SORRY, JAE.
-oOo-
Jaehyun membuka matanya, terbangun dari pingsannya, dia merasakan nyeri yang amat nyeri dari perutnya, dia memegang perutnya sebentar, dia melihat punggung tangan kirinya yang sudah terdapat jarum infus yang menancap pada punggung tangan kirinya.
Lalu dia mengedarkan pandangannya ke setiap sudut ruangan bercat putih yang ia tempati saat ini. Dia mengeryit bingung. Rumah Sakit?
Apa yang terjadi pada dirinya? pertama kali dia ingat, perutnya sedang diinjak-injak oleh Mingyu dan akhirnya mulutnya mengeluarkan darah dan semuanya tiba-tiba hitam.
Dan... siapa juga yang membawanya ke rumah sakit?
Saat matanya masih sibuk melihat-lihat ruangan bercat putih ini, tiba-tiba dia dikejutkan dengan suara yang menyapanya. ia sangat kenal dengan suara itu.
" Jaehyun? "
Jaehyun menolehkan pandangannya ke arah sumber suara tersebut. Jaehyun mengetahui itu suara siapa.
" Paman? " Kejut Jaehyun dengan raut kebingungan.
" Sudah bangun keponakanku? Apa keadaanmu baik-baik saja? " Ya. Itu pamannya. Orang yang sangat dekat dengan Jaehyun dan sama baiknya seperti mamanya.
Jaehyun tersenyum tipis dan mengangguk pelan.
Pamannya tersenyum ketika Jaehyun tersenyum, lalu dia melangkahkan kakinya menuju kursi disamping ranjang rumah sakit yang Jaehyun tempati.
Dia menatap Jaehyun dengan tatapan yang sulit diartikan. Keponakannya sedang berada di rumah sakit saat ini, dan semua ini karena anak-anak orang kaya biadab itu.
" Aku baik-baik saja paman, walaupun.. agak sedikit nyeri dibagian perutku " Ucapnya sambil sedikit meringis memegangi perutnya yang tiba-tiba nyeri.
" Mengapa paman bisa disini? " Tanyanya.
" Paman dipanggil oleh gurumu ketika kamu sudah dibawa ke rumah sakit, dan sebagai perwakilanmu, paman harus bertemu dengan orang tua anak yang sudah membullymu. Dan, jengkelnya paman, Orang tua anak itu tidak mau bertanggung jawab. Cih, orang kaya tapi biadab. " Ucap pamannya dengan raut wajah jengkel.
Iyalah! Bagaimana Paman Jaehyun tidak jengkel? Ketika dia meminta pertanggungjawaban untuk keponakannya, orang tua Mingyu malah mengata-ngatai keluarga Jaehyun dan menyalahkan Jaehyun, jelas-jelas anaknya-lah yang membuat Jaehyun sekarat hingga masuk ke rumah sakit!
Jaehyun tertegun. Berarti, Pamannya sudah tau jika dia dibully? Ugh, Jaehyun menyusahkan pamannya lagi.
"Duh.. Paman sudah tahu.. Bagaimana ini.."
Batinnya merasa tak tenang, dia takut pamannya akan mengajukan surat agar Jaehyun keluar dari sekolah itu. Jaehyun tidak akan mau.
Pamannya menatap Jaehyun dengan prihatin, tak menyangka ternyata keponakannya diperlakukan tak adil. Dia sedih, dan marah tentunya. " Mengapa kau tak pernah mengatakan bahwa teman-teman sekolahmu membullymu, Jaehyun? " Tanyanya.
Jaehyun terkejut dengan pertanyaan pamannya, sudah susah susah Jaehyun
menyembunyikannya, akhirnya pamannya tahu juga.Lalu dia hanya menunduk sambil menatap selimut putih tebal yang membalut tubuhnya.
" Maafkan aku paman, aku hanya tidak ingin paman akan khawatir kepadaku, aku tak ingin paman memikirkan aku, aku tidak apa apa, paman.. "
Pamannya menatap Jaehyun, dia tersenyum tipis, keponakannya tak pernah berubah, masih sama, selalu menyembunyikan luka sendirian.
" Nak, kau adalah tanggung jawab paman sekarang, kau tak perlu khawatir, kau berhak memberitahu paman, kau adalah anak yang baik, Jaehyun. Hanya orang-orang bodoh yang membullymu hanya karena kau memiliki kekurangan. "
Jaehyun menolehkan kepalanya ketika mendengarkan kalimat pamannya. Dia tersenyum hangat, lalu memeluk pamannya dengan erat.
Pelukannya hangat.. Dia jadi merindukan mamanya.. pasti jika mamanya ada, mamanya lah yang akan memeluknya.
" Terimakasih paman, paman sama dengan mama, baik dan peduli denganku, terimakasih paman.. " Ucapnya dengan sedikit lirih. Pamannya-pun membalas pelukan keponakannya itu, lalu mengelus punggung rapuh itu.
" Jaehyun, lebih baik kau pindah sekolah saja, sekolah itu hanya berisi anak-anak yang sangat kejam dan nakal, mereka tak mempunyai attitude, paman tak ingin kau terus-menerus dibully, Nak.. " Jaehyun terkejut. Dia melepas pelukannya dan menatap mata pamannya.
" Maaf paman, tapi Jaehyun masuk ke sekolah itu dengan jerih payah Jaehyun selama ini untuk mendapatkan beasiswa agar masuk ke sekolah tersebut, Jaehyun tak bisa paman.. perjuangan Jaehyun akan sia-sia. " Pamannya hanya bisa menghela nafas, lalu mengangguk.
" Paman tau, tapi kau harus memberitahu paman jika kau memiliki masalah, oke? " Jaehyun menggangguk pelan, lalu tersenyum tipis dan memeluk pamannya lagi.
" Baiklah paman.. Terimakasih, maaf jika merepotkan paman, maaf juga paman harus mengeluarkan uang untuk membayar biaya rumah sakitku, aku merepotkan paman lagi.."
Pamannya menggeleng pelan, dan tersenyum tipis.
" Tidak nak.. kamu adalah keponakan paman yang sangat paman sayang, kamu tidak sama sekali merepotkan paman nak.. cepatlah sembuh ya. Sekarang, beristirahatlah " Ucap pamannya dengan nada lembut.
Jaehyun mengangguk, melepaskan pelukannya dan berbaring di atas ranjang rumah sakit dan menutup matanya untuk beristirahat.
Sebelum ia tertidur pulas, dia sempat berbicara dalam hatinya.
" Maaf untuk kali ini aku tak bisa, paman. Aku harus menjaga Taeyong, sebelum aku pergi dan tak bisa menjaganya lagi. "
TBC
──────────────────────────Halo!!
karena disini banyak yg komplain karena setiap chapter kurang panjang, akhirnya aku rombak lagi!!
Maaf kalau masih banyak typo hehe..
Semoga kalian suka ya.
jadi, book ini masih mau dilanjut atau nggak nih? 😘Jangan lupa voment juga..
Terimakasih ❤️Salam cinta ; Marrie.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sorry, Jae. [ ✓ ]
Teen Fiction[ STATUS COMPLETED ] BXB/GAY/BL/HOMO/YAOI | ANGST | HURTS | HARS WORD | SCHOOL LIFE | LOCAL [ Warning ⚠️ ] ⚠️ Banyak adegan kekerasan & bullying ⚠️ Jaehyun hanya ingin Taeyong sedikit menghargai dirinya, apa seorang yang tuli ini tak boleh menyukai...