Saat Si mata manik biru sapphire itu setengah berjalan sampai tiba dadanya semakin sakit ,tapi Taufan tidak peduli,ia terus berjalan ke lorong tempat yang ia tuju
Saat masih melangkah tiba-tiba ia berpapasan dengan saudara nya yang memakai kaca mata visor berwarna oranye ,ya dia adalah Solar,ia sedang melayani penggemar nya yang meminta tanda tangan,sudah sikap nya yang Narsis dan sombong itu
Taufan pun ingin menyapanya meski sebatas lambaian tangan.Baru saja ia ingin melambaikan tangan, Solar sudah berbicara duluan
"Hai Solar.."ucap Taufan dengan senyuman khasnya
Tapi bukan Jawaban yang indah yang ia dapatkan malah sebaliknya
"Apa si kau pembunuh,aku mendengar suara mu saja gendang telinga Ku sudah sakit!!"dia mengatakan dengan keras, tentu para penggemar nya kaget tpi ia tak peduli
"Sudah sana Pergi aku muak melihat mu!!!" Ucap nya lagi dengan lantang nya
Degg
Hati Taufan terasa terasa tersayat kembali setelah mendengar kata pedas yang keluar dari mulut Solar,Taufan tahu pasti ini yang akan ia dapatkan,tapi ia tetap tersenyum meski pun ia ingin meneteskan air mata nya
Bukankah sebuah senyuman juga akan hilang nanti nya dan tidak bertahan lama
Taufan segera pergi meninggalkan Solar, sementara Solar menatap kepergian Taufan dengan remeh
Sampai di wastafel ia mencuci muka nya, setidaknya muka nya tidak akan mengantuk lagi,ia juga sekalian akan memenuhi panggilan alam nya
Saat selang beberapa menit selesai dari dalam WC nya ia mulai berjalan dan ingin membuka pintu,tapi ada yang salah dengan pintu nya,pintu itu tak mau terbuka,pintu itu terkunci rapat
Ceklek
"Eh kok tidak bisa ku buka seseorang tolong aku,aku terkunci di sini" ucap nya"Apa ada orang di sana"
Ia mencoba membuka pintu nya,tapi nihil usaha nya sia-sia
Brshshhs bugk~
"Huwa!?!" Ia berteriak
Betapa kagetnya Taufan saat ada guyuran ember berisi air bekas kain pel yang menimpa tubuhnya,air itu sendiri dingin dan bau.Ia kemudian mendengar suara tertawa dari luar pintu WC,Taufan kenal suara itu,ya.. itu adalah suara berandalan yang selalu membully Taufan"Baguslah dia sekarang basah kuyup"ucap ketua berandalan tersebut bernama Rio
"Hari ini kau ku siram saja dengan air yang bau ini,dan lain kali akan aku lukai kau dan ambil uang mu ahaha"ucap nya lagi sambil tertawa remeh lalu meninggalkan nya dengan pintu yang masih di kunci
Taufan yang dari tadi mendengar itu hanya diam dan duduk di closet tertutup,menatap lantai dengan tatapan kosong di matanya,ia tidak menyembunyikan wajah menyedihkan nya dan senyuman nya mulai menghilang,ia termenung mengingat masa lalu yang juga pernah ia rasakan sebelumnya,tapi saat itu ada sang kakak yang menolong nya
Flashback
"Kak tolong aku kak orang mengunci ku di sini"
ia menangis berharap sang kak membantu nya, berandalan itu kemudian ingin meninggalkan Taufan yang masih terkunci di dalamTiba-tiba
Bugh
Pembully itu mendapat tendangan keras dari perutnya,ia kesal dengan mereka karna mengganggu adik yang ia sayang
"Akh apa ini!!"ucap Rio sedari merintih kesakitan Karna perut nya yang di tendang Halilintar
"Lain kali jangan menggangu Taufan lagi,dia itu adikku,kau tidak boleh melukai nya!!!"Ucap sang kakak sambil mencengkram erat kerah baju Rio
"Tch! Lain kali kan ku balas"Rio kemudian pergi meninggalkan Halilintar
Halilintar segera membuka pintu tersebut dan kaget melihat adik nya sangat takut dan menangis
"Cup sudah aku sudah menyelamatkan kan mu, jangan menangis"ia kemudian mengusap air mata sang adik
"Hiks..hikss terimakasih kak Hali hiks"Taufan berterima kasih kepada Halilintar karna sudah menyelamatkan diri nya
"Sudah² tidak perlu menangis lagi cengeng"ucap nya sambil mengejek Taufan
"Ih kak Hali"
"Lain kali aku tidak akan ini terjadi lagi,aku akan selalu melindungi mu"
"Hiks.. kakak janji kan?"
"Ya aku janji"
Ending Flashback
Ia merindukan Kakak nya yang seperti ini,dia ingin menangis, kakak nya sendiri mengingkari janji nya
"Mana janji kakak....."
KAMU SEDANG MEMBACA
Where's That Sincere Smile?
Fiksi UmumKisah seorang pengumbar tawa yang menyembunyikan semua luka di balik topeng senyuman tulus nan indah, tetap tersenyum meski hatinya tercabik-cabik dan tersayat oleh saudara nya sendiri, setiap hari selalu tetap setia mengukir senyumannya dan menyem...