Chp 9||Apakah Kehadiran Ku sebuah kesalahan?•

1.5K 160 17
                                    

Pemuda bermata manik biru safir itu masih berdiri di depan wastafel nya,sambil mengontrol nafasnya,mata nya sudah sayu,wajah nya pucat pasi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pemuda bermata manik biru safir itu masih berdiri di depan wastafel nya,sambil mengontrol nafasnya,mata nya sudah sayu,wajah nya pucat pasi

Hingga akhirnya ia mendengar dentingan Piring dan sendok yang berbunyi,ia menoleh ke arah suara itu,dan melihat ke 6 saudara nya makan dengan lahap.Ia melihat meja makan itu,ada satu kursi kosong yang tersisa,bahkan sudah berdebu

Hanya ada enam piring di sana,di kursi kosong itu tak di beri piring.Taufan merasa sedih dan masih berpikir kenapa hanya karena sebuah tuduhan, saudara nya mulai menjauhi nya

"Tidak masalah mereka mau menjauhi ku,tapi jangan lah juga membenciku,bahkan menghinaku.."

Taufan mengutarakan isi hatinya,di saat ia menatap meja itu,ia melamun lagi.Hingga satu orang tiba-tiba berbicara

"Hei Pembunuh..,Apa yang sedang kau lihat!!"

Blaze mulai mencaci maki Taufan lagi,ia menatap nya dengan tatapan remeh.Sementara Taufan?ia menunduk,masih berdiri di ambang wastafel, membiarkan mata biru safir nya tertutup rambut surai coklat nya

Lagi -lagi ada orang yang menyahut blaze

"Ya benar hanya merusak pemandangan dapur ini saja ahaha.."Solar menertawakan Taufan dengan tatapan sinis nya

Yang lain?Ice hanya diam,ia tak peduli dengan ocehan orang-orang di samping nya,ia lebih memilih untuk sibuk dengan urusan makanannya.Sementara Thorn memasang muka khawatir,ia tak mau Taufan merasakan ini lagi

Halilintar melihat Taufan yang masih menunduk

"Hei Pembunuh kenapa masih diam saja?apa sekarang kau bisu ya!!.."

"MUNGKIN JIKA KAU TAK LAHIR MAKA SEMUA INI TAK AKAN TERJADI!!"

Deggg-

Siapa yang tidak berkeping keping hatinya saat ia di lontarkan dengan kata-kata menyakitkan dari saudaranya kandung nya sendiri?

Tesss-

Satu dari beberapa tetes air mata itu sudah keluar, Taufan sudah mengeluarkan air mata nya saat masih menunduk

Ia kemudian melangkah pergi ke kamar kembali,untuk apa ia tetap di sana,makan saja harus merasakan hinaan hinaan dari saudaranya.Dengan keadaan kepala yang masih menunduk ia berjalan

"Hei sudah jangan berkata seperti itu lagi Blaze, semuanya cepat habis kan makanan kalian!!..."Entah Gempa sudah peduli atau tidak pada Taufan, tetapi ia menyudahi acara menghina nya itu, setidaknya akhirnya ke dua orang itu diam

Sementara Gempa menoleh ke punggung yang sudah hampir tak terlihat itu,ia melihat Taufan berjalan dengan lemas nya,ia berjalan seperti orang lung lai.Sesekali Taufan kembali berhenti dan berpegangan pada benda yang ada di sekitarnya agar bisa menyeimbangkan jalannya

Gempa memulai memasang raut wajah khawatir

"Pasti hati kak Taufan sakit.."Gempa merubah raut wajah nya menjadi sedih

"Apa Kak Taufan baik" saja, setelah apa yang dikatakan Blaze dan Solar?,aku mulai khawatir.."

Hanya Thorn dan Gempa yang masih menatap kepergian Taufan

* * *

Ceklek..

Taufan pun membuka pintu kamarnya, hening lagi,itu yang ia rasakan.Kemudian Taufan menutup lagi pintu nya, segera ia duduk sambil meringkuk dan punggung yang bersender kan bagian samping ranjang nya,ia tak menyalakan lampu,dan membuka tirai jendela serta membukanya.Hanya ada sinar sang Luna yang menyinari kamar gelap itu

Ia kembali mengeluarkan air mata nya dan melampiaskan semua rasa sakit nya sambil menatap sang malam

"Hikss..hiksss ibu... Ayahh..hikss.."

"Kenapa hikss.."

"KENAPAA!!!..."Taufan benar-benar melampiaskan nya

"Apa mereka sebenci itu padaku hiks..hiksss.."

"Ibu... Ayah.. aku rindu kalian.."

"Hiks.. hikss aku rindu dimana kalian masih ada di samping ku"

"Aku rindu dimana saudara-saudara ku masih menyayangi ku"

"Berbagi canda tawa.."

"Bermain bersama"

"Pasti hiks...asik.. ya kan Bu,Ayah..?"

"Tapi sekarang semua nya itu tinggal sebuah kenangan saja..."

"Apa benar kesalahan terbesar dalam kehidupan saudara ku adalah KEHADIRAN KU SENDIRI?"

Ia kemudian mengambil sesuatu dari laci kecilnya yang seharusnya ia tak ambil.Benda itu kecil,tajam,dan sangat mengkilap karna silau an dari Sinar sang Luna

"Benda ini benar benar indah kan Bu,ayah..."Taufan mengucapkan nya sambil tersenyum tipis

Ia sudah mendekatkan benda tajam itu ke pergelangan diantara telapak tangan,tepat di urat nadi biru nya

"Nak, teruslah tersenyum dan jangan menangis.."

Bayangan ibunya muncul kembali, seolah olah itu melarang Taufan yang akan di kehendaki nya

"H-hah apa..?"

~Ting-sring..

Pisau kecil itu terjatuh menyebabkan suara nya sedikit bising di telinganya, Taufan masih ingat terhadap amanah ibunya
Ia kembali meletakkan benda mengkilap itu di atas meja belajar nya dan tubuhnya kembali meringkuk seperti tadi,air matanya masih mengalir,tapi kali ini tanpa ada suara dari bibir nya,hening....
Mata biru safir itu kembali tertutup dan kepala nya menunduk di antara ke dua kaki dan kedua sikunya yang saling melipat di tubuhnya

To be continued..

Where's That Sincere Smile?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang