Asya sudah dipindahkan di ruang rawat inap, Daniel menggenggam tangan Asya yang dingin itu. Sungguh Daniel merasa bersalah pada Asya ia benar-benar tidak bisa memaafkan dirinya
"Maaf...maaf...maaf... maaf" hanya itu yang bisa Daniel ucapkan, meski tau tidak akan ada balasan dari Asya sebab perempuan itu masih dalam pengaruh obat
Kata dokter Asya akan sadar sebentar lagi, maka dari itu Daniel setia berada di samping istrinya
"Maaf hikss" Daniel menenggelamkan wajahnya di lipatan tangannya dengan tangan masih menggenggam tangan Asya
"Niel" ucapan lemah dan lirih itu membuat Daniel kaget, langsung menatap kearah Asya yang sudah membuka matanya
"Ada yang sakit sayang?" Tanya Daniel dan Asya mengangguk
"Badan aku"
"Aku panggilin dokter dulu yah" Asya menggeleng kepalanya membuat Daniel mengurungkan niatnya tadi
"Aku haus"
Daniel pun meraih gelas yang berada di nakas tepat disampingnya dan membantu Asya meminumnya
"Istirahat lagi yah"
Namun Asya menggeleng, perempuan itu mengusap perutnya dengan alis berkerut "anak aku gak apa-apa kan?" Tanya Asya menatap tepat pada mata Daniel
Pemuda itu tersenyum kecil mengusap kepala Asya dengan lembut "maaf" hanya itu yang bisa Daniel ucapkan dan Asya cukup tau maksud dari Daniel
Kepalanya menggeleng "gak!"
"Maaf"
"Gak Niel, anak aku masih hidup"
Daniel hanya diam, memegang tangan Asya yang memberontak ingin dilepaskan "Niel anak aku masih hidup kan?!" Tanyanya pada Daniel namun dia hanya diam
Air mata Asya keluar begitu saja, kepalanya terus menggeleng "gak Niel, anak aku masih ada. Aku ngerasain kehadirannya"
"Asya, tenang"
"Hikss enggak! Anak aku masih hidup" teriak Asya, walaupun kehadirannya tanpa di minta tapi Asya sudah menerimanya dan menyayangi calon anaknya
"Sayang"
"Niel anak aku hikss"
Tak kuasa melihat Asya yang menangis Daniel membawa perempuan itu kedalam pelukannya mengusap dengan lembut bahu Asya
"Niel anak aku meninggal pasti karena salah ku kan? Andai saja aku gak keluar mobil pasti dia masih hidup"
"Bukan salah kamu, salah aku. Maaf karena lalai jaga kamu"
"Bukan salah kamu Niel salah aku hikss"
Daniel mengecup pucuk kepala Asya "jangan nyalahin diri kamu yah"
Perempuan itu mendongak "kamu juga nyalahin diri kamu"
"Karena itu emang salah aku"
"Hikss bukan salah kamu Niel!"
Daniel pun mengangguk "iya, musibah sayang"
Lama mereka saling berpelukan menumpahkan kesedihan mereka, kehilangan anak yang bahkan belum mereka lihat wujudnya
☘️☘️☘️
Hari ini Asya sudah diperbolehkan pulang setelah di rawat beberapa hari untuk pemulihan, dan kini perempuan itu sudah duduk di kasur didalam kamar Daniel
Asya menatap Daniel yang tengah sibuk mempelajari buku-bukunya, kata pemuda itu besok ada ulangan harian
"Niel masih sibuk?" Tanya Asya
KAMU SEDANG MEMBACA
GARIS DUA
Teen Fiction[update tiap hari] Garis dua itu adalah garis takdir, begitulah yang Asya pikirkan saat ia mengetahui dirinya hamil setelah mengeceknya dengan testpack yang bergaris dua