Dunia seakang terhenti saat gadis bernama Asya itu melihat garis yang berada di alat tes kehamilan yang dibelinya saat pulang sekolah tadi
Asya mendudukan dirinya di kloset dan menumpahkan tangisnya yang tak bisa ia tahan lagi
"Bajingan" umpat Asya, bagaimana dirinya menjelaskan semua ini pada orangtuanya? Tidak mungkin ia menyembunyikan kehamilannya
Ingin pergi tapi Asya tak punya banyak uang, biaya hidup juga butuh uang banyak. Gadis itu menghelah nafas setelah puas menangis ia membasuh wajahnya agar sisa air mata terhapus. Ia menatap dirinya pada cermin
Asya menundukkan wajahnya ia tak tau harus melakukan apa, berfikir pun terasa susah ia tak bisa berfikir jernih
"Bunuh diri?" Guman Asya namun ia hanya manusia biasa yang takut akan kematian
Tidak ada pilhan lain, ia hanya bisa menerima garis takdir yang ditetapkan oleh sang pencipta
"Aku gak berani memberitahunya" gumannya lirih ia mengusap perut datarnya
"Aku gak tau usiamu tapi saat mengusap perutku sendiri aku bisa merasakannya" gumannya tersenyum tipis
Setelah merasa tenang Asya mengambil testpack yang digunakan tadi dan ia simpan di laci, akan ia buang nanti saat keluar tidak mungkin ia membuang di tempat sama yang sama aja akan ketahuan
Bukannya tidak ingin memberitahu orangtuanya ia belum siap melihat kekecewaan kedua orangtuanya serta keluarganya yang lain yang menaruh harapan besar padanya
Asya meraih buku-bukunya, hari ini ia ada les privat dan gurunya sudah menunggu beberapa menit yang lalu di ruang tamu
Gadis itu berjalan menuruni tangga kemudian tersenyum saat melihat wanita yang mengajarinya
"Hai Asya, gimana kabarnya?" Tanya wanita itu usianya sekitaran 30-an
"Hai mbak, baik kok. Mbak gimana?"
"Baik juga, jadi udah siap belajarnya?"
Asya mengangguk dan membuka bukunya
"Sebelum belajar mbak mau tanya dulu, kamu gak sakit kan? Wajah kamu pucat terus mata kamu merah"Asya mendongak menatap wanita itu dan tersenyum " Asya gak papa, mungkin kecapean mbak. Dari sekolah langsung les" ucap Asya
"Semangat yah" ucap guru privat Asya, ia merasa kasihan dengan anak-anak orang kaya seperti Asya dituntut menjadi yang terbaik
"Makasih mbak"
"Sama-sama, btw mami sama papi kamu belum pulang?" Tanya Mbak Yuni guru private Asya yang sudah ia anggap sebagai kakaknya sendiri
"Belum mbak mungkin lagi jeguk kak Dewi" ucap Asya, Dewi adalah kakak Asya yang memilih tinggal di apartemen dengan alasan jarak rumah dengan kampusnya jauh
"Ohh yaudah yuk kita belajar"
Asya mengangguk kemudian mendengar Mbak Yuni yang menjelaskan materi tentang kemarin
***
Setelah selesai les private Asya pun kembali kekamarnya, ia megambil Hoodie dan tasnya kemudian berjalan keluar rumah
Ia ingin membeli susu ibu hamil seperti yang ia lihat di google, karena akhir-akhir ini juga Asya merasa kecapean takut berdampak pada calon bayinya.
Asya sudah menerima bayi itu, tuhan yang memberikannya maka Asya akan menjaganya dengan sepenuh hati. Asya tidak peduli jika nantinya ia akan dibenci oleh keluarganya baginya anaknya itu juga merupakan keluarganya
Tidak mungkin ia melenyapkan keluarnya sendiri, terlebih darah dagingnya sendiri.
Gadis itu mengelilingi rak susu ibu hamil mencari rasa sesuai keinginannya, saat mendapat susu ibu hamil rasa Coklat ia pun mengambilnya dan berjalan menuju rak cemilan
Asya tidak pernah melupakan cemilan jika berbelanja di supermarket, baginya cemilan itu penting.
Setelah selesai berbelanja Asya pun kembali kerumah ia melihat mobil ayah sudah terparkir di bagasi rumah , sebelum masuk ia memasukkan susu ibu hamil itu kedalam Hoodienya agar tidak ketahuan
"Dari mana Sya?" Tanya Mami Asya saat melihat putrinya hendak melewati ruang makan
"Dari beli cemilan mi" ucap Asya mengangkat kresek cemilan yang dibawanya
"Kamu sudah les?"
"Sudah mi, Asya kekamar dulu ya" pamit Asya kembali melanjutkan jalannya menuju kamarnya
Tidak bisa berlama-lama bisa saja susu ibu hamil yang ia sembunyikan didalam Hoodienya terjatuh
Saat sampai dikamar Asya meletakkan belanjaanya diatas sofa, kemudian mengambil kompor portabel yang memang ia beli dan digunakan saat mager keluar kamar
Di dalam kamarnya juga terdapat piring dan gelas serta beberapa makanan cepat saji, terkadang ia malas keluar kamar. Dan untungnya juga kamarnya terdapat tempat penyimpanan barang alias gudang kecil jadi Asya sulap menjadi dapur kecil
Setelah membuat susu ibu hamil Asya pun meminumnya hingga tandas. Tangannya mengusap perutnya yang masih rata itu
"Jangan buat aku mual yah, aku gak sanggup" guman Asya kemudian duduk di pinggir kasur membuka situs tentang kehamilan
Asya termenung mengingat kejadian saat ia berakhir tidur dengan laki-laki populer di sekolahnya
Malam ini acara pesta ulang tahun sekolah yang diadakan di hotel, baik dari angkatan pertama sampai angkatan saat ini semuanya berkumpul di ballroom hotel
Asya duduk seorang diri di sebuah kursi yang disiapkan untuk tamu, ia sendiri sebab tak mempunyai seorang teman ia introvet dan tidak ada yang ingin berteman dengannya
Mereka merasa kurang pantas dengan Asya karena gadis itu anak konglomerat dan selalu meraih juara pertama pararel
Asya menatap iri gerombolan perempuan yang sedang bebincang asik sesekali tertawa
"Seandainya aku bisa gabung" guman Asya ia pun menghelah nafas
Seorang pelayan memberikanya minuman, dan gadis itu pun tersenyum sambil berucap terimakasih
Tanpa Asya sadari seseorang telah memberikan sesuatu pada minumannya. Hingga minuman itu tandas diminum Asya
Beberapa menit barulah efek dari obat itu bekerja, Asya merasakan panas ditubuhnya. Karena tidak tahan dengan panas itu ia berjalan kearah kamar mandi tanpa disadari seseorang mengikutinya dan menarik tangan Asya menuju sebuah kamar
"Lepasin, aku mau kekamar mandi" ucap Asya memberontak
"Iya gue temenin" ucapnya dan menarik kasar tangan saya agar gadis itu masuk kedalam kamar dimana seorang laki-laki sudah tiduran di atas kasur dengan baju acak-acakan
"Gerahhhh" ucap Asya
Orang itu pun mendorong dengan kasar tubuh Asya hingga terjatuh diatas tubuh laki-laki tadi
Dan mereka pun melakukan hubungan suami istri yang seharusnya mereka gak lakukan sebab mereka bukan suami istri meskipun mereka melakukannya karena tak sadar
Hingga dipagi harinya Saya terbangun dengan tubuh polos serta seorang laki-laki baring disampingnya dan memeluknya
Asya tentu kaget saat mendapati dirinya bertelanjang begitupun dengan laki-laki yang memelunya, kulit mereka bersentuhan tanpa sehelai benang pun
Dan juga hembusan nafas laki-laki itu menerpa lehernya membuatnya kegelian. Asya pun bangun dan melepas tangan laki-laki itu yang melingkar dipinggangnya kemudian mengambil bajunynya walau harus menahan sakit di bagian bawahnya
Intinya mah kalian wajib vote dan komen
KAMU SEDANG MEMBACA
GARIS DUA
Teen Fiction[update tiap hari] Garis dua itu adalah garis takdir, begitulah yang Asya pikirkan saat ia mengetahui dirinya hamil setelah mengeceknya dengan testpack yang bergaris dua