🥀__🥀
"Bu Ana?? Mau gabung makan siang bersama kami??" Ana menatap lelaki yang berdiri didepannya, lelaki yang sekarang tengah menawarinya untuk makan siang bersama. Lelaki yang mengatai Jeffery serakah karena menulis wasiat untuk menjadikan Ana sebagai ketua yayasan selanjutnya. Ana faham dengan kemarahan lelaki dihadapannya saat ini, karena setahu Ana, lelaki itu selalu ada bersama Jeffery dalam perkembangan yayasan. Tapi mau bagaimana pun, mengatai Jeffery serakah bukanlah perkataan yang bagus.
Ana tersenyum simpul, menatap ponselnya yang sudah ada pesan Abil disana. "Saya makan siang sama anak saya, kalian nikmati saja makan siang kalian. Mari" Ana tidak memperdulikan lagi bagaimana raut wajah orang itu karena sikap kurang ajar Ana, Ana tidak suka para penjilat. Menjadi ketua yayasan pun sebenarnya bukan keinginannya, hanya saja Ana memang tidak ingin yayasan ini dipegang oleh orang lain. Ana tahu, seberapa besar harapan Jeffery kepada yayasan yang dibangunnya.
"Saya perhatikan, bu Ana dekat sekali dengan Abil itu" Oh, ternyata lelaki itu tetap mengikuti Ana.
"Iya pak Dimas. Abil dipilih oleh suami saya sebagai personal assistant saya. Dan kebetulan, semasa suami saya hidup, Abil diberi banyak kepercayaan oleh beliau. Saya pun tidak ragu untuk memberikan kepercayaan saya kepada Abil" Ana mencoba mempercepat jalannya, tapi lelaki bernama Dimas itu pun ikut melajukan jalannya. Sepertinya, tekatnya untuk berbincang dengan Ana besar.
"Orang luar jangan terlalu diikuti campur dalam urusan yayasan kita bu, bisa jadi musuh dalam selimut. Ya saya tidak keberatan dengan PA ibu, tapi kan kalau disini, ibu punya saya. Punya yang lain juga. Kita lebih banyak bisa bantu ibu daripada Abil" Ana mengangguk, itu tujuannya. Mereka takut kalau-kalau posisi salah satu dari mereka digeser oleh Abil karena hampir semua pekerjaan Ana serahkan kepada Abil.
Ana tidak ingin menanggapi, karena ia memang enggan. Ana sudah punya pikiran jauh, dan sejauh pikirannya, ada Abil disana, bersama dirinya.
🥀__🥀
"Om Abil baik ya Ma" Delana menoleh dengan kalimat tiba-tiba Cheryl. Mereka tengah makan malam unik. Ada sebuah restoran yang punya view bagus, tempat makannya lesehan dan manghadap langsung pada tambak ikan. Pengunjung juga bisa langsung memanggang ikan yang ada disana, dan itu yang Abil lakukan. Setelah mereka tadi memancing sendiri, Abil menyuruh Ana dan Cheryl untuk duduk diatas, dan dia yang akan memanggang ikannya.
"Kenapa tiba-tiba deh, om Abil udah baik dari dulu" Ana mengusap kepala Cheryl ketika gadis itu memeluknya.
"Aku kayak gak kehilangan Papa tau ma, sosok Papa dihidup aku beneran diisi sama om Abil" Cheryl berkata pelan, tapi sedihnya sampai di Ana. "Jadi, kalau Mama mau sama om Abil, gak apa. Meskipun seluruh dunia dan seisinya gak merestui, aku tetap setuju kok Ma" Ana tidak menyangka Cheryl akan berkata seperti itu. Jauh didalam pikirannya, belum ada niatan untuk memulai hubungan dengan siapapun termasuk Abil.
Dua-duanya sama diam sampai-sampai tidak sadar kalau Abil sudah datang dengan satu piring ikan panggang ditangan.
"Mikirin apa sih?? Serentak banget melamunnya" Abil terkekeh melihat ibu dan anak yang sama-sama terkejut dengan kehadirannya.
"Aku cuma terpesona sama restoran ini om, keren banget!! Tapi gak tau kalau Mama mikirin apa"
"Mikirin kerjaan!!" Sahut Ana cepat, tidak ingin Cheryl memancing pembicaraan ke arah obrolan mereka sebelumnya.
"Dinikmati coba, kalau makan disini harus reservasi soalnya. Tapi kalo sama aku berangkatnya pasti dapet meja sih, soalnya ini resto temen ku" Cheryl dan Ana mengangguk saja dan langsung melahap ikan panggang yang susah payah dikerjakan oleh Abil.
Hati Abil menghangat melihat pemandangan itu, ia memang sering makan bersama dengan Ana maupun Cheryl tapi baru kali ini melihat dua wanita kesayangannya itu makan dengan lahap, kalau tahu begini, Abil akan sering memastikan mereka makan masakan Abil..
🥀__🥀
Coba tebak, siapa karakter yang aku bikin dan punya restoran unik ini.....
jadi cameo nanti disini wkwkwkwkwkk
