9

1K 158 9
                                    



🥀__🥀



"Pokoknya, kalau Mama setiap pulang dari sana selalu bawa luka kayak gini, Mama gak usah lagi kesana!! Atau kalau mau kesana harus ajak aku atau om Abil!!" Cheryl menatap lurus Mamanya yang sedang diobati oleh Abil.

Cheryl dan Abil sedang belajar bersama ketika Ana datang dengan luka yang lumayan besar dan darah yang mengering disekitar luka tersebut. Cheryl sudah tahu darimana Ana datang. Karena semenjak kematian Jeffery, Ana yang selalu berkunjung sendirian dirumah ibunya akan selalu membawa luka.


"Bibir pecah udah, lengan terkilir udah, pipi lebam udah, hari ini kening yang kayaknya kena beling. Trus nanti apa Ma?? Nyawa Mama??" Omelannya belum berhenti. Cheryl tidak habis pikir apa yang membuat Mamanya begitu menyayangi ibunya, atau mungkin neneknya. Neneknya sama sekali tidak pernah memperlakukan Mamanya dengan baik. Meskipun kalau didepan Cheryl mereka semua akan terlihat baik-baik saja, tapi Cheryl tidak buta untuk melihat itu semua. Atau mungkin setiap kalimat kasar yang neneknya kirim di room chatnya dengan Mamanya.



Abil menggeleng pelan, masih focus untuk menstrerilkan luka Ana. Omelan Cheryl sudah mewakili segala yang ia pikirkan. Meskipun Cheryl masih berusia sepuluh tahun, tapi Abil tidak pernah tidak bangga dengan pola pikir gadis kecil itu. Cheryl sudah dewasa untuk ukuran sepuluh tahun, gadia kecil itu bisa mengimbangi obrolan orang dewasa bahkan memberikan nasehat yang terdengar begitu dewasa.



"Cheryl gak usah gitu. Dia nenek mu" Teguran Ana membuat Cheryl mendengus. Ia tahu kalau kelakuannya sudah melewati batas dan sudah mengarah ke kurang ajar. Tapi ia tidak tahan, bagaimana bisa Mamanya tetap menjaga kesopanan itu setelah dirinya diperlakukan seperti ini?? Untuk menghindari perbuatan atau perkataan yang semakin melewati batas, Cheryl memilih untuk meninggalkan kamar Ana. Meskipun ia diawal memberikan nasehat yang baik, tapi kalau Mamanya merasa sikap Cheryl sudah keterlaluan, ia akan tetap dihukum. Dan Cheryl tidak mau itu terjadi.



"Tenang Ana" Abil menggenggam satu tangan Ana. Mencoba menenangkan wanita yang baru saja hampir berteriak itu. Apa yang Abil lakukan berhasil, Ana tidak jadi berteriak dan sedang mencoba mengendalikan amarahnya. "Mau sedewasa apa pun Cheryl. Dia tetap anak berusia sepuluh tahun. Cheryl tetap cuma mau ngerti apa yang menurut dia baik. Pelan-pelan saja, untuk sekarang kamu istirahat. Biar aku yang bicara sama anak mu" Abil mengelus telapak tangan Ana yang tadi ia genggam. Menghantarkan getaran halus didiri Ana yang entah memang disengaja Abil atau tidak. Yang jelas, apa yang Abil lakukan barusan berhasil menggetarkan Ana.









🥀__🥀









Tidak terlalu sulit untuk menemukan keberadaan Cheryl dirumah ini. Masing-masing dari mereka punya tempat favorit dirumah ini. Jeffery yang suka diruang kerja, Ana yang suka dimeja makan, Abil yang rela menghabiskan waktunya berjam-jam dipondopo dan melihat ikan serta Cheryl dan kandang kucingnya. Beberapa bulan lalu, sebelum Papanya meninggal. Cheryl pernah merengek minta dibelikan kucing. Karena Jeffery tidak kuasa menolak, jadi dibelikanlah Cheryl dua kucing ras yang begitu cantik. Tapi karena Ana alergi dengan bulu kucing, terpaksa kucing-kucing itu dibuatkan rumah sendiri dihalaman belakang. Jaraknya tidak terlalu jauh dengan kebun Ana serta kolam ikan tempat kesukaan Abil.




"Ada orang bilang, mau sejahat apapun dia, dia tetap ibu mu. Mungkin itu yang Mama Cheryl terapkan. Mau sejahat apapun nenek Cheryl, nenek tetaplah orang yang melahirkan Mama. Yang memperjuangkan kehidupan Mama" Abil mengambil posisi didekat Cheryl. Sedikit bersyukur karena kucing-kucing itu sedang tertidur. Karena Abil juga alergi dengan bulu kucing, akan sangat bahaya kalau-kalau ia berdekatan dengan dua makhluk penuh bulu itu.




"Cheryl sayangkan sama Mama??" Abil bertanya, Cheryl mengangguk. "Nah, gitu juga Mama ke nenek. Mama sayang banget sama nenek"



"Tapi kan om, Mama sama nenek itu jauh beda. Cheryl sayang mama karena mama memperlakukan Cheryl dengan baik. Nenekkan gak pernah memperlakukan Mama dengan baik, kenapa mama harus sesayang itu sama dia??"

Lihat kan?? Bahkan gadis cilik itu sudah bisa mengeluarkan pertanyaan seperti itu. Kalau itu orang lain, pasti ia sudah terdiam mendengar pertanyaan itu. Tapi ini Abil, orang yang sudah bersama dengan Cheryl bahkan ketika ia masih didalam janin.




"Ada lagu yang liriknya, 'kasih ibu, sepanjang masa'. Mungkin yang Ryl lihat nenek yang seperti itu. Tapi kan kita gak tahu, pandangan Mama kayak gimana??. Kita gak tahu apa-apa. Yang tahu cuma Mama. Kitak gak berhak melarang Mama buat ketemu nenek, tapi kita juga gak bisa lepas tangan. Jadi setiap Mama mau ketemu nenek, kita harus bisa lindungi Mama supaya mama gak luka-luka lagi"



Cheryl menghela nafas pelan. Masih banyak sanggahan untuk kalimat Abil barusan, tapi Cheryl tahu kalau Abil juga selalu punya jawaban untuk sanggahannya. Maka dari itu, ia memilih diam dan menyandarkan kepala dipundak Abil. Setelah ini Cheryl harus membuang ego besarnya untuk meminta maaf kepada Ana.









🥀__🥀


Aku kayak abis panen :))

Aku kayak abis panen :))

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
hōmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang