Pagi ini Daniel sudah siap dengan Jersey basketnya, hari ini pemuda itu ada latihan untuk perlombaan antar sekolah akhir bulan ini, Asya menaruh sepiring nasi goreng di atas meja untuk laki-laki itu makan
Kedua orang tua Daniel tidak dirumah, mereka sedang keluar kota kemarin karena nenek Daniel yang berada di Batam sakit
"Semangat yah" ucap Asya memulai obrolan pagi ini, Asya berdiri mendekati kompor saat merasa airnya sudah panas, setelah itu membuat susu untuk Daniel
"Pulangnya maleman, gak papa dirumah sendiri?" Tanya pemuda itu menyantap nasi goreng buatan Asya walaupun tidak seenak buatan maminya tapi untuk ukuran pemula masakan Asya masih bisa di santap
"Gak papa, udah biasa kok"
"Gak takut kan?"
"Gak Niel, kan masih ada bibi sama pak Umar"
Daniel mengangguk-angguk "kalau ada apa-apa telfon aku yah"
"Iya, sarapan Niel jangan bicara terus"
Setelahnya Daniel menikmati sarapannya sesekali menyuapi Asya yang katanya lagi malas sarapan tapi dengan paksaan Daniel perempuan itu pun menerima suapan suaminya
Selesai sarapan Daniel menuju garasi dibelakangnya ada Asya mengikutinya "mau nitip sesuatu?" Tanya Daniel mengusap kepala Asya, mengusap kepala perempuan itu adalah candu bagi Daniel
"Nitip susu kotak yah"
"Cuman itu?"
"Iya"
Daniel mengangguk ia mencium pipi Asya sebagai perpisahan kemudian berjalan menuju motornya, menjalankannya menuju sekolah
***
Jam pulang sekolah Daniel dan teman-teman se tim basketnya tidak langsung pulang, mereka ke lapangan outdoor untuk latihan
Mendengat tim basket latihan setelah beberapa bulan tidak pernah menyentuh bola berwarna jingga itu, para siswi-siswi tak langsung pulang. Mereka menuju lapangan untuk menonton sang idola bermain basket
"Kalau kita menang, gue traktir" ucap Dikta sebagai ketua basket, membuka pembicaraan sebelum memulai latihan
"Pasti menang lah" ucap Allan bangga, selama mereka mengikuti perlombaan tidak pernah mereka kalah, selalu memegang juara walaupun bukan juara 1
Dikta mengangguk "kali ini harus juara 1, tahun depan kita udah gak bisa ikut perlombaan lagi" ucapnya, mengingat tahun depan mereka sudah kelas 12 dan mereka difokuskan untuk ujian jadi tidak diperbolehkan mengikuti perlombaan lagi
"Niel Lo yakin ikut? Biasanya kagak" ucap Geri, Dikta langsung menatap sepupunya itu dan mengangguk membenarkan ucapan Geri
"Hm"
"Oke Daniel ikut, kita mulai aja. Gue minta kerja samanya jangan egois mau pegang bola sendiri dan sok-sokan"
Karena yang main hanya 5 orang maka yang lain sebagai cadangan, termasuk Geri yang menjadi cadangan
Daniel berjalan kearah lapangan dan mulai mendribel bola berwarna jingga itu. Berlari menuju ring basket kemudian melemparnya dengan jarak yang jauh
"Widih lama gak main, makin bagus aja skill Lo" puji Allan menepuk bahu Daniel saat melihat bola yang dilempar Daniel masuk kedalam ring
"Kebetulan"
"Gak ada yang kebetulan, Lo emang kebanggan tim basket kita. Cuman Lo yang malas ikut pertandingan"
"Hm"
Allan menepuk bahu Daniel "bini Lo gimana kabarnya?" Tanya Allan berbisik, sahabtnya tidak ada yang tau tentang keguguran Asya. Daniel sengaja menutupi dari sahabtnya termasuk Dikta
KAMU SEDANG MEMBACA
GARIS DUA
Teen Fiction[update tiap hari] Garis dua itu adalah garis takdir, begitulah yang Asya pikirkan saat ia mengetahui dirinya hamil setelah mengeceknya dengan testpack yang bergaris dua