Malam akan semakin berjalan, tetapi sinar sang Luna akan sirna dalam sekejap, tertutup kabut awan yang tebal di sana,hawa angin yang akan semakin sejuk dan dingin,menerpa tirai di kamar Milik si manik biru safir ini, begitu juga masuk ke kedalam kamarnya
Kamar itu kosong, pemilik kamar masih berada di ambang wastafel,masih melamun di depan dirinya sendiri,untunglah kaca itu tak berembun,jika tidak Taufan akan menggambarkan simpul itu lagi
Ia kemudian kembali berjalan meninggalkan wastafel nya, beruntung nya ia tak mengeluarkan cairan merah itu saat ada di situ, biasanya Taufan jika menghampiri wastafel itu,hanya akan mencuci tangan serta berkumur-kumur agar membersihkan sisa-sisa darah yang keluar dari mulutnya
"Apakah di meja ada makanan?"
Taufan berjalan ke meja itu terlebih dahulu, meneliti sekitar dan mulai membukanya..
"Ah benar ternyata"
"Aku seharusnya tak berharap ahaha"
Tawa canggung nya itu terdengar lagi, bagaimana tidak?ia berharap jika akan ada makanan yang ada di atas meja itu, tetapi memang tak ada, meja itu kosong, bersih,tak ada satu makanan pun yang tersisa, setidaknya sisakan lauk pauk sedikit saja,itu sudah membuat Taufan bersyukur
"Apa aku perlu memasak apa yang ada?"Taufan memunculkan sebuah ide
Pertanyaan itu terlontar,ia ingin memasak sesuatu apa Yang ada di lemari es nya.Dan lagi-lagi ia teringat sesuatu
"Anda tidak boleh melakukan aktivitas berat,yang juga bisa mengeluarkan keringat terlalu banyak,dan kelelahan"
"Huhhhh...."Taufan menghela nafas
Kata-kata itu bergeming di kepalanya, Taufan ingat jika ia tak boleh melakukan hal yang berat,tetapi bukankah itu hanya memasak?apa salahnya kan?ia ingin mencari mi instan atau telur yang bisa ia masak di atas kompor nya
Ia kemudian menghampiri lemari esnya,dan benar dugaannya,tidak ada apapun di kulkas, kecuali air-air putih yang di dinginkan, serta bumbu dapur, apakah bia harus memakan jahe, lengkuas dan kunyit mentah untuk ia santap?tentu tidak...
"Ah sudahlah tidak ada gunanya aku terus di sini.."
Ia beranjak dari dapur dan kembali menaiki anak tangga,tak menoleh sedikitpun.Taufan melihat kembali tempat yang ia lewati adalah bekas tempat di mana kepala nya di benturkan oleh Halilintar
"Sisa darah itu tetap ada ya"Taufan menatap ke tembok dimana saat ia mengalami pendarahan di kepala nya
"Dan sekarang sudah mngering"
"Kenapa Gempa pun tak sadar akan hal ini?"Taufan bertanya,memang nya kenapa Thorn sendiri pun tak menyadari akan hal ini
Ia kembali memutar tubuhnya, berjalan ke pintu kamarnya,melewati lorong ,tak melirik pintu pintu tersebut sedikit pun,hingga ia sampai di depan ambang pintu nya
Krekk...
Duduk di ranjang,sambil menatap sesuatu yang tergantung di tembok,kalian tahu itu apa?itu adalah sebuah gitar, sedikit berdebu,gitar klasik biasa,berwarna biru muda laut serta di sertai sedikit gambaran corak berwarna putih
"Uhg aku akan tidur lagi saja..."Taufan menghilang kan niatnya kembali
Ia ingin bernyanyi kembali menyanyikan sebuah lagu,tetapi niatnya terundur karena tubuhnya hanya minta di rebahkan saja,lagipun seperti jika ia mengeluarkan suara nya terlalu banyak,itu juga tidak akan baik bagi tubuh nya
Oh memang lama kelamaan Taufan menjadi seperti Ice, tidur tak kenal waktu,tapi bukan karna ia malas dan mengantuk,tetapi karena ia mudah lelah akhir-akhir ini, karena Imun tubuh ringkih nya yang kian hari menurun drastis.Dan akhirnya ia lebih memilih untuk merebahkan tubuh ringkih nya lagi
KAMU SEDANG MEMBACA
Where's That Sincere Smile?
Ficción GeneralKisah seorang pengumbar tawa yang menyembunyikan semua luka di balik topeng senyuman tulus nan indah, tetap tersenyum meski hatinya tercabik-cabik dan tersayat oleh saudara nya sendiri, setiap hari selalu tetap setia mengukir senyumannya dan menyem...