🥀__🥀
Kalau hampir satu tahun yang lalu media gempar dengan meninggalnya Jeffery sang ketua yayasan pendidikan utama, maka hari ini media kembali heboh karena mundurnya Ana dari posisi ketua jabatan. Berita itu ditulis langsung oleh Ana di laman sosial medianya, sekaligus dengan permintaan maaf. Banyak sekali yang bertanya-tanya alasan wanita itu mundur.
"Padahal dia kan nikah sama almarhum pak Jeff karena harta yakan? Trus kenapa sekarang malah mundur?" Abil menoleh kearah sekelompok gadis yang duduk tidak jauh darinya, perasaannya kesal tapi dia tidak boleh berbuat semaunya apalagi ini tempat umum.
Semalam Abil memutuskan untuk pulang kerumah orangtuanya, berkunjung sekaligus minta pendapat. Betapa terkejutnya Abil ketika bundanya bilang kalau Ana habis mengumumkan mundurnya dia dari yayasan. Tidak pikir panjang Abil langsung berlari menuju stasiun KRL, agak ribet kalau pakai mobil apalagi ini pagi hari dan sudah bisa dipastikan macetnya seperti apa.
"Iyakan, agak aneh. Nikah muda sama anak sulung kaya raya trus pas diwarisi jabatan yang tinggi malah mundur"
"Tapi orang yang gak berpendidikan itu memang kayak gitu, mana ngerti dia yang begituan" Abil memperhatikan gadis berambut pendek dengan kemeja kotak-kotak itu, dari omongannya seperti punya dendam kepada Ana, padahal bisa saja Ana tidak mengenal siapa gadis itu.
"Mau nikah lagi kali, biarin aja, nikah sama yang memanfaatkan harta dia trus bangkrut. Mampus!"
"Mbaknya bisa diam gak?" Alis Abil menyatu, dadanya panas. Dia tidak pernah berniat seperti itu. Kalau pun nanti dia akan menikahi Ana, maka dia juga gak bakalan pakai uang warisan Jeffery, dia akan bekerja keras agar Ana tidak butuh lagi uang-uang Jeffery.
Para gadis-gadis yang bergunjing tadi akhirnya diam. Mukanya kentara sekali kesal, tapi setelah memerhatikan Abil mereka tidak jadi marah, seperti biasa. Orang-orang ganteng selalu dapat pengampunan.
🥀__🥀
"Om Abil bentar lagi pasti kesini" Cheryl mengangguk. Inilah keputusannya. Meminta Mamanya untuk mundur dari posisi ketua yayasan dan membiarkan yayasan itu beralih nama menjadi miliknya.
Tentu ini tidak mudah untuk keduanya, Ana menjadi prihatin karena demi kebahagiaannya Cheryl jadi mengorbankan masa depannya. Apapun cita-cita Cheryl sekarang, terpaksa ia hapus karena yayasan sudah menunggunya tepat ketika ia lulus kuliah nanti. Tapi Cheryl tidak keberatan, dia sendiri yang minta Mamanya bahagia dengan cinta, jadi kalau dia bisa membantu sang Mama untuk permintaannya sendiri, kenapa tidak?
"Cheryl tahu kan om Abil punya bisnis juga?" Cheryl menggeleng, gadis itu langsung memutar kepalanya menghadap ke Ana, rambut yang tadinya dipegang Ana untuk diikat langsung berantakan lagi.
"Masa?? Ku kira om Abil cuma kerja sama kita?"
Ana menggeleng, dikembalikannya posisi Cheryl menghadap kedepan. "Om Abil punya usaha, tapi dibantu handle sama bundanya sekarang. Jadi kayak om Abil cuma keluar modal doang. Nah, kalau misalnya hubungan mama dan om Abil bakalan sejauh itu, Cheryl gak apa hidup lebih sederhana dari sekarang?"
Cheryl mengangguk, karena ketika ia bilang pak Jo kalau dia mau Mamanya menikah dengan om Abil, dia sudah memikirkan segalanya. Mulai dari kelas sosialita yang mungkin saja menurun, hidup sederhana, belajar mandiri karena ada kemungkinan mereka tidak akan tinggal dirumah ini lagi. "Ryl sama sekali gak masalah Mama. Mau mama sama om Abil kasi uang jajan lima puluh sehari juga Ryl gak apa. Ma, kita pernah bahagia karena harta kan kayak yang aku bilang, aku mau sekarang kita bahagia karena cinta ma. Aku, mama dan om Abil, aku mau kita bikin keluarga yang hangat"
Hati Ana tersentuh, diraihnya Cheryl untuk dipeluk. Ia yang dua puluh empat jam bersama Cheryl saja sakit hati dan sedih mendengar kalimatnya, bagaimana jika Jeffery masih hidup dan ikut mendengar? Apakah lelaki itu akan menyesal karena tidak pernah ada waktu untuk Cheryl?
Bersama Jeffery, Cheryl tidak kekurangan apapun selain kasih sayang dan sosok Papa. Tapi bersama Abil, Cheryl akan merasakan semuanya. Mungkin definisi keluarga cemara itu sebentar lagi akan ia rasakan.
BRAK
Pelukan keduanya terlepas karena sama-sama kaget dengan gebrakan pintu yang begitu kuat. Ada Abil diujung sana, berdiri dengan nafas yang tidak beraturan.
"We need to talk!!!"
🥀__🥀
Kisah klise dari penulis auristelabila.