Bab 31 : Kebenaran di Atas Kesedihan

121 21 0
                                    

Bab 31 : Kebenaran di Atas Kesedihan
.
.
.

ADA yang tanya bagaimana rasanya memilih antara kebenaran dan perasaan? Sangat bingung dan dilema! Alisa sayang Riana, tetapi dia lebih sayang kepada keluarganya yang lain. Dia hanya ingin tahu mengapa Riana sampai melakukan hal sekeji itu, hal yang tidak bisa diterima.

Riana sendiri tidak tahu mesti melakukan apa. Seakan pergerakannya dikurung karena acara pertunanganan yang terjadi dalam hitungan jam. Melepas Arsean? Itu terlalu berisiko. Ke mana pun akan lari, dunia akan mengejar dan mengetahui.

Hari ini adalah hari istimewa baginya, bukannya deg-degan karena sebentar lagi bertunangan dengan lelaki yang dia cintai, Riana malah was-was memikirkan hal-hal buruk. Semenjak Alisa mengatakan perkataan yang membuatnya kalah telak di arena lomba, Riana pun tidak lelap dalam tidur.

Selalu terpikirkan ucapan Alisa. Dia tidak bisa bergerak lebih karena dalam pengawasan dayang-dayang. Ibunya sendiri meminta Riana bersikap santai. Di pikir selir raja bahwa putri tercintanya tegang karena acara pertunanganan, tidak tahu yang sebenarnya dirasa oleh Riana.

Gaun indah berwarna merah muda bercahaya kerlap-kerlip tertimpa sinar lentera. Kembangnya indah bak teratai yang mekar, pesonanya begitu memikat dengan aroma yang memabukkan. Pusat perhatian, dialah bintang malam itu yang disorot banyak pasang mata.

Melangkah hati-hati menuruni tangga, menatap ke bawah pada banyaknya wajah yang kagum. Walau bukan putri tercantik, malam itu Rianalah cinderella-nya. Ada kelegaan di hati saat menatap satu wajah yang dia cintai, wajah Spawor.

Kelegaan yang tidak bertahan lama. Riana malah gemetaran melihat Alisa menatapnya setajam pedang yang mengalahkannya di arena lomba. Tiada senyuman manis dari Alisa, hanya wajah datar sedingin badai es musim dingin.

Tidak mau ditelan rasa takut dan gelisah, Riana melempar tatapan ke arah lain. Pembawa acara memberikan sambutan dengan menyebut nama Riana secara lantang. Putri Istana Teratai yang berdiri di samping lelaki bermata abu-abu gelap.

Di tengah acara itu, tidak ada satu pun keributan yang terjadi. Alisa masih diam sambil meminum minuman yang disajikan dayang, menatap Riana tanpa mengalihkan perhatian, seakan menikmati raut cemas yang bergelayut manja di wajah perempuan bermata cokelat muda tersebut.

"Aku sudah memutuskan, Chard," katanya saat mencium bau anggur kentara. Alisa susah sangat hafal akan aroma khas Archard yang beraroma semanis anggur ungu. "Memutuskan untuk menegakkan kebenaran, dan mengungkapkan kejahatan mereka walau dengan mengorbankan salah seorang keluargaku."

Alisa menoleh pada Archard, meluruskan pandangan kepada lelaki bersama Archard. Klen yang menunduk hormat. Dia sudah siapkan segala bukti yang diperlukan oleh Alisa, bukti yang akurat membuat Alisa puas akan kerjanya yang cepat.

Bukti berupa rekaman dalam bola kristal. Benda itu akan memproyeksikan sesuatu dalam layar tiga dimensi. Berapa harga bola kristal tersebut? Jangan ditanya, yang pasti amat mahal hingga merogoh isi tabungan Alisa dan Archard. Tidak masalah, yang penting mereka dapat bukti akurat.

Alisa menerima bola kristal tersebut, menatapnya nanar. Bukti yang akan menyelamatkan keluarga dan orang-orang tersayangnya, serta melenyapkan seorang keluarganya juga. Alisa menatap Riana yang tidak berkutik saat melihat bola kristal, termasuk semua orang yang terdiam.

"Semuanya, saya meminta waktu Anda sekalian."

Alisa ke tengah-tengah ruangan. Ketika Riana akan melangkah, seorang pengawal menahannya dengan tombak. Arren ingin berteriak lantang memaki kelancangan dua prajurit yang mengarahkan ujung tombak ke leher Riana dan Spawor. Dua prajurit dari Istana Tulip.

Teriakan yang terendam oleh teriakan Alisa, "Yang Mulia Raja ingin kebenaran yang sempat Yang Mulia Raja pertanyakan kepada hamba, bukan? Inilah kebenarannya! Bangsawan dan orang-orang yang melakukan kudeta, dengan bimbingan Arsean Davoca serta dorongan dari keluarga kerajaan, yaitu Putri Riana."

Membantah, seharusnya ini hari bahagia bukan malah petaka bagi Riana. Dia sangkal dengan, "Omong kosong apa yang hendak Anda suarakan, Putri Alisa?"

"Putri Alisa, apa yang Anda lakukan?" tanya Gloui berteriak dari tempatnya.

Alisa memandangi ibu kandungnya dengan mata berkaca-kaca. Ini bukan maunya, tetapi tuntutan takdir dan keadilan atas nama kebenaran. Alisa jawab tidak kalah lantang, "Sebuah kebenaran, Yang Mulia Ratu! Kebenaran yang harus diketahui oleh seluruh dunia bahwa setiap orang itu memakai topeng di wajah masing-masing! Baiklah. Saksikan saja."

Alisa meletakkan bola kristal di lantai, mengusapnya perlahan-lahan dan meminta bola itu menunjukkan kebenaran yang sebenar-benarnya. Saat bola kristal memendarkan cahaya, Alisa menjauh sambil menutup mata. Dia tidak akan bisa melihat semua yang telah dilakukan saudari beda ibunya.

Para pengkhianat yang terjerat kudeta telah berada dalam kungkungan prajurit Istana Tulip, tidak mungkin akan kabur. Sementara Riana dan Sparow membeku di tempat. Tiada yang bisa dilakukan saat adegan demi adegan dengan suara yang jelas itu memenuhi ruangan yang seharusnya sedang meriah oleh pesta dangsa.

"Itu tidak benar, dia pasti merekayasa!" Sparow masih mengelak.

Tidak ada yang bersuara, hening, hening, hening. Alisa baru membuka mata dengan kristal cair yang membanjir ke luar. Riana terduduk. Semua sudah berakhir dengan dia berkata, "Tidak ada gunanya mengelak lagi, Pangeran Sparow. Kita telah tertangkap, tidak perlu berontak."

Pengakuan itu membuat Arren meradang sedih, sedangkan ibu kandung Riana jatuh tidak sadarkan diri. Alisa dipeluk oleh Masyel, seerat-eratnya. Para bangsawan yang telah ditetapkan sebagai perencana kudeta langsung dimasukkan ke penjara untuk diadili nantinya.

Suasana berubah saat Riana tertawa terbahak-bahak. "Apa salahnya saya melakukan kudeta? Saya juga berhak duduk di takhta tertinggi Kerajaan Cahaya, kerajaan paling berkuasa dan dihormati kerajaan lain. Saya ingin menjadi yang terpandang dengan memiliki kedudukan paling tinggi."

Alisa menyaksikan bagaimana Riana mulai meracau dan tidak terkendali, membuatnya terpaksa diamankan prajurit. Sementara Sparow mendapat tamparan keras oleh ayahnya. Begitu tamakkah pangeran dari Kerajaan Myechi?

Alisa menghapus air matanya, menggeleng bahwa semua akan segera usai. Dia tidak perlu sedih, mengambil bola kristal dan menyerahkannya kepada Klen. Memberikan bola kristal itu sebagai hadiah karena Klen telah menyelesaikan pekerjaannya dengan amat baik.

Archard menghapus air mata Alisa, menarik kedua sudut bibirnya ke atas. "Kebenaran di atas kesedihan ini akan disukai banyak orang, Yang Mulia. Jadi, jangan terlalu larut dalam kesedihan, ya?"

*

Pasaman Barat, 15 Juni 2022

Merampas Nyawamu (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang