🥀__🥀
Senyum Cheryl mengembang tidak seperti biasanya, Abil dan Ana tidak bisa menyembunyikan perasaan terharu dan kaget mereka ketika melihat senyum anak itu. Tentu saja ini bukan kali pertama Cheryl tersenyum seperti itu, tapi ini adalah salah satu moment senyum itu hadir.
Abil akhirnya memutuskan untuk membawa Ana serta Cheryl menemui bundanya, memang sudah seharusnya bertemu. Sejak diperjalanan, rasa gugup Ana dan Cheryl sama besarnya. Bahkan tangan keduanya seperti habis memegang ice cube saking dinginnya. Semua kekhawatiran yang mereka bayangkan langsung menguap begitu saja karena sambutan hangat dari bunda. Bundalah yang menyebabkan senyum lebar Cheryl keluar.
Hampir delapan tahun punya ingatan, Cheryl mengenang masa dimana kedua neneknya, dari papa dan mamanya, sama-sama tidak pernah menyambutnya dengan baik. Mereka memang banyak memberi banyak hal, tapi tidak dengan kasih sayang. Sedangkan bundanya Abil, dari pelukan sambutan saja Cheryl sudah bisa merasakan kalau wanita yang tengah mendekap dirinya dan mamanya ini begitu tulus.
"Bunda nungguin banget Abil bawa kamu kemari, ternyata hari ini datang juga" Bunda mengelus rambut Ana, kemudian tatapannya beralih ke Cheryl. "Nenek banyak masak makanan kesukaan kamu, om Abil tadi malem bilangin apa aja yang kamu suka dan kamu gak suka" Bunda menarik lengan keduanya pelan, menuntun mereka menuju ruang makan sedangkan Abil hanya mengikuti dari belakang.
"Makasih bunda" Ana mengulurkan piringnya dengan sopan ketika bunda bergerak menyendokkan lauk untuknya.
"Makan yang banyak Na, mungkin habis ini banyak yang bakal kita bahas" Ana tersenyum, begitu juga bunda. Senyum wanita itu terasa begitu hangat, Ana benar-benar merasa sedang berada didalam “rumah” sekarang.
"Loh Cheryl kenapa gak dimakan sayang?? Gak suka ya udangnya? Duh om Abil mu nih, katanya kamu suka udang" Abil sudah mau membela diri karena bunda mulai mengomel, tapi tidak karena jawaban Cheryl.
"Bukan om Abil nenek, tapi Papaaaa"
🥀__🥀
Mereka berangkat kerumah Abil pagi sekali, bahkan dalam keadaan mereka yang belum sarapan. Dan mereka memutuskan untuk menginap. Suasana rumah Abil begitu jauh dengan suasana dirumah yang selama ini Ana tempati. Kalau dirumahnya, suasana sepi itu seperti sudah menjadi asupan setiap hari, rumah-rumah disana pun jarang ada yang beraktifitas diluar gerbang. Sedangkan diperumahan Abil, Ana masih bisa mendengar suara teriakan anak-anak kecil yang berlarian kesana kemari, suasana seperti ini mengingatkan Ana ke masa kecilnya.
"Dingin sayang" Abil menyampirkan cardigan yang tadi pagi Ana kenakan dikedua bahunya. "Nih"
"Makasih" Ana mengambil satu gelas cokelat hangat yang diberikan Abil. "Cheryl mana??"
"Diajak bunda keliling komplek, diujung sana tuh ada taman rame, banyak jajanan" Ana mengangguk menanggapi, setelahnya ia diam kembali sampai-sampai tidak sadar kalau Abil sudah mengambil posisi berlutut didepannya.
"Bil?? Apaan sih, jangan gini!!" Ana berusaha mengangkat Abil, tapi gagal karena berat badan Abil yang tidak sepadan dengan tenaganya. Bukan apa, Ana hanya khawatir ada tetangga lewat dan membicarakan yang tidak-tidak padahal mereka belum punya hubungan apa-apa.
"Na, tolong sebentar aja" Ucap Abil pelan, tatapannya serius, mau tidak mau Ana pun jadi serius. Mengusir segala ketakutannya dan memfokuskan diri pada Abil yang tengah memegang kedua lututnya. "Usia kita buka lagi bisa masuk ke usia-usia yang confess trus haha hihi, kita bukan lagi remaja kan??"
Diakhir kalimat Abil terdengar seperti pertanyaan, tapi entah kenapa Ana merasa ia tidak perlu menjawab itu, jadi ia hanya mengangguk saja.
"Tapi, kamu juga wanita. Kamu juga butuh validasi dan kamu berhak. Ana, you hold my heart since day one. Dari hari pertama aku lihat kamu, kamu sudah jadi pemilik hati aku Ana. Sekeras apapun aku cari wanita lain, aku gak bisa dan hatiku tetap mau kamu. Kalau kamu tanya, kenapa aku bisa secinta itu sama kamu, aku tak tahu jawabannya Ana. Terlalu banyak hal didiri kamu yang bisa bikin aku jatuh cinta sampai-sampai aku gak bisa ngungkapin salah satunya. Aku gak bagus dalam mengungkapkan perasaan, aku sadar. Tapi aku mau kamu tahu kalau aku benar-benar cinta kamu Ana"
Tangan Ana terulur mengelus rambut Abil, sedikit merusak tatanannya tapi tidak apa. Abil semakin ganteng dengan rambut yang sedikit berantakan.
"Mungkin cinta aku gak sebesar punya kamu Bil, tapi kita masih bakal bertumbuh bersamakan?? Jadi, izinin aku lebih lama lagi disamping kamu ya untuk menumbuhkan perasaan yang lebih besar. Tapi ku harap, sampai kapanpun perasaan kamu akan tetap lebih besar dari aku" Abil mengangguk setuju, tidak masalah sama sekali.
"So Ana?? Will you marry me??"
🥀__🥀
OKE CUTTT!!!!!
Aku abis nonton vlog quarantine nya haechan, and i feel so saddd :(((
bukan sedih karena anaknya sakit, tapi sedih karena ternyata aku udah gak hype anaknya kayak dulu lagi. Waktu ngeliatin dia tadi aku kayak tersentuh bangettt😭
duh sekarang aku beneran mau nangis wkwkwI love his smile :(
haechan, bias aku dari pertama kali aku kenal NCT. cepat sembuh yaaaaa.AKU MELLOW TOLONG