10

980 155 17
                                    



🥀__🥀





"Anak bunda" Ibunda Abil menyambut kedatangan Abil didepan pintu rumah. Kalau Ana bisa menyempatkan waktu sebulan sekali untuk mengunjungi ibunya, maka Abil bisa dihitung dengan jari dalam waktu setahun. Ia baru akan mengunjungi bundanya ketika bundanya sudah menelfon atau ketika ia sudah sangat merindu sampai terbawa mimpi.


"Kangennn" Sehebat apa pun Abil, segagah apa pun dia dimata orang lain, ketika berhadapan dengan bunda, ia akan tetap menjadi seorang anak yang manja. Anak yang siap menerima hujan cinta dan kasih sayang dari bunda. Bunda terkekeh, ia menyamankan diri didalam pelukan Abil.


Rasanya dulu Abil masih kecil, tapi sekarang bahkan tingginya sudah melebihi bunda. Kalau dulu setiap bunda memeluk Abil, Abil akan menenggelamkan wajahnya di pundak bunda, kalau sekarang bunda yang tenggelam didada rata Abil. Bunda menarik pelan tangan Abil, menyuruh pria itu untuk duduk di sofa ruang tamu kemudian bunda masuk kedapur dan kembali lagi dengan segelas teh hangat untuk Abil.



"Bunda, aku bisa sendiri padahal"


"Gak apa, sekali-kali kok ini. Gimana kabar?? Ana sama si kecil juga sehat??"

"Sehat bunda. Meskipun sekarang kesehatan Ana gak stabil karna kesibukan barunya, tapi selalu aku kasih vitamin. Cheryl juga sama. Anaknya gak berubah sama sekali, masih ceria meskipun mungkin sekarang dia sedikit kesepian" Bunda mendengarkan dengan tenang, wanita itu selalu suka ketika Abil menceritakan tentang Ana. Ada binar penuh cinta ketika Ana menjadi topik pembicaraan mereka yang terpancar dimata Abil.



"Senang dengar Ana bahagia sama kehidupannya" Bunda menanggapi, tatapannya masih pada Abil dan senyuman lembut khasnya. "Tapi, bunda lebih bahagia lagi kalau anak bunda ini gak sembunyi-sembunyi lagi"


Abil diam, dia teramat sangat mengerti maksud kalimat bunda. Jangan sembunyi, harus berani, kalau cinta ya berjuang. Ia sudah sangat hafal dengan kalimat yang seperti itu. Abil bukannya tidak berusaha, tapi menghadapi Ana yang sekarang harus lebih hati-hati dan penuh persiapan.









🥀__🥀







Ana menepati janjinya. Ia hanya sibuk dengan urusan yayasan di dua bulan pertama dan setelah ulang tahun yayasan, Ana menyerahkan seluruh pekerjaan kepada sekretarisnya dan kadang sesekali dibantu oleh Abil. Ana hanya akan memeriksa dan memberi tanda tangan laporan-laporan setiap divisi dari rumah. Ia sudah full time menjadi Mama kembali, seperti dulu.



"Gimana?? Keren kan aku??" Cheryl berputar-putar memamerkan gaun yang ia kenakan, padahal gaun itu Ana yang pesankan khusus. Hari ini, Cheryl mengikuti perlombaan piano mewakili tempatnya les. Ana dan Abil ada disana, menyaksikan Cheryl menekan satu persatu tuts dan menciptakan nada indah.



"Anak mama gak pernah gak keren" Ana memeluk Cheryl. Senang dengan perkembangan anaknya. Padahal dulu mengikuti les piano ini adalah kewajiban dari Jeffery, tapi sekarang Cheryl sudah mulai enjoy dan sepertinya ia memang jatuh cinta pada dunia musik. Apapun itu, Ana akan selalu mendukungnya.



"Karna aku anak mama, jadi aku keren gitu??"

"Tepat sekali!!"

Cheryl memberengut tidak terima, "Om!! Emang iya aku keren karna aku anak mama?? Aku keren karna aku itu Cheryl tau!! Iyakan om??"

Abil menghampiri Cheryl, merangkul gadis kecil itu. "Benar tapi salah. Cheryl keren karna kamu Cheryl. Tapi kalau kamu bukan anak mama, kamu gak akan jadi Cheryl yang sekeren ini"

Diam-diam Ana tersenyum, memperhatikan Abil yang seperti mengambil alih peran 'bapak' dihidup Cheryl membuatnya senang. Kebanyakan orang mungkin akan risih atau tersinggung, tapi Ana tidak merasakan itu semua. Hati Ana akan selalu menghangat ketika melihat Cheryl dan Abil berinteraksi.

"Ih, Mama senyum-senyum gak jelas" Semakin hari, sikap menyebalkan Cheryl semakin terlihat.


"Sibuk aja kamu. Yuk pulang. Hari ini mama minta mbak buat masak enak. Edisi special karena anak kesayangan mama udah keren banget hari ini!!" Kata orang, hati akan selalu bahagia kalau ada makanan. Begitu juga Cheryl, bahkan gadis kecil itu langsung berlari kecil menuju mobil. Ana dan Abil hanya bisa terkekeh melihat tingkah Cheryl.


Keduanya berjalan beriringan, langkahnya pun tidak terlalu tergesa. Ana menikmati langkah yang seperti ini, apalagi dengan Abil yang diam-diam mulai membawa tangan Ana untuk ia genggam.








🥀__🥀








Udah lama gak sih kita gak ngobrol???

Comment dong, tanya apa kek, atau rekomendasiin apa. Nanti ku balessss sekalian nunggu ngantukkk

hōmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang