Chapter 11 - LDKS (3)

117 15 4
                                    

“Waduh … banyak banget.” Begitu gumam Jazz sepelan mungkin ketika ia baru melepaskan penutup matanya. Optimus juga ingat betul kalau pos-pos sebelumnya paling banyak diisi oleh tiga kakak panitia. Akan tetapi, di pos terakhir ini, ia melihat ada lima kakak kelas yang menyambut mereka. 

“Langsung aja karena masih banyak kelompok yang belum ke sini. Nama saya Blitzwing, yang pakai masker kuning itu Brainstorm, dan yang punya ukiran mencuat-cuat warna putih di kepalanya ini Drift. Selamat datang di pos negosiasi,” ucap Blitzwing dengan suara monoton. 

“Blitzy lupa memperkenalkan aku yang paling menawan di sini,” sambung satu-satunya perempuan yang menjaga pos tersebut. “Halo, adik-adik manis. Perkenalkan, aku Blackarachnia. Senang bertemu dengan kalian.” Ia menyunggingkan senyum manisnya yang terkesan beracun sambil melambaikan jari-jari lentiknya.

Optimus tertegun. Dalam hati ia berkata, Oh, jadi ini yang namanya Blackarachnia.

“Kan udah dibilang. Kamu, tuh, nggak diundang di sini, Ra,” ucap Drift.

“Tamu tak diundang dan tak diharapkan,” sambung Brainstorm.

“Jahatnya …,” keluh Arachnia sambil memanyunkan bibirnya. 

Meskipun bukan ditujukan kepadanya, tetapi Elita sedikit tersinggung ketika kumpulan laki-laki itu menyudutkan Arachnia sebagai satu-satunya perempuan di sana. “Maaf, Kak. Bukan bermaksud lancang, tapi saya pikir ucapan Kakak ke Kak Arachnia itu cukup jahat. Hati perempuan umumnya lebih sensitif dibanding laki-laki, jadi nggak bisa semua itu dibercandain,” ungkap Elita.

Perhatian mereka langsung tertuju kepada Elita, bahkan teman sekelompoknya juga. Mereka tak menyangka Elita akan berpihak ke Arachnia.

“Eh ... bentar. Nggak salah denger, tuh? Kamu bela Arachnia?” ulang Drift dengan dua alis terangkat.

“Wah, kayaknya adik kelas satu ini belum tahu kelakuan Kak Arachnia-nya ini gimana,” kata Brainstorm terkesan agak merendahkan.

Arachnia beranjak dari atas meja, lalu melangkah mendekati Elita dengan senyuman manis di wajahnya. “Ah, aku jadi tersentuh. Selama ini nggak ada yang bela aku.” Ia berdiri di samping Elita dan merangkulnya.

“Kita sama-sama perempuan. Sudah sepantasnya kita saling mendukung satu sama lain,” jawab Elita seraya membalas senyumannya.

Optimus merasa bersalah karena ia tidak menceritakan apa yang sudah ia ketahui tentang Arachnia dari Sentinel kepada anggota kelompoknya itu. Pun, sebenarnya ia juga tidak pernah tahu kalau ternyata Arachnia bakal datang ke tempat itu. “Elita.” Akhirnya Optimus memanggilnya. “Sepertinya ada sedikit kesalahpahaman di sini. Kak Arachnia--”

“Bukan kesalahpahaman, Optimus. Tapi kurangnya wawasanmu,” potong Arachnia. Lalu, ia menoleh ke Elita. “Elita sayang, gimana kalau kamu ikut Kakak aja?” Ia mengajaknya menjauh dari kelompok itu.

“Ke mana, Kak?”

“Sini aja. Jangan dekat-dekat teman sekelompokmu itu.”

“Kak, tapi mereka teman sekelompok saya,” tolak Elita. “Saya nggak bisa--”

“Kalau kamu kembali ke kelompokmu, aku bakal tarik name tag kamu.” Arachnia meraih name tag Elita, sebelum Elita sempat menjauhkan name tag itu.

“Kok, Kakak jadi khianatin saya? Padahal saya udah dukung Kakak tadi.” Elita terlihat kecewa.

Arachnia tertawa sekilas. “Tapi aku nggak minta dukungan kamu, sayangku,” balas Arachnia. “Lain kali jangan terlalu naif, ya, Dek. Lihat siapa yang kamu tolong. Jangan sampai kamu menyesal karena sudah menolong orang itu,” lanjutnya sambil mengusap puncak kepala Elita sekilas sebelum ia kembali memandang Optimus.

A Whole New Story: Transformers High School AU Fanfiction [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang