Dikta menghampiri Aliah yang berada di kelasnya tengah bercanda dengan teman-temannya, Dikta tersenyum saat Aliah melambaikan tangannya kearahnya
"Hai sayang" sapa Dikta saat berada didekat gadis itu, Aliah tersenyum memeluk lengan Dikta manja
"Hai juga, mau kekantin?" Tanya Aliah dengan nada manjanya, semakin membuat Dikta tersenyum
"Makan disini aja boleh? Aku udah nyuruh Geri beliin kita makan" ucap Dikta, Aliah pun menatap temannya
"Gays kalian kekantin aja, gue mau makan di kelas bareng Dikta" ucap Aliah pada temannya yang langsung di angguki oleh mereka
Setelah kepergian temannya Aliah menatap Dikta yang juga menatapnya "kamu ganteng banget sih, makan apa?" Aliah mengusap pipi mulus Dikta
"Makan emas" canda Dikta
Aliah tertawa ia merapatkan dirinya pada Dikta kemudian mencium pemuda itu, Dikta yang mendapat serangan tiba-tiba tentu kaget namun senyumnuya bertambah lebar
"Senyum Mulu" tegur Aliah
"Kamu sih gemesin" Dikta mencubit pipi gadis didepannya
Keduanya asik bercanda dan bermesraan tanpa mereka sadari di kursi paling belakang seorang gadis menatap kedunya dangan dada sesak
"Aku kenapa lagi sih" ucapnya membatin
Gadis itu berdiri dan berjalan keluar kelas dengan kepala menunduk, tinggal selangkah lagi kakinya melewati pintu suara Aliah menghentikannya
"Heh cewe caper!" Teriak Aliah kesal, pasalnya saat gadis itu melwatinya Dikta tak melepas pandangan darinya membuat Aliah cemburu
Gadis yang diteriaki Aliah itu adalah Asya
Asya menoleh pada Aliah yang sudah mendekatinya sedangkan Dikta hanya duduk dan terus menatap lekat kearah Asya yang wajahnya seperti tak asing baginya
Aliah menarik rambut Asya membuat kepala Asya tertarik kebelakang, gadis itu meringis kesakitan
"Lo mau caper sama cowok gue hah!" Bentak Aliah membuat Asya menatap keheranan pada Aliah
"Aku gak ngerti maksud kamu"
"Cih! Lo emang sengaja caper sama cowok gue, Lo ngapain lewat didepan gue hah!!"
Asya semakin bingung, apa lewat didepan dia itu salah?
"Tapi salah ku dimana? Aku cuman mau keluar kelas" balas Asya semakin membuat Aliah marah
Aliah menampar Asya dengan keras hingga kepala gadis itu menoleh kesamping "Lo caper bangsat!! Cowok gue ngeliat Lo terus!!"
Asya menoleh, menatap Dikta yang memang terus menatapnya sedari tadi.
"Jangan salahin aku, salahin pacar kamu yang matanya gak bisa dijaga""Sialan Lo!! Lo nyalahin pacar gue hah? Ini semua salah Lo. Lo caper Lo caper" teriak Aliah seperti orang kesetanan
Asya meringis kepalanya tambah sakit, dengan sekuat tenaga Asya mendorong tubuh Aliah hingga gadis itu terjatuh kelantai
Ia sudah berjanji akan melawan jika seseorang mengganggunya, jika ia tak salah.
Dikta yang melihat kekasihnya terjatuh kelantai langsung membantunya berdiri menatap Asya dengan tajam
"Lo kalau bukan cewek udah gue habisin!"
Setelahnya Dikta mengajak Aliah menuju rooftop. Sedangkan Asya menatap kepergian keduanya dengan dada sesak
Asya menunduk namun kembali mendongak saat melihat seorang berdiri didepannya
"Kamu?"
Orang itu tersenyum dia Daniel, sejak tadi sebenarnya ia melihat kejadian Aliah menarik rambut Asya, saat baru ingin bergerak membantu Asya gadis itu lebih dulu mendorong Aliah
Ia juga kesal dengan kekasih sepupunya itu yang semena-mena, entah apa kesalahan Asya hingga membuat Aliah sangat membenci gadis didepannya ini
"Buat Lo" Daniel memberikan satu susu kotak rasa strawberry pada Asya
Tidak langsung menerimanya Asya menatap Daniel keheranan, meraka itu tidak akrab untuk saling memberi
"Ambil" ucap Daniel saat melihat Asya hanya menatapnya dengan tatapan bertanya
"Kita gak sedekat itu untuk saling memberi" ucap Asya namun tetap mengambil pemberian Daniel
"Kita dekat" usai mengucapkan itu Daniel berjalan meninggalkan Asya sendirian didepan pintu kelas
☘️☘️☘️
Jam istirahat telah usai namun Asya belum juga kembali ke kelasnya, tadi seorang siswi memberitahunya jika Bu ayu memanggilnya awalnya ia kira akan ada olimpiade lagi tapi ia salah besar
Saat melihat kedua orang tuanya yang duduk di sofa yang berada di ruangan Bu ayu membuat Asya berfikir untuk apa kedua orangtuanya ke sekolahnya padahal mereka orang sibuk
Tapi melihat wajah memerah kedua orangtuanya, Asya langsung memikirkan apa kesalahannya
"Duduk nak" ucap Bu ayu saat melihat Asya memasuki ruangannya
"Ada apa ya Bu?" Tanya Asya sopan
Bu ayu hendak menjawab namun suara papi Asya mengurungkan niatnya
"APA MAKSUDNYA INI ASYA?" bentak Papi Asya melempari Asya dengan alat tes kehamilanGadis itu melotot kaget ia ingat ini alat yang ia gunakan saat melakukan tes kehamilan beberapa hari yang lalu. Asya menatap kedua orangtuanya dengan tatapan takut
Mami Asya berdiri mendekati anak perempuannya dan memberikan tamparan pada pipinya "ANAK SIALAN! SAYA MENDIDIK KAMU UNTUK MENJADI ANAK BAIK BUKAN JADI PELACUR"
Asya tak tahan lagi, ia menangis mendengar ucapan maminya "hikss Asya dijebak mih" guman Asya
"KAMU MEMBUAT SAYA MALU" Asya menoleh, menatap papinya kemudian menggeleng
"Mi, Pi, dengerin Asya dulu"
"Apa lagi yang harus didengerin dari anak gak tau diri kayak kamu hah?! Saya dan suami saya bekerja untuk kamu tapi ini balasan kamu? Membuat keluarga saya malu. Mulai sekarang kamu bukan bagian dari keluarga Robert lagi" ucap mami Asya
Bu ayu hanya bisa melihat tidak bisa membela, ia juga syok. Yang ia tau Asya anaknya baik
Asya menunduk menangis mendengar ucapan maminya, ini yang ia takutkan saat kehamilannya terbongkar
"Bu, pak, sebaiknya kita bicarakan baik-baik. Tidak enak didengar sama siswa lain" ucap Bu ayu menenangkan kedua orang tua Asya, akhirnya mereka kembali duduk namun enggan menatap Asya
"Asya, boleh kamu cerita?" Tanya Bu ayu mengusap bahu Asya yang bergetar karena menangis
"Asya juga gak tau Bu hikss waktu pesta ulang tahun sekolah saya minum minuman namun tak lama tubuh saya terasa panas dan saat saya bangun saya sudah tidak memakai sehelai baju dan terbangun disebelah seorang laki-laki"
"Apa kamu tau siapa laki-laki itu?" Tanya Bu ayu namun Asya diam semakin menundukkan kepalanya, bimbang ingin menjawab atau tidak
"JAWAB ASYA!"
Teriakan dari papinya membuat tubuh Asya kembali bergetar, tangannya saling bertautan pertanda ia gugup
"Diktara Diningrat" guman Asya namun didengar Bu ayuBu ayu pun mengangguk ia menghubungi wali kelas Dikta untuk meminta nomor orang tua pemuda itu
Asya menunduk sesekali menatap kedua orangtuanya yang terlihat kecewa, Asya menangis tanpa suara
"Mami maafin Asya" ucap AsyaWanita itu menoleh " saya bukan mami kamu lagi" ucapnya tajam "saya malu punya anak pelacur kayak kamu" sambungnya
Asya langsung bersimpuh di depan orangtuanya memohon maaf kepada kedua orang tua itu
TBC
Sorry gays agak gaje hehehe
KAMU SEDANG MEMBACA
GARIS DUA
Teen Fiction[update tiap hari] Garis dua itu adalah garis takdir, begitulah yang Asya pikirkan saat ia mengetahui dirinya hamil setelah mengeceknya dengan testpack yang bergaris dua