34. Penjelasan dari Tio

706 88 15
                                    

⭐Biasakan selalu memberikan Vote️⭐️

Berangkat bersama-sama menuju caffè tempat janji temunya dengan Tio, di tengah perjalanan mendadak Lilis mengatakan jika Ayahnya baru saja mentransfer uang, lantas saja gadis itu pamit sebentar pada Soya untuk menarik uang di gerai ATM terdekat un...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Berangkat bersama-sama menuju caffè tempat janji temunya dengan Tio, di tengah perjalanan mendadak Lilis mengatakan jika Ayahnya baru saja mentransfer uang, lantas saja gadis itu pamit sebentar pada Soya untuk menarik uang di gerai ATM terdekat untuk memenuhi kebutuhannya di caffè nanti. Padahal Soya sudah mengatakan jika dia yang akan menangguhnya.

Sesampainya di tempat tujuan, tak disangka ternyata Tio baru saja sampai juga di tempat itu. Pemuda itu datang menyapa, kemudian mereka masuk secara bersamaan ke dalam caffè.

“Gue mau langsung aja di sini,” ucap Soya.

“Tapi sebelumnya Li, gue bener-bener minta maaf sama lo atas masalah ini,” ujar Tio.

“Di sini gue cuma minta kejelasan dari lo. Tentang ucapan Jenia tempo lalu, dia gak mungkin ngomong gitu aja tanpa sebab yang pasti,” kata Soya.

Tio nampak memejam sesaat dengan kepala menunduk. Seolah merasa kesulitan untuk berbicara. “Maaf. Itu salah gue, gue minta maaf banget sama lo. Waktu itu gue lagi bener-bener emosi, Jenia yang cemburuan buat gue lama-lama muak. Dia nuduh gue selingkuh sama lo, dan di pertengkaran kita yang terakhir kali, waktu itu gue kepalang emosi dan iyain tuduhan Jenia.”

“Tio,” perohong Jillian.

“Iya. Itu kesalahan fatal yang mestinya gue pikir dua kali sebelum gue lakuin,” sesal Tio.

“Lo tau kan gara-gara itu sekarang gue dapet perlakuan buruk dari anak-anak kampus. Lo gak tau gimana merasa rendahnya diri lo saat orang-orang terus ngomongin lo yang nggak-nggak. Lo gak tau itu karena lo gak ngerasain. Harusnya lo pikir dua kali sebelum ngomong, dampak dari apa yang lo ucapin sekarang nyeret gue yang gak tau apa-apa,” ucap Soya setengah menahan tangis.

“Maaf, maaf, maaf....” ucap Tio penuh sesal.

“Maaf lo gak bakal selesain masalah ini. Nama gue udah buruk di mata semua orang.”

“Sorry Li... Gue janji bakal selesain masalah ini secepatnya.”

“Baiknya lo ngomong sama Jenia. Selesain masalah lo sama dia, ralat ucapan yang sempet lo bilang sama dia.”

“Oke. Abis ini gue bakal temuin Jenia, ngomong biar dia klarifikasi ucapan dia waktu itu, dan minta maaf sama lo.”

“Itu bakal memperkeruh keadaan Tio. Dengan lo ngomong gitu, kesannya lo seolah bela gue. Jenia bakal tambah salah paham.”

“Terus gue harus gimana? Selain Jenia di sini juga gue sama-sama sakit. Dia cewek keras, waktu itu awal mula permasalahan kita gara-gara dia. Gue liat dia sering chatan sama Bara anak fakultas Teknik, gue nyoba nanya dan dia jawab kalo cuma mereka temen. Gue awalnya gak masalahin itu karena tau Bara itu temen satu angkatannya waktu SMA. Tapi hari itu gue liat dia jalan bareng sama tu cowok, ke bioskop, berdua. Dan hal yang sampe sekarang jadi alasan gue sakit hati dan kecewa, gue liat dia dengan mata kepala gue sendiri kissing sama tu cowok yang katanya cuma dia anggap teman se-SMA. Perasaan lo kalo di posisi gue gimana? Kepercayaan besar yang gue percayain sama dia ternyata dibalas pengkhianatan. Brengseknya saat gue tanya dia jawab kalo itu khilaf, dengan mudahnya minta maaf dan minta kewajaran dari gue. Gue jelas gak terima, waktu gue protes dia justru malah mutar balik fakta kalo gue yang duluan selingkuh dari dia. Gue emosi, dan saat itu juga iyain tuduhan dia tentang hubungan lo sama gue,” papar Tio panjang lebar.

Merried to Om-omTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang