"Kamu sama Shockwave saudaraan, ya?"
"Enggak, Bu. Saya nggak kenal Shockwave siapa."
"Oh, begitu. Baiklah."
Ini bukan kali pertama Soundwave dikira bersaudara dengan Shockwave. Selain itu, ada juga guru yang pernah salah menyebut namanya.
"Shockwave? Yang namanya Shockwave mana?"
"Adanya Soundwave, Pak," kata Starscream.
Ia membetulkan kacamata bacanya dan mendekatkan daftar absen itu ke matanya sambil menyipit. "Oh, iya. Soundwave hadir?"
"Hadir." Barulah Soundwave mengangkat tangannya.
Ia juga bukan guru pertama yang salah memanggil namanya. Biasanya guru tersebut sudah tua dan memiliki penglihatan yang kurang baik. Selain itu, guru yang mengajar di kelas IPA dan IPS juga mengira Soundwave dan Shockwave bersaudara. Biasanya guru tersebut masih cukup muda untuk memenuhi rasa penasaran mereka saat melihat dua nama yang hampir mirip itu.
Meskipun begitu, Soundwave tidak terlalu mempedulikannya. Ia juga tidak penasaran wujudnya seperti apa. Namun, lain halnya dengan Starscream. Ia cukup gemas dengan guru yang salah menyebut nama itu, bahkan guru yang penasaran mengapa mereka memiliki nama yang mirip hingga dikira saudara atau kerabat.
"Soundwave lagi, Soundwave lagi. Emang nggak pada penasaran sama gue apa?" gerutu Starscream ketika sesi pembelajaran terakhir telah berakhir.
"Sadar diri. Lo bukan orang penting," celetuk Megatron seraya memasukkan bukunya ke dalam tas.
"Soundwave juga bukan orang penting! Tapi kenapa dia yang ditanya terus?" Suara Starscream meninggi, tapi tidak sampai didengar Soundwave yang masih beres-beres di meja paling belakang karena suasana kelas yang sedang berisik saat pulang. Akan tetapi, tentu saja Megatron bisa mendengarnya dengan jelas. Tatapan Megatron yang sinis langsung membuat nyali Starscream menciut.
"M-Maaf …," cicitnya sambil menunduk cepat.
Megatron hanya mendengus, lalu ia kembali memasukkan tempat pensil dan buku tulis lainnya. "Soundwave sama Shockwave punya nama yang mirip, tapi nggak sodaraan. Emangnya apa yang buat lo spesial sampai buat guru yang ngajar IPA dan IPS penasaran?" tanya Megatron.
Starscream cukup tertegun mendengar Megatron bertanya dengan suara cukup tenang. Padahal ia mengira Megatron masih ketus padanya. Daripada Megatron marah lagi karena dibuat menunggu, akhirnya Starscream segera menjawab, "Gue sama dua adik gue. Kita kembar tiga, tapi nggak ada guru yang penasaran kenapa wajah kita mirip."
Megatron memandangnya datar. "Kalau wajah lo bertiga nggak mirip, namanya bukan kembar, bodoh."
"Ih, maksud gue, nggak ada guru yang tanya kenapa gue bisa punya dua adek kembar."
"Kalau ada guru yang tanya itu, emang lo bisa jawab kenapa lo punya dua adek kembar?"
Starscream terdiam sejenak. Keningnya sedikit berkerut saat memikirkan jawaban itu, hingga ia menyadari sesuatu. "Oh, iya … gue juga nggak tau, sih, itu jawabannya apa."
Megatron mendecak sambil memutar mata. "Ngomong sama orang bego cuman buang-buang waktu gue," balasnya sambil menggendong tas ranselnya.
"Maksud lo, gue bego?" Starscream tampak tak terima.
"Iya. Kenapa? Lo nggak setuju sama ucapan gue?" Megatron kembali mendelik, yang membuat Starscream mendecak sebal dan membuang wajah karena tidak bisa membantah.
"Kalian nggak pulang?"
Pertanyaan Soundwave membuat perhatian mereka berdua teralihkan padanya. Sebelum Megatron menjawab, Starscream lebih dulu bertanya padanya. "Lo nggak penasaran sama kembaran lo?"
KAMU SEDANG MEMBACA
A Whole New Story: Transformers High School AU Fanfiction [ON HOLD]
Fanfiction[For Age 15+: Terdapat kata-kata kasar yang kurang pantas] Sekolah Menengah Atas Cybertron, tempat Optimus menimba ilmu mulai saat ini. Ia bertemu dengan teman-teman baru serta teman lama yang sudah ia kenal dari jenjang sekolah sebelumnya. Sosok Me...