"Ya Tuhan.. jauhkan hamba dari segala jenis dedemit."
Itu doa yang Jaemin rahpalkan sedari tadi. Keluar kelas bukannya meringankan beban pikiran sehabis 3 jam mata kuliah, yang ada malah tambah sumpek. Lihat, Jeno yang tersenyum manis di undakan tangga bukanlah hal yang patut ia syukuri.
"Nana yang manis. Abang udah jemput."
Tahan Jaemin, tahan. Jangan sampai dirimu melemparkan nyawa orang dari lantai 2 ini.
Teman-temannya yang baru keluar dari kelas lantas terkekeh menahan tawa. Bukan pandangan aneh sebenarnya. Tapi tetap saja, godaan Jeno untuk Jaemin adalah hiburan yang menyegarkan.
"Tolong, lah. Jangan usik hidupku. Aku mohon." Jaemin menangkupkan kedua tangannya dengan wajah memelas.
Bukannya pergi, Jeno malah ingin membungkus Jaemin untuk dikonsumsi sendiri. Anji** gemesin banget.
"Manis, tolonglah jangan begini. Abang malah gak kuat."
Dengan itu Jaemin tendang tulang keringnya Jeno, dan segera melengos kala si pemilik eye smile itu mengaduh kencang.
"Gue perkosa juga lu lama-lama. Anji** sakit banget lagi." Gerutu Jeno saat Jaemin berlari dari tangga. Dia berjingkat-jingkat kala sakit dari tendangan Jaemin terasa berdenyut.
"Sialan, gue mesti booking hotel, bakalan gue culik tu kelinci satu."
***
"Renjunie~"
Panggilan riang itu tertangkap oleh Renjun saat dirinya keluar dari ruang kelas. Dia menatap aneh Guanlin yang tengah berdiri di samping pintu dengan senyuman lebar. Dirinya menghela napas kesal, baru saja tadi pagi dia bertemu orang ini. Harus juga, ya, sekarang bertemu lagi. Mana tentanggaan. Bosan betul liatnya.
"Apaan?" Jawab Renjun ketus, tapi bukan berarti Guanlin melunturkan senyumnya.
"Pulang bareng, yuk."
Renjun menggeleng, dia berjalan meninggalkan kelas dan menyusuri koridor yang tampak lengang.
"Ogah, gue bisa sendiri."
"Kita tentanggaan manis, apa salahnya kita pulang bareng."
"Ogah, gue bisa sendiri."
Guanlin mendengus mendengar jawaban yang sama dari Renjun. Tak hilang akal dia terkekeh kecil sebelum menggendong Renjun ala karung beras dan berlari ke parkiran.
"AAARRGGHH.. GUANLIIIINNN." Teriakan Renjun menggema di koridor. Tapi siapa yang mau menolong, walau masih ada beberapa orang yang berlalu lalang mereka malah tertawa gemas.
Doakan saja Renjun agar dia tidak pusing kepala.
***
Chenle bersenandung riang keluar dari kelas. Dia mengecek beberapa partitur tangga nada piano yang ia buat sendiri. Kalau tidak salah sebentar lagi akan di adakan kegiatan musiman, kadang-kadang anak-anak dari jurusan musik mengadakan semacam pertunjukkan untuk meningkatkan kreativitas dan juga nilai. Dosen dan beberapa rektor sudah membebaskan mereka dalam berkreasi. Begitulah, dan Chenle kebagian menyanyi serta bermain piano sendirian.
Lumayan lah, baru semester awal sudah di tunjuk oleh beberapa senior. Dia sudah tidak sabar. Tapi akibatnya, dia akan menjadi lebih sibuk dan juga pasti akan jarang bertemu dengan ketiga temannya karena latihan, terlebih lagi Chenle harus merelakan Haechan yang pasti akan pulang sendirian.
"Eh, tapi anak tari biasanya gabung kan, ya." Gumamnya sendiri. Seingatnya iya, karena beberapa senior juga mengadakan adu bakat dengan anak tari. Tapi Haechannya bakalan di tunjuk buat tampil tidak, ya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Love Triangle
FanfictionHaechan hanya seorang pemuda biasa. Si polos yang Renjun bilang menjurus ke bodoh. Tidak terlalu introvert tapi dia lebih senang menghabiskan waktunya di dalam kamar di banding mengenal dunia luar Tidak pernah mengenal cinta atau bahkan menyukai ses...