Haechan bersenandung pelan sambil menggosok tubuhnya yang licin, dia meniup-niup busa yang ada di sekitar lengannya. Sekarang dirinya tengah mandi. Berdiri di balik bilik kaca shower yang buram. Kakinya mengetuk-ngetuk lantai hingga bunyi keciprak air terdengar.
"Na na na na~."
Tangannya kembali menggosok area perut, ketiak lalu leher.
"Iih, enak banget mandi siang-siang." Ucapnya pelan dengan kikikan geli.
Basah, licin, putih, seksi, menggoda. Kata-kata itu yang si kembar pikirkan sedari tadi. Acara memasak mereka tertunda lantaran setengah jam lalu ketika Haechan masuk kamar mandi, mereka ribut menyalakan ipad yang terkoneksi dengan kamera cctv, tiga, tiga kamera cctv yang berada khusus di bilik shower.
Tentu saja dengan kecerdasan Minhyung menyembunyikannya dengan baik. Haechan tidak akan menyangka kalau hanger dan beberapa hiasan yang terpasang dalam bilik kaca buram itu terdapat kamera cctv.
"Anjir, lama-lama kita kayak om-om pedo." Celetuk Mark. Matanya tak pernah sedetikpun berpaling dari layar ipad.
Minhyung mengangguk, "memang, si kecil kita lebih menggiurkan. Gue gak peduli kalau mau di katain mesum empat karat."
Mark mendengus, "ngeri gue, baru kali ini lo kayak begini."
"Hm."
"Serius, bang. Apa gak masalah kalau kita barengan kayak begini."
Minhyung menoleh dengan satu alis terangkat. "Oh, lo mau saingan? Mundur aja, gue gak bakalan ngelepasin dia."
Mark mendengus lagi, dia berkacak pinggang. "Enak aja, gak bisa lah. Gue juga mau kali."
"Ya udah, jangan banyak bacot kalo mau."
Mark memutar matanya malas, mereka kembali lagi fokus pada tampilan layar ipad. Tubuh mulus tanpa cacat yang tak terhalangi apapun, sial, kalau begini siapa yang tidak akan tergoda. Haechan definisi makhluk yang diam saja membuat mereka kelabakan, apalagi kalau live seperti ini.
"Matiin bang, matiin!" Seru Mark, mereka ribut mematikan ipad kala Haechan sudah selesai mandi.
Minhyung lalu fokus memotong sayuran dan Mark yang pura-pura sibuk menata piring. Haechan datang dengan wangi segar sabun mandi kakak seniornya, rambut basah yang menetes dari bahu mengalir ke dada lalu berakhir di handuk yang membelit pinggang ramping itu. Wajah segar yang merona dan kulit lembab yang terlihat licin, cukup mampu membuat si kembar meneguk ludah kasar.
"Kak, Echan pinjem baju siapa ?" Tanya si kecil, dia menghampiri meja.
Mark mengerjap pelan, meneliti dari atas hingga bawah. Sial, kenapa Haechan begitu berani bertelanjang dada menemui mereka berdua. Sedang Minhyung malah menatap tajam.
"K-kak Minhyung aja, Chan. Ambil aja sendiri, ya"
Haechan mengangguk, dia berbalik lalu menuju kamar Minhyung. Seingat Haechan kamar Minhyung itu yang berada di sisi kanan. Mengambil sebuah kaos hijau yang ternyata besar sekali kalau ia kenakan, beberapa kali bagian bahunya melorot.
Haechan berdecak tidak suka, dia membuka kembali kaosnya. Melipatnya lalu menyimpannya kembali ke dalam lemari. Dia memilih hoddie putih saja. Tapi tubuhnya makin ternggelam dalam balutan hoddie. Ukuran hoddie sepertinya yang size besar. Haechan kembali berdecak. Apa sekecil itu badannya?
Untuk bawahan di hanya pakai boxer ungu bergambar beruang. Haechan terkikik geli menatap susunan boxer punyanya Minhyung. Gambarnya lucu-lucu.
"Kakak.." panggil Haechan riang. Dia sedikit berlari ke arah dapur. Tangannya yang tenggelam dalam hoddie ia goyang-goyangkan. Haechan tersenyum manis pada kedua seniornya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Love Triangle
FanfictionHaechan hanya seorang pemuda biasa. Si polos yang Renjun bilang menjurus ke bodoh. Tidak terlalu introvert tapi dia lebih senang menghabiskan waktunya di dalam kamar di banding mengenal dunia luar Tidak pernah mengenal cinta atau bahkan menyukai ses...