"Mus, kan nanti jabatan Kak Magnus mau selesai, nih. Nanti lo dukung gue nyalon jadi ketua OSIS, yak."
Pernyataan yang diangkat Sentinel di tengah santap siang jam istirahat mereka hampir membuat Optimus tersedak oleh energon yang sedang diminumnya. "Lah, lo beneran mau jadi ketos?" ujarnya dengan dua mata terbelalak.
"Iya. Emang kenapa? Kok lo kaget gitu, sih?" heran Sentinel.
"Gue kaget-nggak-kaget sebenernya. Gue tahu lo orangnya haus perhatian. Tapi, ya, nggak usah jadi ketos juga, lah. Kasihan anggota lo nanti."
Sentinel menoyor kepala Optimus tanpa rasa bersalah. "Yee, emangnya gue ketos apaan. Gini-gini, gue tahu juga caranya bersikap jadi seorang pemimpin," timpalnya. "Gue serius, Mus. Nanti lo dukung gue, yak. Jadi tim sukses gue waktu gue nyalon. Nanti gue traktir dah."
Optimus hanya memutar mata sebelum ia menjawab, "Iya, terserah."
Ratchet yang dari tadi diam saja menyimak, mencoba untuk bergabung dengan mereka. "Berarti nanti wakilnya siapa?"
Sentinel mengusap dagu panjangnya sejenak dengan mata memicing. Ia memikirkan nama-nama yang menurutnya cocok untuk menjadi wakilnya. "Hmm ... rencananya, sih, Jetfire. Dia cocok tuh jadi wakil gue. Bisa diandelin."
Optimus menggeleng sambil mendecak. "Kasihan Kak Jetfire."
Sentinel menunjukkan kepalan tangannya. "Lo bener-bener, ye, Mus. Jangan bikin gue emosi dah. Gue lagi pusing nih mikirin teguran Pak Ketos."
"Teguran waktu MOS itu? Bukannya MOS udah selesai? Kenapa masih dibahas?" bingung Optimus.
"Jadi gini, Mus. Sebenernya bukan waktu MOS aja." Sentinel mengambil posisi nyaman duduk di kursi kantin itu sambil melihat sekitar sejenak, memastikan apakah ada yang memperhatikan atau tidak. Setelah tahu tidak ada orang yang dimaksud, akhirnya ia buka suara dengan nada lebih pelan dari sebelumnya. "Sebelumnya lo berdua kenal Blackarachnia nggak?"
"Nggak," jawab Optimus. Ratchet menggeleng.
"Arachnia temen sekelas gue. Dia kelas sepuluh ikutan OSIS, tapi kelas sebelas berhenti. Gue nggak tahu kenapa dia berhenti, tapi gue yakin pasti ada alasan liciknya."
"Alasan licik?" bingung Ratchet.
"Dia di angkatan gue, terkenal licik dan paling suka ngadu ke guru kalau ada yang nyontek. Pokoknya caper banget, dah. Nah, waktu MOS itu dia dateng buat jebak gue sampe akhirnya gue kena tegur Pak Ketos. Abis itu dia juga ngadu ke guru kalau gue nggak ikutan kerja waktu kerja kelompok. Gue kena tegur sama guru killer itu. Akhirnya gue kena tegur Pak Ketos lagi. Kalau sampai gue buat masalah terus, bisa-bisa kesempatan gue buat nyalon jadi ketos, nggak ada," jelasnya dengan suara naik turun, tapi tidak sampai berteriak.
Optimus mengangguk sekilas. "Kayaknya dia nggak mau lo jadi ketua OSIS, deh. Ya udah, lo nyerah aja, Nel."
Rahang Sentinel mengeras. "Lo mau baku hantam, Mus? Ayo!"
"Sa-Santai, Kak, santai. Bercanda kok tadi hehe ...." Optimus tertawa renyah.
Sentinel mengembuskan napas cepat sambil membuang wajah ke arah Ratchet. "Lo jangan ketularan kurang ajarnya Optimus, ya, Chet."
Ratchet mengangguk sekilas. "Berarti Kak Arachnia ini berbahaya gitu kah? Jadi kita nggak boleh dekat-dekat dia?"
"Berbahaya banget sampe bunuh kalian sih, nggak, ya. Cuman, yaa ... hati-hati aja. Kadang kita nggak tahu apa dia tulis nama kita ke list 'kejahilan' dia apa nggak."
"Emang orangnya kayak gimana?" tanya Optimus.
"Pokoknya dia laba-laba. Cuman ada satu siswa yang punya tangan lebih dari dua, itu dia orangnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
A Whole New Story: Transformers High School AU Fanfiction [ON HOLD]
أدب الهواة[For Age 15+: Terdapat kata-kata kasar yang kurang pantas] Sekolah Menengah Atas Cybertron, tempat Optimus menimba ilmu mulai saat ini. Ia bertemu dengan teman-teman baru serta teman lama yang sudah ia kenal dari jenjang sekolah sebelumnya. Sosok Me...