Bab 2 : Senang Bertemu Anda, Calon Mertua

127 23 0
                                    

Bab 2 : Senang Bertemu Anda, Calon Mertua
.
.
.

ARSEAN adalah keturunan Count Davaco, usianya tiga tahun lebih tua dibanding Alisa. Selalu penuh wibawa dan banyak disukai kawan, disegani lawan. Sayangnya, ada dendam terpatri di dada. Menatap lembut pada Alisa yang meminum teh dengan elegan. Entah mengapa dia merasa ada yang aneh dari sang kekasih. Bagian mana? Arsean ragu menyebutkan 'segalanya'.

Harum semerbak pendaran aroma mawar memenuhi indra penciuman. Alisa suka mawar, tetapi istananya malah bernama 'Tulip'. Bukankah itu sedikit aneh? Arsean sempat bertanya mengapa demikian. Jawaban Alisa hanya sebuah senyuman tanpa mengatakan alasannya. Bukankah kesukaan tidak akan mempengaruhi banyak hal? Arsean menggapai cangkir tehnya, meminum sambil mencium aroma teh yang menguar dari kepulan asap tipis.

"Aroma mawar," katanya ragu-ragu meminum teh yang masih hangat itu.

Alisa meletakkan cangkir teh, menyandarkan punggung dan mulai bicara, "Aku sudah muak rasa melati, Arsean. Makanya, teh yang tersaji sekarang memiliki rasa mawar. Setelah meminum teh rasa melati tiga hari yang lalu, aku jatuh tak sadarkan diri. Tabib istana tak tahu sebab, tapi aku yakin teh itulah pemicunya. Apa kamu keberatan?"

Alisa mengamati perubahan wajah Arsean yang sedikit memucat, kemudian lelaki di seberang mejanya menggeleng dengan menormalkan ekspresi. Alisa tersenyum samar, merasa Arsean sedikit tersudutkan.

"Tentu saja tidak, Alisa. Aku hanya perlu menyesuaikan lidah agar terbiasa dengan rasa teh ini."

"Baguslah."

Kemudian keduanya saling diam. Arsean yang menatap genangan air teh di cangkir, dan Alisa yang mengamati wajah Arsean yang seperti tampak berpikir. Memang, kalau sudah curiga tertanam di dada, segala tingkah orang yang dicurigai pun tidak luput dari kata curiga. Alisa bersikap lebih awas dan waspada sekarang.

'Ini baru pembukaan, Arsean. Masih ada kejutan-kejutan selanjutnya yang akan membuatmu mengakui kesalahan dan penyebabnya.'

Kedatangan seorang dayang membuat acara minum teh sepasang kekasih terganggu, tetapi menguntungkan bagi Alisa. Dia ingin cepat-cepat berpisah dengan Arsean. Tidak mungkin bila dia mengusir Arsean dengan bilang, "Arsean, Kekasihku tersayang ... aku masih ingin sendiri merenungi apa yang terjadi dan memikir ulang cintamu padaku. Mungkin penglihatan itu benar dan aku mesti menyusun rencana membunuhmu." Jelas itu tidak akan mungkin!

"Maaf mengganggu waktu Anda, Yang Mulia." Sang dayang membungkuk hormat, sedikit takut melirik Arsean.

Alisa mengangguk. "Katakan saja, Reala." Alisa akan dengan senang hati menambahkan, "Kedatanganmu sangat menyelamatkan aku!" Tapi, kalimat itu hanya bisa disuarakan di hati.

Dayang itu bangkit dari posisi bungkuk, menatap Alisa dan berkata, "Yang Mulia Raja dan Yang Mulia Ratu telah tiba di istana utama. Sekarang, Raja dan Ratu tengah menuju kemari. Yang Mulia harus berada di dalam kamar karena itu lebih baik."

"Aku paham, Reala. Aku akan segera pergi. Anda kemasi gelas-gelas ini."

"Baik, Yang Mulia."

Alisa tersenyum tipis, menatap Arsean yang berwajah gembira. Alisa pikir lelaki itu akan meluncurkan serangan berupa rayuan pada raja dan ratu. Ah ... dasar lelaki bertopeng palsu. Perempuan berambut cokelat gelap yang diikat asal itu mengangguk dan menerima uluran tangan Arsean, mereka melangkah menuju pintu Istana Tulip, meninggalkan Reala yang mengemasi peralatan teh tuan putrinya.

Reala mengamati genangan teh yang tersisa, mendekatinya ke hidung. Tercium aroma yang tak familier di pembau, sangat berbeda dengan aroma teh yang biasa dia hidu. Reala mengernyit, mencium aroma teh satu lagi. Sama, aroma mawar yang menyengat. Harum dan membingungkan.

Merampas Nyawamu (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang