🥀__🥀
"Selamat" Ana menoleh, ada Abil disana. Ia kira, ketika ia keluar dari ruang direksi ini tidak akan ada satu orang pun didepan ruangan, karena yang terlihat dari raut wajah mereka adalah ketidakterimaan. Untuk hari ini tidak mungkin mereka mau berbasa-basi kepada Ana. Mungkin beberapa hari lagi, dan Ana harus menyiapkan diri.
"Kamu ini ngasi aku selamat apa ngetawain aku karna abis ini bakal banyak pusingnya Abil?" Lelaki itu terkekeh, suara tawanya halus dan matanya menyipit.
"Aku ngasi selamat Ana, jabatan yang sangat disayangi suami mu akhirnya gak jatuh ke orang yang salah" Ana mengangguk, mulai mengayunkan langkahnya pelan beriringan dengan Abil.
"Abis ini tugas kamu juga makin banyak loh Bil?? Mungkin gak bakal punya waktu luang untuk pacar kamu" Abil terkekeh. Ana pernah heran, kenapa Abil selalu tertawa saat dirinya maupun suami membahas tentang percintaan pemuda itu. Seolah enggan untuk memperpanjang, padahal Abil bukan tipe orang yang sulit diajak bercerita.
"Abis ini kamu kosong, mau jemput Ryl aja??" Ana mengangguk, ia tidak ingin ada dikantor untuk hari ini. Mungkin nanti pun akan lebih banyak Abil yang menghadiri rapat dan ia hanya akan memantau saja.
"Abil, makasih ya?" Abil yang sudah bersiap menginjak pedal gas menoleh sebentar, mungkin itu adalah bentuk refleks.
"Terimakasih untuk apa Ana?" Ana melempar pandangannya kesekitar, melihat gedung-gedung tinggi dan kendaraan lain yang berada didekat mereka. Bagitu banyak terimakasih yang harus diucapkan kepada Abil tapi ia bingung, harus yang mana duluan.
"Terimakasih karena kamu selalu ada disamping aku dan juga Cheryl"
🥀__🥀
"OM ABILLLLLLLL!!!" Cheryl melompat kedalam pelukkan Abil sampai-sampai Ana meringis, Ryl bukan lagi anak kecil yang dulu sering diasuh Abil ketika ia dan Jeffrey harus berada dipertemuan.
"Ryyyl, gak usah gini. Om nya sakit tau" Ana menepuk pelan punggung Cheryl agar segera menjauh,
"Om Abilnya aja gak keberatan, kenapa Mama sewot??!"
"Ya om Abil takut sama kamu makanya dia gak bilang. Kamu tuh udah besar tau, peluk aja jangan minta gendong!" Cheryl cemberut, tidak menjawab lagi omongan Mama karena ia langsung saja masuk kedalam mobil.
"Aku gak apa padahal" Ucap Abil waktu dia dan Ana udah sama-sama masuk juga kedalam mobil. Ana menggeleng sekarang memang tidak apa, tapi nanti??
"Aku mau makan diluar!! Aku gak mau makan dirumah ya Mama!!"
"Iyaa, gak usah keras-keras gitu ngomongnya, yang santai aja. Mama denger kok Cheryl!"
Abil terkekeh, pemandangan seperti ini ia dapatkan setiap hari dan ia sama sekali tidak bosan melihatnya. Abil selalu ada disetiap detik kebersamaan Ana dan Cheryl, mungkin kalau dijumlahkan dalam bentuk waktu, antara Abil dan Jeffery, Cheryl lebih sering bersama Abil. Abil menyayangi Cheryl seperti gadis kecil itu adalah anaknya sendiri. Cheryl baru berusia sepuluh tahun, tapi gadis kecil itu sudah sangat pintar, dari segi berbicara, akademik dan pikiran yang dewasa. Tapi kalau bercermin pada sosok Ana, semua orang akan setuju kalau kecerdasan Cheryl itu menurun dari Ana. Bahkan kadang, Abil seperti melihat sosok Ana remaja didiri Cheryl.
🥀__🥀
Gemesssss🥺🥺🥺🥺🥺
