[ 21 ] Mulai Gugur

1.8K 136 71
                                    

SORRY, JAE.

-oOo-



Paman Jaehyun merasa sangat sedih, Eunwoo-pun sama sedihnya saat ini. Bagaimana tidak?

Setelah pagi hari itu dia mengajak Jaehyun ke tempat ruang inap Taeyong untuk mejenguknya, dia membawa Jaehyun kembali ke ruangannya karena mendengar Jaehyun meringis kesakitan dan memegangi kepalanya.

Ketika dokter Doyoung mengeceknya, dia sudah tak bisa berkata apa-apa, dia mengatakan sejujurnya pada Paman dan Eunwoo.

Penyakit Jaehyun sudah sangat parah, ia tak akan bisa bertahan hidup lebih lama. Tinggal menunggu sekuat apa dia bisa membuka matanya. Paman dan Eunwoo langsung mencelos, tak dapat berkata apa-apa dan melakukan apapun.

"Apakah benar Tuhan akan mengambilmu sekarang, Jaehyun? Gue ga ikhlas."

Hari sudah sore.

Dan Eunwoo masih setia menatap tubuh pucat dan kurus sahabatnya dengan pandangan yang sangat sangat mengiris hati. Fisik Jaehyun sudah tak sebagus dulu. Paman Jaehyun sedang pergi untuk membeli makanan. Dia tak enak jika Eunwoo selalu menginap disini, tapi tak ia belikan apa-apa.

Paman Jaehyun dan Eunwoo mereka saling bergantian menjaga Jaehyun.

Saat Eunwoo sibuk mengelus rambut tipis itu. Jaehyun membuka matanya, Eunwoo tersenyum.

" Woo, aku ingin berbicara sesuatu padamu.. " Suara Jaehyun dengan sedikit lemah.

" Apa itu Jae? "

" Aku... ingin mendonorkan ginjalku pada Taeyong, Woo.. "

Eunwoo terkejut. Dia hanya bisa diam.

" Aku udah tau Woo kalo hidupku gak akan lama lagi, maka dari itu aku ingin perjuanganku untuk kali ini bisa dapat membuat Taeyong menghargaiku dan menerimaku, Woo.. Tolong.. Kumohon.. "

"Aku juga gak bisa ngelakuin apapun sekarang, aku cuma bisa pasrah, aku gapapa, Woo. Ini sudah jalannya aku bakal ikhlas kok Woo.."

"Aku terima takdir Tuhan kepadaku.."

Jaehyun tersenyum sangat tulus. Dia sudah ikhlas.

Eunwoo menatap Jaehyun dengan pandangan yang sulit diartikan. Temannya memang orang yang sangat baik. Dia mengangguk pasrah dan memeluk tubuh lemah Jaehyun.

Sungguh, dia tak bisa jika harus kehilangan temannya. Temannya ini sangat penting di dalam hidupnya, hanya temannya ini yang mengajarkan dia tentang banyak hal.

"Kenapa Tuhan sangat jahat banget sama gue, Jaehyun.." Eunwoo meneteskan air matanya.

"Gue gamau kehilangan lo.. lo itu teman terbaik gue, Jae.. Gue ga ikhlas.."

Jaehyun hanya diam sambil mendengarkan Eunwoo berbicara.

" Lu selalu bakal jadi teman terbaik gue Jae..  Lu temen yang paling kuat yang pernah gue kenal. Gue bangga dan bahagia bisa kenal sama lu.. "

Jaehyun membalas pelukan Eunwoo dan tersenyum.

"Woo, aku juga mau bilang makasih karena selalu jagain aku dan ngedukung aku, aku juga bangga sama bahagia bisa ketemu kamu, Woo.." Jaehyun tersenyum tipis.

"Ingat Woo.. Kamu harus ikhlas, pasti suatu saat kita bakal ketemu lagi, walaupun hanya sebatas di mimpi, jika aku tidak ada, ikhlaskan aku ya.." Jaehyun mengelus punggung Eunwoo.

Dia melepas pelukannya dan menatap Eunwoo.

" Woo, bantuin aku buat ucapan terakhir untuk Taeyong, berikan aku kertas dan pulpen. Dia atas meja nakas ada, aku tidak sanggup meraihnya hehe, badanku lemas sekali "

Eunwoo mengangguk dan mengambilkan Jaehyun barang yang ia butuhkan, dan membiarkan Jaehyun menuliskan sebuah surat untuk Taeyong.

-oOo-

Setelah beberapa menit Jaehyun sibuk menulis suratnya, dia melipatnya, memasukkannya ke dalam amplop putih, dan memberikannya pada Eunwoo. Dan ia tak lupa memasukkan hasil coretannya itu bersamaan dengan surat yang ia masukkan ke dalam amplop putih.

" Woo, tolong berikan surat ini ketika Taeyong sudah sadar ya.. dan tolong, berikan surat ini yang satunya untuk dokter Doyoung, dan tolong... jangan bilang ke Taeyong kalau aku pendonornya, tolong berikan surat itu ketika aku sudah tidak ada dan Taeyong sudah sadar dari operasinya. " Jaehyun tersenyum tipis.

"Oh iya, disana ada gambar buatanku, tak usah dibuka ya, biar Taeyong saja, hehehe" Jaehyun menyengir.

"Kamu tau Woo? di dalam kertas yang aku gambar itu adalah keinginanku yang ingin aku lakukan bersama Taeyong, tapi.. kayanya aku ga bakalan sempat buat ngelakuin itu sama dia. Aku, pengen ngeliat senja bareng dia, Woo.."

Eunwoo mendengar ucapan Jaehyun, dia tersenyum. Dia memeluk tubuh Jaehyun.

"Lu harus kuat biar bisa ngelakuin itu bareng Taeyong oke?" Ucap Eunwoo.

Jaehyun hanya mengangguk sambil membalas pelukan itu.

"Iya Woo, Jika Tuhan menghendakinya" Balasnya dalam Hati.

Eunwoo melepas pelukan itu dan menepuk pelan pundak Jaehyun dan menerima dua amplop itu dari Jaehyun.

"Jae.. jangan pesimis gitu, gue tau lu bakalan sembuh kok, gue yakin! Jaehyun temen gue adalah orang kuat. Istirahatlah, pasti lu nulis kedua surat ini, bikin badan lu capek " Eunwoo menidurkan tubuh Jaehyun agar tertidur di bangsal ruangan rumah sakit yang ia tempati saat ini.

" Hhhh kamu benar, ini membuatku lelah, aku akan istirahat, Selamat Malam, Woo.. "

" Malam, Jae.. "

Eunwoo tak tau, bahwa itu adalah ucapan Selamat Malam terakhir yang ia dapatkan dari Jaehyun.


TBC
────────────────────────────
Halo!
Maaf kalau chap ini agak pendek, aku pengen buat kalian penasaran hehehe...
dan aku sekarang juga lagi memperbaiki mood, rasanya pengen marah + nyakitin sendiri, maka dari itu lebih baik aku up hehe..
Makasih yang udah selalu nungguin, Jangan lupa vomentnya ya!
Terimakasih ❤️

Salam cinta ; Marrie.

Salam cinta ; Marrie

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sorry, Jae. [ ✓ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang