Bab 24 : Keluarga Alexander dan Rumor Istana
.
.
.ALISA bersandar pada batas gerbang istana, jatuh tatapannya pada sepasang kekasih gelap yang berada di taman Istana Tulip. Mungkin begitu caranya agar orang lain tidak curiga bahwa mereka punya hubungan spesial. Trik yang bagus, trik yang patut diacungkan dua jempol.
Mereka bisa membuat prajurit maupun dayang tidak menaruh curiga dengan Reala yang berdiri dan Arsean duduk di bangku sambil menikmati secangkir teh hangat.
Alisa mengangguk-angguk dan berkata, "Biarkan saja mereka menikmati waktu berdua dengan canda tawa untuk mengobati rindu yang ada sekarang. Seorang Alisa masih punya hati untuk mengasihani sepasang kekasih yang terpaksa merindu akan sebuah jarak yang membentang. Duh, kasihan sekali mereka harus sembunyi-sembunyi untuk saling menjalin kasih. Maafkan aku, ya, Calon Mantan Kekasih dan Calon Mantan Dayangku."
Alisa terkikik geli sendiri, berbalik badan dan kembali naik ke tunggangan. Alisa ingin bertemu dengan seseorang yang mampu menjadi mata-mata untuk memata-matai bangsawan yang diam-diam mengkhianati kerajaan, menjalin kerjasama dengan Arsean Davaco.
Memberi penderitaan adalah jalan bagi Alisa untuk menari di atas kematian mereka. Merampas nyawa dengan perlahan, agar menjadi pelajaran supaya tidak berkhianat di belakang. Jika ingin berkhianat, tunjukkan secara terang-terangan agar bisa disebut sebagai pemberani, bukan pecundang.
Di jalan, dia bertemu dengan Archard. Lelaki bermata kuning emas yang menawarkan diri untuk ikut ke mana saja Alisa pergi, sudah seperti lintah saja; menempel. Namun, Alisa tidak keberatan akan kehadiran Archard, malah dia merasa senang.
"Suara apa barusan?"
Alisa menyengir, tangannya mengusap perut. "Sepertinya cacing-cacing di perutku melakukan demo besar-besaran, Tuan Arogan."
Archard tidak habis pikir bagaimana seorang putri akan kelaparan, sedangkan di istananya banyak makanan. "Bagaimana kalau Yang Mulia Putri mampir ke rumah saya? Count dan Countess Alexander akan senang mendapat tamu seorang putri."
"Aku tidak masalah."
Archard membimbing kuda Alisa menuju rumahnya, sedangkan Alisa tetap berada di atas punggung kuda tanpa harus letih berjalan kaki. Mereka lebih banyak mengobrol dibanding sebelumnya. Archard juga sudah banyak memperlihatkan ekspresi selain ekspresi es-nya. Alisa senang saat Archard tidak sengaja kelepasan tertawa. Tawa yang membuat hati Alisa menghangat.
Sepanjang jalan pun, Alisa menceritakan perihal Kea--wanita berjubah yang kemarin hendak menyerang mereka, juga cerita lama dari Kea. Semuanya, Alisa mengatakan semuanya. Lupa bahwa dirinya sedang diawasi lelaki berpakaian ninja, menahan cemburu yang membakar.
Setiba di kediaman Alexander, Alisa langsung disambut meriah oleh seluruh penghuninya. Kedatangan Putri Istana Tulip memberikan warna yang berbeda, terlebih bagi Count dan Countess Alexander. Mereka menerima dengan tangan terbuka kedatangan Alisa, ya ... walau dengan hati yang penasaran, bagaimana dua rival yang dikenal dengan persaiangan yang hebat bisa seakrab sekarang?
"Selamat datang di gubuk ini, Yang Mulia," kata Haeva setelah memberi salam penghormatan. "Gubuk kami akan mendapatkan berkah atas kehadiran Yang Mulia."
"Kediaman ini sebanding dengan istana, jadi jangan merendah, Countess. Saya sangat senang kehadiran saya diterima dengan amat baik di sini."
Kali ini, Count Alexander menyela, "Memang semestinya demikian, Yang Mulia. Mari, kita makan siang bersama-sama."
Yang paling antusias akan kedatangan Alisa adalah Freya. Dia tiada henti mengoceh dan memuji masakan Haeva di hadapan Alisa, membuat tamu istimewa mereka itu ingin cepat-cepat menyantap masakan Countess Alexander. Alisa melirik Archard, memberikan senyuman terbaik. Tatapannya menjelaskan segalanya, termasuk ucapan terima kasih yang tiada terkata.
Archard senang tamu istimewanya tampak senang, menyantap lahap hidangan yang tersaji. Sesekali Alisa bergumam bahwa masakan Haeva memang sangat lezat, terlebih sup dagingnya. Tidak ada makanan pembuka, tetapi ada makanan penutup berupa puding rasa cokelat.
"Chard memberitahu saya bahwa Yang Mulia sangat suka puding cokelat, jadi saya mencoba membuatnya dibantu Freya. Kebetulan Yang Mulia mampir kemari."
Mendengar penuturan Haeva, Alisa menoleh pada Archard yang langsung mengalihkan perhatian dengan pipi yang memerah. Alisa tersenyum hangat. Jadi, rival yang kini menjadi partnernya sering menceritakan dirinya kepada Haeva? Waw, ada apa ini?
Alisa kembali pada Haeva dengan memberikan pertanyaan, "Apa lagi yang dikatakan Chard tentang saya, Countess?"
Haeva menyeringai saat Archard menggeleng, memberi isyarat agar Countess Alexander tutup mulut saja. Jangan sampai menbocorkan rahasia yang telah dia titipkan kepada ibu tirinya itu kepada Alisa.
"Sangat banyak, Yang Mulia. Jika saya sebutkan, pastilah tidak selesai satu hari. Chard sangat mengetahui segala yang Anda sukai dan yang tidak Anda sukai. Aneh bukan untuk seukuran rival?"
Alisa mengembangkan senyuman. Dia lanjut menghabiskan puding cokelat yang dimasak Haeva pertama kalinya dan Alisa beruntung menjadi pencicip utama. Freya menjulurkan lidah mengejek Archard yang tidak bisa berbuat banyak.
*
Kemesraan yang disembunyi-sembunyikan membuat Naesha memaki diam-diam. Rencana timbul di pikiran untuk membuat Reala tersudutkan di Istana Tulip. Beranggapan akan menambah penderitaan adik beda ibunya itu sampai frustrasi. Fakta yang dia bilang dengan menyebarkan opini sendiri kepada dayang-dayang yang berada di Istana Tulip.
Rumor yang sebenarnya adalah kenyataan itu beredar dengan cepat. Saat Arsean telah pulang dan Reala berjalan di antara dayang-dayang lainnya, dia mendengar bisik-bisik dan lirikan sinis dari dayang-dayang tersebut.
Dari semula jalannya yang lumayan cepat menjadi sedikit melambat untuk mengetahui apa yang dibicarakan para dayang. Ketika dia berhenti di sebuah kerumunan dayang yang biasa membicarakan aib orang lain, bisik-bisikan itu semakin jelas dan dinyaringkan.
"Kalian lihat bukan tadi mereka tampak saling bercanda dan tertawa? Lirikan mata mereka bahkan menyimpan sesuatu."
"Itu benar sekali! Pasti ada apa-apa di antara mereka berdua. Mana mungkinkan seorang bangsawan mau ditemani berlama-lama oleh dayang rendahan istana?"
Reala menarik rambut dayang yang barusan bicara. "Siapa yang kalian bicarakan?"
Dayang-dayang lain membantu temannya yang diintimidasi oleh Reala tanpa takut. Untuk apa mereka takut? Toh, status mereka sama saja.
"Orang yang kita bicarakan merasa tersinggung, Teman-teman. Bukankah kenyataannya memang begitu, Nona Reala? Anda berupaya menggoda Tuan Muda Arsean, kekasih Yang Mulia Putri."
"Apa yang kalian maksud? Saya dan Tuan Muda Arsean sama sekali tidak punya hubungan apa pun! Saya hanya menawarkan diri untuk menemani dia sampai Yang Mulia Putri pulang. Tidak berniat menggodanya!"
"Jangan dengarkan dia, Teman-teman. Ayo, kita pergi daripada mendengar pembohong ini semakin berbohong!"
Dayang-dayang pergi meninggalkan Reala yang mengepalkan tangan. Dia kira triknya akan berhasil mengelabui para dayang bodoh. Tidak seperti harapan, bahkan rumor itu telah menyebar dengan cepat. Bukan hanya para dayang yang tahu, melainkan para prajurit yang ada di Istana Tulip pun membicarakan hal yang sama.
"Siapa yang berani menyebarkan ini? Tidak mungkin mereka tahu sendiri, pastilah ada yang menyebarkan dan menghasut para dayang untuk percaya dan menyebarkan berita ini dari mulut ke mulut."
Sementara si penyebar berita tersenyum puas dari tempatnya, tidak akan membiarkan Reala untuk berbahagia karena karma telah tiba.
"Selamat menikmati penderitaan yang lebih hebat, Calon Mantan Adikku."
*
Pasaman Barat, 15 Juni 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
Merampas Nyawamu (Tamat)
FantasyAPA ada lelaki sukses tanpa seorang wanita hebat yang berdiri tegap di belakangnya? Tidak! Wanita adalah tulang rusuk yang membuat lelaki kokoh berdiri. Lantas, mengapa Arsean malah membuang Alisa di tempat pelelangan wanita? Apa itu perbuatan terho...