🥀__🥀
"Mama, nanti ruangan ini diisi sama siapa?" Ana menggeleng tidak tahu, rapat dewan direksi baru akan diadakan minggu depan jadi sementara, Abil yang menggantikan jadwal yang seharusnya dihadiri oleh Jeffrey.
"Mama, kalau misalnya Mama yang naik jabatan. Mama bakal sibuk dong??"
"Enggak dong sayang, Mama kan cuma part time kerjanya, full timenya ngurus dan nemenin kamu" Cheryl tersenyum, ia hanya takut ketika nanti Mamanya naik menjadi ketua yayasan, malah sama sibuknya seperti Papanya dulu.
"Maa, ini ada foto kita waktu liburan dulu. Eh kemana nih.." Cheryl meneliti foto itu, mencoba mengenali tempat tersebut.
"Ohhhh ini di Disney Jepanggg!! Aduh jadi pengen kesana lagi. Eh Ma!! Ini simpen dimana??"
"Tas Mama aja Ryl, sayang kalau disimpen digudang" Cheryl mengangguk, memasukkan benda persegi empat itu kedalam tas. Fokusnya teralihkan ketika melihat bill rumah sakit.
"Ihhh, tagihan rumah sakitnya mahal bangett" Ana menoleh sebentar, kemudian terkekeh.
"Ya mahal lah, orang Papamu VVIP"
"Mama punya uang buat bayar rumah sakit sebanyak ini??" Biaya rumah sakit papanya sama dengan dua tahun uang bulanan sekolahnya.
"Jangan salah Ryl. Mama nih gak bodoh. Meskipun gak ada cinta dipernikahan Mama, tapi Mama pastiin kalau Mama bahagia" Cheryl mendengus, Mamanya memang sudah bercerita tentang kisah dibalik pernikahannya. Hanya Papanya yang mencinta, tapi Mamanya tidak. Mama menerima lamaran Papa karena berfikir terlalu logis. Tapi Mama membuktikan perkataannya. Meskipun tidak ada cintanya untuk Papa, Mama sama sekali tidak menderita sepanjang pernikahan mereka.
"Mama udah pernah ngerasain pernikahan bahagia karena materi, Mama mau gak abis ini menikah dan bahagia dengan cinta??" Ana tertawa, tawanya kering.
"Sama siapa Cheryyyylll, emang ada yang mau tulus mencintai Mama selain karna warisan Papamu yang banyak?? Memang ada yang bisa nerima Mama dan kamu sekaligus??"
"Ada!!"
"Iya, siapa??"
"Om Abilllll"
🥀__🥀
"Aku sama Rina setuju buat ngasi suara kami untuk kakak, jadi seharusnya tanpa voting pun pasti kakak yang jadi ketua selanjutnya" Nanda dan Rina, adik kandung dari Jeffrey yang artinya adalah adik ipar Ana siang itu mengunjunginya. Yayasan ini didirikan oleh Jeffery dengan jerih payahnya dan sedikit bantuan dari orang tuanya. Sukses dengan yayasan ini, Jeffery akhirnya memberikan tahtanya sebagai penerus perusahaan ayahnya kepada Nanda. Dan untuk Rina, ia pun dibantu oleh kedua abangnya. Perusahaan brand accessories lebih dari cukup untuk menjamin hidupnya.
"Kalian gak perlu ngelakuin itu untuk aku padahal, udah terlalu banyak kebaikan yang aku terima dari kalian" Ana segan, disaat keluarga besar Jeffrey menolaknya maka dua adik Jeffrey ini menerimanya dengan tulus. Padahal Nanda lebih tua dari Ana, tapi pemuda itu sangat sopan hingga mau memanggilnya dengan hormat.
"Kakak keluarga kami, ada Cheryl sekarang yang mengikat keluarga kita meskipun abang udah gak ada. Kak tolong kalau ada apa-apa hubungi kami ya?? Jangan sungkan" Tidak pernah ada perempuan yang merasa beruntung selain mereka yang dekat dengan mertua serta ipar. Ana salah satunya, dua orang didepannya sekarang ini adalah orang yang paling mendukungnya setelah Jeffrey.
"Makasih ya?? Kalian juga loh, aku masih kakak kalian kan? Kalau ada apa-apa tolong beri tahu kakak juga" Ketiganya beranjak, Nanda maupun Rina tidak bisa berlama-lama ditanah air. Jadwal padat keduanya sudah menanti.
"Tolong salamin ke keponakan ku yang paling cantik yaa, itu tadi hadiahnya semoga suka" Ana mengangguk, memeluk pelan keduanya serta melambaikan tangan ketika dua mobil keluar dari pelataran rumahnya.
Delana menghembuskan nafas pelan, rumah ini besar. Sangat besar. Meskipun ada puluhan pekerja yang tinggal bersama mereka, kehilangan Jeffrey satu tetap menimbulkan suasana sepi. Meskipun lelaki yang berstatus suaminya itu jarang berada dirumah, tapi tetap saja. Setiap sudut rumah ini ada kenangannya.
"Bersedih itu wajar, tapi jangan sampai sakit ana"
🥀__🥀
Kisah classic tapi aku juga jatuh cinta 🥺