Aku masih terbengong melihat cowok itu sampai ayah menyadarkanku.
"Berlian.. kenalin ini Pak Rudi dan ini anaknya Bryan," ayah memperkenalkan.
Deg!
Jantungnya seketika berdetak cepat.
"Berlian?"
"Kalian sudah saling kenal?" Tanya Pak Rudi pada kami.
"Gak sengaja kenal di sekolah yah," jawab Kak Bryan santai.
"Jadi kalian satu sekolah?" Tanya ayah pada kami, lebih tepatnya pada Kak Bryan.
"Iya om, m" jawabnya lebih santai.
"Kita bisa lebih gampang..," bisik Pak Rudi kepada ayah yang sempat ku dengar.
"Lebih gampang apa yah?" Tanyaku. Perasaanku tidak enak.
"Gak kok," jawab ayah seperti menyembunyikan sesuatu padaku.
Aku semakin bingung dengan kelakuan ayah dan ayahnya Kak Bryan.
"Yah.. aku ijin keluar ya?" Ijinku pada ayah.
"Loh? Kamu gak mau makan dulu?" Tanya ayah.
"Ntar aku balik lagi yah," aku tersenyum lalu pergi keluar dan duduk di bangku yang tersedia.
Aku tak menyangka kejadiannya seperti ini.
Jika aku diam disana terus, aku bisa terkena serangan jantung.
"Kenapa keluar?"
Suara itu membuatku tersentak.
Kak Bryan.
"Males aja disana. Kakak sendiri ngapain keluar?" Aku balik bertanya.
"Gak bentah. Males dengerin ayah ngobrol," dia terlihat cuek.
Aku hanya ber-oh ria menanggapi ucapannya.
"Menurut lo, kenapa bokap kita ngajak kita kesini?" Tanya Kak Bryan setelah beberapa saat hening.
"Gue juga gak tau. Gue ngerasa ada sesuatu yang gak beres," tuturku.
"Sama. Gue juga ngerasa gitu."
Kak Bryan mengembuskan napas frustasi. Mengacak acak rambutnya sendiri lalu duduk sebelahku.
Tak ada yang bersuara selama kami terdiam disini.
Sepi.
------------
"Gimana perjodohan lo Ber?" Tanya Mutia yang sedari tadi tidur tiduran di kamarku.
"Perjodohan apaan sih? Ngaco lo!" Aku menoyor kepalanya cukup keras.
"Santai kali, gue kan cuma nanya," dia mengusap kepalanya yang sakit.
"Pertanyaan yang gak masuk akal!"
"Emangnya lo gak tau?" Tanyanya sok misterius.
"Tau apa? Gak," aku menggeleng.
"Ohh.. nanti aja lo tau kok," Mutia langsung keluar kamarku tanpa ijin.
"Mutia!! Kasi tau gue napa!!" Kataku setengah berteriak.
Tak ada jawaban.
Apa sih yang dimaksud Mutia barusan?
Ahhh.. lama lama aku bisa stres gara gara ini.
-------------
"What! Lo kemaren ketemu sama Kak Bryan? Kok bisa sih?" Tanya Laura histeris.
Sumpah ya tu anak kagak ada kapok kapoknya!
"Biasa aja kali," aku memandangnya lurus.
"Ciee.. cie.. yang kemaren dinner bareng," godanya.
"Gue gak berdua aja kok. Bokap gue sama bokapnya dia juga ikutan!" Aku membantah ucapannya.
"Bokap kalian ikutan? Ciee.. ketemu calon mertua nih ceritanya? Atau kalian bakalan dijodohin?" Ucap Laura semakin menjadi jadi.
Pipiku bersemu merah akibat ulahnya.
"Apaan sih lo!"
"Tuh buktinya pipinya merah!" Laura menyentuh pipiku.
"Laura!!"
"Sstt jangan berisik," ucap seseorang dari belakangku.
Aku ingin berbalik, tapi mengurungkan niatku. Ku lihat Laura menggerak gerakkan matanya seolah olah memberi isyarat padaku.
Aku tak mengerti maksud isyaratnya. Lalu aku memutuskan untuk membalikkan badan.
Mataku membulat seketika saat melihat siapa di belakangku.
Kak Bryan, lagi.
"Ngapain liatin gue gitu amat?" Tanyanya cuek.
"Gak kok," jawabku sambil mengalihkan pandangan.
"Gue ganteng ya? Sampe lo terpesona gitu?" Tanyanya terlalu pede.
"Iya kak! Berlian memang terpesona sama kakak!!" Seru Laura.
Aku langsung membekap mulutnya dengan telapak tanganku.
"Beneran Ber?"
"Jangan di dengerin kak, Laura emang sering ngaco nih," aku melepaskan bekapanku lalu menginjak kaki Laura.
"Aawww!!" Ringis Laura tertahan.
"Kenapa lo?" Kak Bryan mengernyit bingung.
"Ehh? Gak kenapa kok kak. Ini.. ada nyamuk gigit lengan gue," ucap Laura berbohong.
Dasar Laura!
Awas aja kamu ya!!
------------
Selasa, 21 April 2015 (17:10 WITA)
Selamat hari kartini guys!!
Maaf kalo cerita yang part ini garing. Soalnya kehabisan ide nih!!
Ada yang punya ide gak?? Tulis di comment ya.. makasiJangan lupa vomment ya
KAMU SEDANG MEMBACA
BERLIAN
Teen Fiction[ COMPLETE ] Aku Berlian. Aku adalah cewek yang biasa-biasa aja kayak kalian semua. Gak ada yang spesial dalam diri aku. Aku mencintai seseorang yang bahkan gak mungkin mencintaiku balik. Orang itu, kakak kelasku. Orang itu tampan, pintar, dan juga...