Mereka masih sibuk dengan kegiatan nya masing- masing, sementara Gempa hanya menatap kepergian Taufan dengan sedikit meneliti, mungkin kah ia akan mulai peduli dengan nya?.Entahlah..
Taufan mulai menaiki tangga menuju lantai ke 2, kemudian mulai berjalan melewati lorong sedikit panjang ada lima pintu yang terpampang dengan warna mereka masing-masing ,serta ada sedikit manik-manik gantungan kecil melambangkan diri mereka sendiri tertempel di tengah dinding pintu, Contoh nya Halilintar bergambar lambang petir merah dan masih banyak lagi bagi 6 saudara nya,oh tidak-tidak mungkin bukan 6 tapi 5..
Taufan sampai di Pintu pertama bernuansa merah gengan sedikit garis hitam,pintu itu terbuka, menggambarkan Halilintar yang sedang membaca buku di bawah lantai sambil bersender bagian samping ranjang nya
Ia melihat Taufan berjalan pelan bahkan seperti orang yang tidak pernah makan,tapi itu memang kenyataannya bagi Taufan,sarapan satu meja saja Taufan tak ingat kapan itu terjadi
Halilintar kemudian menoleh ke luar kamar melihat Taufan, sementara Taufan menyadari Halilintar sedang melihat nya datar,Taufan pun berhenti dan ikut menoleh.Mereka saling bertatapan untuk beberapa detik,tapi kali ini Taufan tidak mengeluarkan senyum nya,ia juga menatap sang kakak pertama dengan datar,tatapan mata nya yang kosong, benar benar kosong
Halilintar tak pernah melihat Taufan seperti ini, bahkan tatapan kosong itu terlihat sayu, Wajah nya saja sudah pucat
"Taufan?"
"Kenapa baru kali ini aku lihat dia seperti ini, tatapan nya benar benar kosong"
"Wajah nya juga pucat sekali"
Halilintar berbicara dalam hati,mana mungkin ia mengucapkan kan nya langsung dengan suara nya
Taufan lebih dulu kembali menatap lurus jalan nya,dan tidak lagi menoleh Halilintar,
Ia tak berbicara dalam hati nya, mungkin kah ia mulai lelah?Tanpa Halilintar sedari ia berbicara dalam hatinya "Apa dia baik'-baik saja?"
Taufan terus melangkah hingga ke depan pintu bernuansa biru dan garis putih dan berlambang kan angin di tengah tengah nya seperti yang lain,ia kemudian membuka pintu tersebut
"Bau nya seperti debu-debu di jalan saja"ucap Taufan
Ia juga Tak lupa menutup pintu itu kembaliIa kemudian kembali melangkah lagi menuju jendelanya, memang benar-benar suhunya panas di karenakan terik sang mentari.Kemudian ia membuka jendela nya, membiarkan angin dari luar rumah ini masuk ke dalam kamar manik biru safir ini
Seperti nya memang Taufan lelah,ia mulai merebahkan tubuh ringkih nya ke ranjang kesayangan nya
"Memang tempat ternyaman adalah kamar ku sendiri... haha"ia mengucapkan nya dengan sedikit tertawa canggung
Taufan menatap langit dari jendela nya, memang indah meskipun terik, mungkin ada juga suara burung berkicau an dan bergema.Ia terus menatap nya
Hingga beberapa menit kemudian..
"Aku harap ini hanyalah sebuah mimpi,dan aku terbangun dengan keadaan semua yang sedia kala,kedua orang tua ku yang masih ada di sini, saudara ku yang masih menyayangi ku,berbagi canda tawa yang hangat, pasti asik ya..."
Kemudian ia memejamkan mata manik biru safir nya,ia merasa lelah.kemudian mulai tertidur, membiarkan kegelapan mengambil alih alam sadar nya untuk sementara
Sudah satu jam mungkin ia tertidur, Taufan masih setia dalam pejam nya,ia lelah menghadapi semua nya, mungkin jika saat di sekolah bayangan ibunya tak muncul, mungkin ia sudah berada di atas sana dengan kupu-kupu berterbangan, rumput hijau nan rindang, serta langit biru yang cerah, mungkin kalian pasti tahu itu dimana kan..
Tapi aneh nya saat Taufan tidur,tiba tiba liquid bening itu keluar lagi dari matanya , tetapi kali ini dengan mata yang masih terpejam, mungkin kah apa yang di mimpikanya?,ini mungkin juga aneh,Tapi semua hal bisa terjadi ,mau itu keajaiban atau Kemalangan seseorang,kini Taufan mengeluarkan air mata nya dalam keadaan mata yang masih terpejam..
To be continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
Where's That Sincere Smile?
Ficción GeneralKisah seorang pengumbar tawa yang menyembunyikan semua luka di balik topeng senyuman tulus nan indah, tetap tersenyum meski hatinya tercabik-cabik dan tersayat oleh saudara nya sendiri, setiap hari selalu tetap setia mengukir senyumannya dan menyem...