"Echana.." Teriakan Renjun mengalihkan perhatian si manis saat dirinya meliarkan pandangan mencari-cari temannya.
Haechan melambai riang, dia berjalan menghampiri Renjun dengan meninggalkan Jaemin di belakang. Pemuda Na itu bertugas menjemput Haechan di kelas.
"Iihh kangennn." Haechan memeluk dan mendusal di lehernya Renjun.
"Gue juga kangen banget sama si manis ini.." Renjun terkekeh sambil mencubit gemas ujung hidung Haechan.
"Kok ke gue gak meluk gitu?" Jaemin duduk di depan mereka, wajahnya di tekuk sebal.
Haechan hanya tertawa saja. Masih enggan melepaskan pelukannya, Renjun menjulurkan lidah meledek.
"Gue lebih ngangenin daripada elo."
Jaemin mencibir pelan, mulutnya komat kamit tanpa suara.
"Kita gak ada 2 hari lo baik-baik aja, kan?"
Haechan mengangguk pelan.
"Gak di ganggu lagi sama si kembar itu?"
"Enggak, kok." Jawab Haechan pelan. "Chenle kemana? Kenapa gak dateng-dateng?"
"Panjang umur, tuh anaknya lagi jalan kemari." Renjun menunjuk dengan dagu saat Chenle tengah berjalan sambil tersenyum lebar. Aura anak itu terlihat menyilaukan dengan kulit putihnya.
"Holaa semuaaa."
"Lele!!"
Haechan beralih memeluk Chenle dengan erat, mendusal di antara perpotongan leher putih Chenle. Yang di peluk hanya tertawa senang. Dia menggoyang-goyangkan badan Haechan gemas.
Jaemin makin menekuk sebal wajahnya. Memilih untuk bermain ponsel saja sebab Haechan menganak tirikan dirinya.
"Elo kalo mau di peluk sama si Jeno aja, noh. Orangnya lagi senyum-senyum gila kearah sini." Renjun menatap tengil Jaemin, menunjuk dengan dagu 2 meja di belakangnya. Biasalah, para senior yang selalu menganggu mereka.
"Najis. Amit-amit jabang bayi." Jaemin langsung memukul kepalanya beberapa kali dengan kepalan tangan lalu beralih memukul meja 2 kali.
Renjun tertawa kencang. Haechan yang sudah puas memeluk Chenle beralih menghampiri Jaemin.
"Nana jangan cemberut."
"Au ah, sono. Pelukan sama yang lain aja." Jaemin merengut sebal, Haechan tertawa, dia menyingkirkan tangan Jaemin dan duduk di pangkuan pemuda itu.
"Jangan marah, ih. Nana jelek."
"Ohh. Jadi gue jelek gitu, hah, hah." Jaemin dengan iseng menggelitiki sisi pinggang Haechan. Membuatnya tertawa lepas sampai menjadi pusat perhatian orang-orang kantin. Si kembar yang duduk terhalang dua meja mendengus kesal menatap mereka berdua dengan tajam.
"Nana, ampuun. Ampun."
Jaemin menghentikan kelitikannya, dia mengecup gemas pipi tembam Haechan yang makin berisi.
"Lo gak ngerasa panas?" Tanya Chenle, dia yang duduk didepan Jaemin tersenyum aneh.
"Enggak." Jawab Jaemin.
"Ahh, padahal kalo gue jadi elo punggung pasti rasanya kayak ke bakar."
Jaemin mengernyit bingung, dia beralih menatap Renjun yang sedang menyuapi Haechan. Renjun menunjuk dagu kebelakang Jaemin.
Jaemin menoleh, dia menatap aneh Jeno yang tengah tersenyum tapi tatapannya tajam. Jaemin mengangkat bahunya acuh.
"Chan, pulang jam berapa?" Tanya Jaemin.
Haechan berpikir sebentar, "mm jam 1 kalo gak salah, kenapa?"
"Anterin Nana mau gak?"
"Kemana?"
"Nyari pewangi ruangan, nanti Echan yang pilih. Pewangi kamar Nana udah abis."
Haechan mengangguk semangat, dia tersenyum manis. "Mauu, tapi traktir es krim, ya."
Jaemin mengangguk dan mengecup kembali pipi gembil itu.
"Eh, tapi.. sebentar." Haechan berdiri dari pangkuan Jaemin, 3 temannya menatap penasaran, lebih penasaran lagi ketika tau Haechan berjalan kearah mejanya senior yang sering mengganggu mereka.
"Kak Minhyung, Kak Mark." Panggil Haechan, yang dipanggil menoleh dan tersenyum.
"Kenapa manis?" Tanya Mark. Jeno dan Guanlin berkerut heran. Apalagi penghuni kantin juga penasaran, tumben si manis berambut jamur ini tidak takut pada dua sneior kembar itu.
"Itu,, Nana minta anter sama Echan buat nyari pewangi ruangan, nanti Echan di traktir es krim." Ucapnya sambil memilin baju.
"Chan, kok kamu bilang sama mereka, sih?" Jaemin bertanya dari mejanya sambil berdiri, Renjun dan Chenle mengangguk dan ikutan berdiri.
Haechan menoleh dan tersenyum lebar, lalu mengangguk. "Iya, kan kak Mark sama Kak Minhyung pacar Echan."
"HAH?"
Seisi kantin hening, Jaemin dan Chenle melotot lebar sedang Renjun tersedak minuman.
Haechan sendiri masih tersenyum lebar, Mark tertawa gemas, dia mengusak rambut Haechan pelan.
"Boleh cantik, tapi habis itu telepon kita berdua, ya. Kak Minhyung ada rapat habis ini, kakak masih ada praktek."
Haechan mengalihkan tatapannya pada Mark. "Iya, nanti Echan telepon. Kakak berdua jangan terlalu capek."
Minhyung tersenyum, "ini dulu." Katanya menepuk pipi kirinya dengan telunjuk.
Haechan dengan hati memberikannya. Mengecup pipi si kembar satu persatu lalu tertawa kecil saat kedua pipinya di jembel oleh si kembar.
Jaemin serasa tidak menapak, nyawanya serasa hilang dari tubuh. Renjun jangan ditanya, dia sudah duduk lemas dikursi kalau Chenle masih mangap kaget. Tolong, seisi kantin terutama wanita-wanita sedang menjerit tertahan menahan gemas. Yang lain masih takjub.
Serius, ini berita terheboh tahun ini!!
***
Buat yang nunggu cerita ini. Silahkan~
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Love Triangle
FanfictionHaechan hanya seorang pemuda biasa. Si polos yang Renjun bilang menjurus ke bodoh. Tidak terlalu introvert tapi dia lebih senang menghabiskan waktunya di dalam kamar di banding mengenal dunia luar Tidak pernah mengenal cinta atau bahkan menyukai ses...