Pemuda bermata merah Ruby itu masih terdiam di tempat, memikirkan kemana perginya adik pertama nya ini, entah Halilintar panik atau tidak, kenyataan nya perasaan nya tidak merasa tenang setelah apa yang sudah ia perbuat malam tadi
"Dimana Taufan!?!"
"Apa dia sudah bangun?"
"Atau seseorang menolong nya?!"
"Tapi tidak mungkin,semua orang tidak ada yang bangun dan panik, pertanda bahwa mereka semua tidak tahu"
"Siapa yang membersihkan darah Taufan?"
"Tetapi noda di dinding masih tetap ada"
"Apa Taufan sendiri yang membersihkan darah nya sendiri!?"
"Lalu di mana ia sekarang?"
Tanpa ia sedari ia bertanya kepada diri nya sendiri terlalu banyak,seketika orang yang di kenal dengan irit bicara itu mengeluarkan kata-kata panik nya
Ia kemudian kembali berbalik arah dan kembali berjalan melewati lorong lorong yang di samping nya ada beberapa pintu kamar tidur,ia berhenti di pintu bernuansa biru safir dan lambang angin kecil di tengah nya
Tok...tok...tok..
Ia mengetuk pintu itu dengan pelan, seperti saat Thorn mengetuknya,dan juga tidak ada jawaban, benar benar sama seperti saat Thorn mengetuknya
Tok..tokk..
Hening,masih belum ada jawaban dari dalam kamarnya
"Tak ada suara apapun dari dalam..."
Ia mendekatkan telinganya ke pintu itu dan sejenak ingin mendengar apa yang ada di dalam,tapi dugaan nya salah,tak ada suara apapun dari dalam kamar itu
"Apa ku buka saja.."
Ia terus mengucapkan kata-kata itu di dalam hati.Tak ingin berlama-lama ia akhirnya lebih memilih untuk membuka pintu nya
"Apa pintu nya terkunci?.."
Krekk..
Tapi kenyataannya tidak, pintu itu tak terkunci,mungkin Taufan lupa? entahlah,ia sudah terlalu lelah untuk mengunci pintu kamar nya sendiri
"Gelap dan dingin..."
Halilintar tak melihat apapun,karna Ruangan itu benar-benar gelap,sinar bulan itu sudah pergi,hanya udara yang semakin dingin dan sejuk,jendela nya masih terbuka
Ia kemudian mengentikan pandangan nya kepada seseorang yang sedang tertidur pulas di ranjang itu, wajah nya tak terlihat karna terlalu gelap, benar benar menyakitkan
"Taufan?.."
Lagi-lagi tanpa ia sedari ia mengucapkan kata-kata itu,lantas ia sedikit kaget,tapi ia lebih kaget lagi saat Taufan tak menjawab dirinya
"Taufan..!?"
Kali ini suaranya sedikit keras, tetapi nihil,tak ada jawaban lagi dari nya,Taufan masih setia akan kegelapan nya
"Apa dia tidur?"
Ia mendekat ke ranjang tempat di mana manik biru safir itu tertidur,ia mendeketinya perlahan,ia akhirnya bisa melihat wajah Taufan meski hanya remang remang saja
"Wajah pucat"
"Bibir nya juga.."
Ia tapi tak melihat bahwa pipi nya juga mulai memirus,toh makan saja tak teratur,atau tidak pernah sama sekali
Ia kemudian kembali dan berjalan menuju pintu kamar dan hendak keluar.Kenapa ia tak meminta maaf?apa ia masih belum sadar akan perbuatannya? benar benar miris kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Where's That Sincere Smile?
General FictionKisah seorang pengumbar tawa yang menyembunyikan semua luka di balik topeng senyuman tulus nan indah, tetap tersenyum meski hatinya tercabik-cabik dan tersayat oleh saudara nya sendiri, setiap hari selalu tetap setia mengukir senyumannya dan menyem...