Chapter 12 - LDKS (4)

109 13 7
                                    

Minggu pagi adalah hari terakhir acara LDKS di sekolah itu. Mereka tidak diperkenankan mandi terlebih dahulu karena kata panitia acara, mereka akan bermain game dan akan kotor-kotoran. Jadi, lebih baik setelah bermain game saja. Mereka hanya dibolehkan cuci muka dan gosok gigi saja sebelum sarapan. 

Dari lantai tiga, seorang perempuan dengan kaki laba-labanya itu sedang mengamati barisan peserta LDKS sambil bertumpu tangan. Tatapannya tampak bosan. Sesekali ia menguap saat mengamati mereka. 

"Ra? Gue kira lo udah pulang."

Tanpa menoleh, ia tahu siapa pemilik suara itu. "Lo pikir gue bakal pulang setelah dibentak-bentak? Nggak bakal, Say," balas Arachnia.

“Lo dibentak sama Kak Magnus?” tanya Windblade penasaran.

“Kagak. Sama Sentinel yang sok iya itu, lah. Kak Magnus emang marah, cuma lo tahu lah tabiat Kak Magnus gimana.” Ia menjelaskan perangai ketua OSIS yang selalu tenang dan tampak kaku itu. "Gue justru mati bosan kalo di rumah terus. Lo sendiri ngepain di sini? Bukannya lo ngawasin anak-anak lo?"

Windblade ikut bersandar ke pembatas lantai tiga itu. "Dari sini gue juga bisa ngawasin Optimus dan kawan-kawan," ucapnya sambil mencari di mana anak-anaknya berada. "Lo nggak ada kapoknya, ya, Ra. Padahal udah dilarang dateng ke sini dan nggak boleh ikut campur sama urusan LDKS. Apa karena Sentinel jadi ketua pelaksananya?"

"Itu salah satunya. Gue juga ada urusan lain di sini, tapi kayaknya urusan itu bakal susah selesainya," jawab Arachnia dengan mata terfokus pada siswa dengan penutup kepala abu-abu itu, Megatron. 

"Urusan apa?"

Gue nggak bakal kasih tahu lo, lah, batin Arachnia. Walau begitu, sebuah ide terlintas di benaknya yang membuatnya menyembunyikan senyum liciknya. "Lo tahu 'kan gue ada di sini. Dilarang ke lantai satu sampai semua acaranya selesai. Padahal gue bermaksud buat bantu kalian." Ia menghadap ke Windblade sambil menunjukkan wajah sedihnya. 

"Bantu apa? Bukannya lo di sini cuman buat tukang adu sama buat onar aja?"

"Ah, orang yang udah dibenci, emang susah, ya, buat ngelihat kebaikan orang itu. Padahal niat gue baik loh."

"Gue nggak benci sama lo, tapi semua orang tahu kelakuan lo kayak apa,” ucap Windblade pada perempuan itu. Biar begitu, ada rasa tak enak mampir dalam hatinya. “Ya, udah. Iya, sorry. Lo mau bantu apa, Ra?" 

Arachnia mengarah ke lapangan dan menunjuk asal ke barisan peserta di sana. "Waktu jurit malam, insting gue berkata kalau salah satu dari mereka, ada yang diem-diem bawa perekam suara dan ngerekam semua aktivitas di sini."

Windblade terbelalak. "Lo serius?"

"Insting gue nggak pernah bohong, Say."

"Lo tahu siapa yang bawa?"

Mending gue kasih tahu itu Soundwave apa nggak, ya? Ah, kalau langsung gue kasih tahu, kayaknya nggak bakal seru deh, pikirnya. "Gue lupa siapa. Soalnya gue agak ngantuk juga waktu itu dan posisinya lagi gelap banget. Jadi gue nggak inget mukanya gimana," jawab Arachnia.

"Beneran nggak tahu siapa? Namanya, lo nggak tahu? Aduh, kalau sampai dia ngerekam yang nggak-nggak terus dikasih tahu ke guru, kita bisa kena masalah, nih," panik Windblade. 

"Gue bener-bener lupa. Tapi tenang aja, Windy. Kayaknya dia nggak ngerekam yang nggak-nggak, selagi acaranya emang berjalan sesuai rencana dan nggak ada masalah. Gue yakin dia ngerekam hal yang sia-sia aja."

"Gue seneng denger kata-kata optimis lo, tapi kan gue nggak tahu isi rekamannya itu apa aja. Takutnya ada kakak kelas yang kerekam ngomong kasar atau gimana--"

A Whole New Story: Transformers High School AU Fanfiction [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang