Part 13

11.6K 645 11
                                    

"Aaaa...!" Teriakku sekencang kencangnya karena takut.

Segera ku tepis tangan yang berada di pundakku. Mulai melangkahkan kakiku, namun seseorang menahanku.

"Mau kemana?" Ujar suara yang sangat ku kenal.

Aku memutar kepala ke belakang, terlihat sosok Kak Bryan tengah mencengkran pergelanganku.

"Kak Bryan..," aku mengerutkan kening lantas memeluknya erat. Rasa takut yang menyelimutiku seakan hilang saat memeluknya.

"Hei.. kenapa?" Tanyanya bingung.

"Gue.. gue.. takut," air mata akhirnya jatuh dari kelopak mataku. Aku nangis.

"Takut?" Kak Bryan membalas pelukanku.

"Tadi ada setan disini," agak ragu aku memandang Kak Bryan yang terlihat samar karena gelap.

"Tenang. Ada gue disini, lo pasti aman kok," dia mengusap pelan kepalaku.

Aku tersenyum memandangnya. Kembali memeluknya erat. Rasanya nyaman dalam pelukan cowok ini.

"Balik yuk," ajaknya, aku mengangguk dan mengikuti langkahnya.

"Lo tadi kemana?" Tanyanya sambil terus berjalan.

"Maunya gue nyariin lo, tapi Gavin maksa gue buat dansa bareng dia. Jadi..," aku menghentikan ucapanku ketika Kak Bryan berhenti berjalan.

"Gavin.."

Kak Bryan terlihat geram. Aku terdiam menatapnya bingung. Raut wajahnya seketika berubah. Tersirat emosi didalamnya.

--------------

"Hei.."

Aku menoleh ke asal suara. Laura.

"Berlian, lo kemana aja sih?"

"Nyari Kak Bryan lah," ujarku ketus.

"Kenapa sih?" Laura mengerutkan dahinya.

"Tadi gue diganggu sama penunggu belakang gedung," ceritaku padanya.

Laura bergidik ngeri, "ihh.. ngapain lo kesana?"

"Kak Bryan nyuruh gue kesana."

"Ada ada aja kalian," Laura geleng geleng kepala.

"Berlian, kita pulang ya," Kak Bryan muncul dari belakang.

Aku mengangguk lantas kami menuju parkiran. Ku lirik jam tangan merah yang melingkari pergelanganku, pukul 10 malam.

Pasti ayah sudah sangat khawatir denganku.

"Berlian, mobil gue gak mau nyala," ucap Kak Bryan kecewa.

Aku menghela napas, "yaudah gue pulang pake taksi aja."

"Jangan, ini kan udah malem. Nanti lo kenapa napa gimana?" Kak Bryan melarangku keras.

"Tapi nanti ayah khawatir sama gue," aku tetap bersikeras.

"Tenang aja. Ayah lo kan tau kalo lo bareng gue," ucapnya santai.

"Pulang bareng gue aja," suara Gavin terdengar jelas di telingaku.

"Gavin?"

"Udahlah gak usah nolak lagi, kasian ayah lo khawatir dirumah."

Aku berpikir sejenak.

"Kak..," ucapku agak ragu.

Kak Bryan menggangguk, mengijinkanku pulang dengan Gavin.

Aku mengikuti Gavin ke mobilnya, masuk dan mobil pun melaju pergi.

Selama perjalanan pulang, aku hanya diam menatap lurus ke depan. Sedangkan Gavin asyik menyetir sambil mendengarkan lagu dari radio.

"Kok diem aja?" Suara Gavin memecahkan keheningan.

"Trus gue harus ngapain?" Aku menatapnya bingung.

"Lo suka sama Bryan?" Tanyanya tiba tiba dengan raut wajah serius. Membuatku tersentak kaget menatapnya.

"Ke.. ke.. kenapa emangnya?"

Gavin tersenyum miring. Mobilnya berhenti tepat pada lampu merah lalu lintas.

"Ya gapapa, cuma pengen nanya aja," ujarnya santai.

Aku menunduk, wajahku bersemu akibat pertanyaannya barusan.

"Kok gak dijawab?"

"Ehh?" Aku kembali tersadar. "Iya.. gue suka," aku kembali merona malu.

"Ohh..," jawab Gavin datar, lalu kembali menyetir.

-------------

"Makasi ya," aku turun lantas menutup pintu mobilnya. Ku lihat bayangannya, dia tersenyum memaksa padaku.

Semenjak aku mengakui bahwa aku menyukai Kak Bryan, Gavin terus terdiam sampai tiba dirumahku.

Setiap aku mengajaknya bicara ia hanya menjawab dengan anggukan, gelengan dan senyuman memaksa.

Aku memastikan mobil Gavin melaju pergi lantas membuka gerbang dan masuk ke rumah.

Ku lihat ayah berjalan mondar mandir seperti setrikaan di depan meja makan.

Aku menghampirinya, "ayah..," panggilku pelan.

Ayah segera menoleh kearahku. Menatapku penuh tanya lalu tersenyum.

"Kamu kenapa lama pulangnya?" Ayah menunjuk jam dinding, tepat pukul 11 malam.

"Maaf yah.. tadi.. mobilnya Kak Bryan mogok gak mau nyala yah..," ucapku ragu.

Ayah mengelus kepalaku pelan, "trus tadi kamu pulang sama siapa? Jangan bilang kamu pulang..."

"Gak kok yah..," aku cepat cepat memotong ucapan ayah sebelum menduga yang tidak tidak. "Tadi Berlian pulang sama Gavin."

"Gavin siapa?" Ayah terlihat penasaran.

"Temen aku yah," jawabku pasti.

"Yakin cuma temen kamu, sayang?"

Aku mengangguk yakin pada ayah yang menatapku serius.

"Berlian, kamu janji sama ayah ya.. kalo kamu gak boleh deket sama cowok lain selain Bryan?"

Alisku seakan menyatu ketika mendengar perkataan ayah.

"Kenapa yah?"

"Kan ayah sudah bilang, kamu pasti akan tau semuanya saat Bryan lulus nanti," ayah berjalan meninggalkan diriku yang terduduk di kursi.

-------------

Minggu, 26 April 2015 (19:04 WITA)

Cuma mau nanya, kalian suka gak sama cerita ini? Kalo kalian suka aku bakal lanjutin terus sampe ending. Kalo kalian gak suka aku bakal hapus cerita ini.
Tolong jawab ya guys..

Jangan lupa vomment ya..

BERLIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang