"Oh, jadi kamu berani lawan saya?"
Suara itu terdengar lantang. Siswa di hadapan laki-laki itu tak memberi balasan. Pandangan tajam penuh amarah ia tujukan pada lawan bicaranya, berharap siswa itu akan tertunduk takut. Namun, siswa itu justru menyipitkan mata, memberikan sebuah tatapan sinis yang membuat aliran darahnya semakin naik mendidih.
Brak!
Kali ini, ia memukul whiteboard yang berada di sampingnya.
"Apa maksud kamu tatap-tatap saya begitu?!"
"'Begitu' bagaimana?" Siswa baru itu menjawab dengan suara rendah dan tenang, tidak lemah, juga tidak kuat, memberi kesan menantang sosok di hadapannya.
"Kurang ajar kamu, ya! Nggak punya sopan santun sama yang lebih tua!" Tangan kanannya terangkat di atas kepala, tapi siswa baru tersebut tetap bergeming seakan tahu kalau ia tidak akan memukulnya begitu saja.
Tangannya terkepal sejenak, sebelum beralih ke tanda pengenal yang terpasang di depan dada siswa baru itu.
"Megatron. Jadi, nama kamu Megatron," ucapnya.
Siswa baru itu juga melirik ke tanda pengenal yang terpasang di almamater kakak kelas itu.
"Iya, Kak Sentinel Prime," balasnya. Suara itu terdengar rendah dan sinis ketika menyebut namanya, yang lagi-lagi membuat Sentinel naik darah.
"Kamu--!"
"Kak!"
Tangan Sentinel melayang di udara, tetapi suara panggilan seseorang dan gerakan kursi yang terdengar menghentikan tindakannya. Laki-laki itu menoleh ke pemilik suara. Hal pertama yang ia tangkap adalah dua buah antena biru yang tertaut di kepala lelaki itu. Ia menatap wajah siswa yang tertutupi masker abu-abu itu sebentar, tampak sedang memastikan sesuatu.
"Kenapa? Kamu mau ikut-ikutan ngelawan?" Kesan marah masih terdengar dari suara sang kakak kelas, tetapi di satu sisi suara milik lelaki itu juga melemah.
"Bukan begitu, Kak. Saya nggak bermaksud lancang, tapi--"
"Sebut nama dulu. Nggak sopan tiba-tiba kasih argumen tanpa sebut nama."
Siswa itu terdiam sejenak, sebelum akhirnya ia membuka suara. "Nama saya Optimus, Kak. Menurut saya--"
"Dari gugus berapa?"
"Saya Optimus, Ketua Gugus Tujuh."
Mata biru Sentinel melirik ke tanda pengenal Megatron. Di sana tertulis 'Gugus 1'. Sebelum Sentinel sempat bicara lagi, Optimus langsung melanjutkan argumennya yang sempat terpotong.
"Saya cukup keberatan dengan tindakan Kakak kepada Megatron. Menurut saya, tindakan Kakak itu sudah cukup kelewatan. Bukankah sebagai kakak OSIS seharusnya Kakak membimbing adik kelasnya dengan baik? Kenapa Kakak malah menyudutkan dia seperti itu?"
Mata Sentinel beralih pada Megatron. Sentinel dapat melihat senyum miring yang samar-samar ditunjukkan oleh Megatron. Ia membayangkan kalau adik kelasnya ini sedang mentertawakannya.
Namun, sebisa mungkin, Sentinel menahan amarahnya agar tidak meledak. "Ohhh ... Jadi, kamu mau jadi pahlawan kelas?" ucap Sentinel pada Optimus.
"Bukan begitu, Kak. Saya cuma mengutarakan pendapat," balas Optimus lagi.
"Bukankah kita di sini untuk belajar mengeluarkan pendapat?" Tiba-tiba Megatron buka suara. "Materi di hari pertama, berani dalam berpendapat."
Sentinel menggertakkan deretan gigi miliknya. Dua tangan terkepal erat saat melihat senyuman Megatron yang tampak semakin jelas. Senyuman yang merendahkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Whole New Story: Transformers High School AU Fanfiction [ON HOLD]
Fanfictie[For Age 15+: Terdapat kata-kata kasar yang kurang pantas] Sekolah Menengah Atas Cybertron, tempat Optimus menimba ilmu mulai saat ini. Ia bertemu dengan teman-teman baru serta teman lama yang sudah ia kenal dari jenjang sekolah sebelumnya. Sosok Me...