Suara yang memanggil nya itu sampai di telinganya, tetapi Taufan tak mendengar nya,ia tetap tertidur pulas,atau mungkin karena pingsan jadi ia tak mendengar panggilan yang menyebutkan kan namanya
"Kenapa dia diam saja?"Halilintar heran, setiap kali Taufan tidur,ia tak pernah terbangun kan sama sekali,saat ia memanggil kan nama nya
Orang biasa seharusnya bisa terbangun dari tidurnya,jika ada orang yang memanggilnya,tapi ini tidak,ia tak terusik sama sekali,bahkan posisi nya tak berubah sedikit pun.Dan hannya Halilintar yang menyadari akan darah yang mengering di tangan manik biru safir ini
"Apa aku perlu membangun kan nya?"Halilintar mungkin akan melakukan nya
Tangannya kini sudah sedikit melayang, jari-jari nya sudah siap untuk menyentuh nya.Saat tangan itu sudah akan menyentuh bagian punggung Taufan...
"Selamat pagi para murid.."
Guru sudah muncul begitu saja, padahal tangan itu sudah meraih punggung nya,hanya tinggal beberapa inci saja.Oh memang mengacau saja.kenapa guru ini masuk sebelum bel berbunyi..
Kini tangan itu kembali turun,tak jadi meraih punggung Taufan, Halilintar kembali berbalik badan dan duduk di kursi nya
Sementara Taufan?ia masih tidur atau lebih tepat nya pingsan,ia tak mendengar ucapan selamat pagi dari gurunya.Lantas semua murid yang tadinya berlalu lalang dan bermain kembali ke tempat duduk kursinya masing-masing
"Selamat pagi Bu guru.."ucap semua murid di kelasnya
Guru itu heran,kenapa ada satu anak yang tidak menjawab suaranya,dan anak itu tertidur pulas.Ia lantai mengambil langkah dan berjalan menuju di mana Taufan tertidur.Untunglah guru itu bukan guru yang sama seperti hari Sabtu kemarin.Kali ini guru yang mengajar adalah guru yang baik
Hingga sampai di depan meja Taufan,Guru itu ingin membangun kan nya
"Nak...."
"Nak..bangunlah.. pelajaran sudah di mulai.."ucpa guru itu seraya memegang punggung Taufan, seharusnya Halilintar lah yang akan memegangnya tadi
"Nak.."
Belum ada jawaban,ia pun bertanya kepada murid lainya
"Siapa nama murid ini?.."
"Taufan Bu.."ucap salah satu murid di kelas
Ia kemudian sekali lagi akan membangun kan manik biru safir ini
"Nak..Bangunlah.."
"H-hmm"suara yang di tunggu-tunggu oleh guru itu pun terdengar..,dan Halilintar kaget dengan suara itu,ia langsung membalikkan badannya
"Nak..."
"Ughhh.."lenguhan kecil terdengar dari mulut nya
Akhirnya Taufan kini terbangun, mungkin panggillan dari gurunya lah yang bisa membangun kan nya,ia kemudian kembali mengangkat kembali kepalanya,rasa sakitnya sedikit hilang, meski masih sedikit terasa
"M-maaf buu.."
"Maafkan aku Bu,aku tertidur di sini.."
Ia mengucapkan kalimat ,dengan lemas nya, bagaimana tidak lemas?makan saja ia tidak
"Sudahlah tidak apa,lebih baik cuci muka terlebih dahulu.."
"Y-ya Bu baiklah..."Taufan beranjak pergi dari kursi duduknya, kembali melangkah dan berjalan dengan pelan dengan kaki yang lelah, sementara Halilintar hanya menatap punggung Taufan yang sudah tak terlihat lagi
Tak lama Taufan kembali, penampilan nya menjadi sedikit lebih bugar dan lebih baik,ia kembali menuju ke tempat kursinya
Ia sampai di Toilet,menuju bagian wastafel, beruntung nya ia kali ini belum juga berpapasan dengan para berandalan Itu, Taufan segera membasuh muka nya
KAMU SEDANG MEMBACA
Where's That Sincere Smile?
General FictionKisah seorang pengumbar tawa yang menyembunyikan semua luka di balik topeng senyuman tulus nan indah, tetap tersenyum meski hatinya tercabik-cabik dan tersayat oleh saudara nya sendiri, setiap hari selalu tetap setia mengukir senyumannya dan menyem...