acakan setelah dia usak tak beraturan berkali-kali sebagai pelampiasan atas ketidak terimaan dirinya pada fakta yang didapatkannya saat ini.

—•oOo•—

Alvian terbangun dari tidurnya saat merasakan bias sinar matahari menyorot wajahnya. Dia mengerjap dan tersadar jika sejak semalam dia berada di ruang kerjanya. Saat melihat jam, waktu menunjukkan pukul enam pagi, jika dilihat dari waktu terakhir yang dia ingat nampaknya dia tertidur selama tiga jam.

Pria itu meregangkan otot-otot tubuhnya, rasanya begitu kaku dan pegal di beberapa titik, terutama di bagian lehernya. Mungkin itu karena dirinya tidur dalam posisi duduk. Dia kemudian memutuskan untuk keluar dari ruang kerja pribadinya itu, seraya menguap beberapa kali. Sesampainya di kamar dia memutuskan untuk langsung mandi agar tubuhnya kembali segar. Tetapi langkahnya terhenti ketika mendapati setelan pakaian kantor yang tersimpan rapih di atas tempat tidur di kamarnya.

Dia mengernyit bingung, seingatnya semalam dia tak melihatnya ada di sana, dan dia sendiripun tak merasa melakukannya semalam. Memang bukan sesuatu hal yang tak biasa, karena Soya setiap pagi selalu melakukannya ——menaruh setelan kantor yang sudah disetrikanya untuk dia kenakan. Tetapi saat ini Soya sedang tidak berada di rumah, istrinya itu ada di rumah orang tuanya. Jelas saja Alvian masih mengingat pesan gadis itu semalam.

Merried to Om-omTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang