Bab 23 : Wanita Bernama Kea
.
.
.RAHWAN sangat mengutuk wajah wanita yang tiba-tiba muncul itu, meludahinya hingga lenyap dari pandangan. Menyumpahi agar Sang Pencipta segera memanggil nyawa wanita tersebut hingga tiada lagi berkeliaran di muka bumi. Wanita dengan badan yang dilindungi jubah hitam berasap tipis, wajah hancur dengan sederet gigi hitam nan runcing ... air liurnya terus menetes.
Alisa meneliti wajah wanita tersebut. Suaranya sangat merdu. Alisa pikir, pastilah dahulunya sebelum wajah wanita itu hancur, dia pemilik wajah cantik yang mempesona. Lantas, apa sebab hal wanita itu memiliki wajah yang hancur?
"Siapa yang memanggil Anda?"
Wanita itu melayang mengelilingi Alisa dan Rahwan, memainkan rambutnya yang ikal, berhenti di hadapan Alisa dengan tatapan tertuju pada sepasang bola mata hijau muda yang hanya dimiliki sepuluh dari seribu orang.
"Salam hormat, Yang Mulia Putri." Wanita itu menunduk.
"Salam. Ummm, bangunlah!" pinta Alisa.
Rahwan menimpali, "Bisakah Anda merubah wajah itu menjadi lebih baik di hadapan Yang Mulia Putri, Wanita Terkutuk?"
Alisa tidak tahu mengapa Rahwan memanggil wanita tersebut dengan panggilan 'Wanita Terkutuk'. Bukankah itu terdengar kasar dan menyakitkan? Anehnya, wanita yang kini bangkit dari posisi membungkuk malah terkikik kesenangan, seperti tidak merasa bersalah dengan panggilan kasar dari Rahwan.
"Sudah lama sekali tidak bertemu, Tuan Pemanah. Panggilan sayang Anda terhadap saya masih saja sama, ya?"
Rahwan memutar bola mata malas. Sangat kesal bila sudah berhadapan dengan jenis wanita seperti itu.
"Anda tidak mendengarkan saya?"
"Ha-ha-ha. Baiklah, Tuanku Sayang."
Alisa benar-benar tidak paham! Hanya bisa melihat interaksi antara Rahwan dan wanita berjubah hitam yang kini memejam dan berputar-putar menciptakan badai kecil. Asap hitam melingkupi tubuhnya. Badai kecil telah berhenti, muncullah seorang perempuan berwajah cantik dengan pakaian seorang bangsawan.
"Apa begini lebih baik, Tuanku Sayang?"
Rahwan menggertakkan gigi, tidak suka dipanggil demikian oleh wanita jadi-jadian seperti wanita di hadapan Alisa.
"Berhenti memanggilku seperti itu, Wanita Terkutuk!"
Alisa memijit pelipis. "Hentikan drama antara kalian berdua. Sekarang, tolong jelaskan padaku tentang hubungan asmara kalian."
Untuk sesaat, keheningan melingkupi sebelum Rahwan berteriak tidak suka dibilang punya hubungan asmara dengan wanita yang merubah wajahnya jadi cantik.
"Sebelumnya, perkenalkan nama saya Kea, Yang Mulia Putri. Saya hidup lebih dari puluhan abad. Hidup sampai hari akhir bukanlah keinginan saya. Hanya saja, saya mesti menerima kutukan karena sebuah kesalahan. Jadi, saat orang lain memanggil saya 'Wanita Terkutuk', bagi saya tidaklah masalah. Mereka memanggil sesuai dengan kenyataan."
Alisa menggeleng tidak setuju, mengabaikan langit yang mulai ditutupi awan kelabu walau masih setipis lembaran kertas kerja di ruang kerja pangeran mahkota. Seburuk dan sejelek apa pun takdir seseorang, bisakah tidak memberi panggilan kasar lagi menyakitkan hati?
"Saya tetap tidak setuju, Nona Kea. Dan, untuk Anda, Tuan Rahwan. Panggillah Nona Kea dengan namanya, bukan yang lain. Sebab, dia punya nama yang telah dititipkan seseorang padanya."
Rahwan memberontak, "Tidak bisa, Yang Mulia! Jika saya memanggilnya dengan namanya, maka dia akan menjadi besar kepala."
Alisa menatapnya sengit, membuat Rahwan terdiam. "Ini bukan permintaan, Tuan Rahwan, melainkan perintah Putri Alisa dari Kerajaan Cahaya."
*
Terbilang puluhan tahun dahulu, seorang perempuan cantik pemilik pesona luar biasa sangat terkenal dan dipuja. Karena selalu dipuja, dia menjadi sangat angkuh dan besar kepala. Pesan dan amanat orang lain tidak lagi didengar. Merasa tidak ada yang mengalahkan kecantikannya, dia sering membanggakan diri di hadapan para perempuan, termasuk ibunya sendiri.
Gelar dewi kecantikan memang patut diberkahi kepada Kea. Tidak ada lelaki yang mampu mengambil hati seorang Kea, selain pangeran mahkota dari kerajaan tempatnya bernaung. Namun, Kea sangat menyayangkan bahwa pangeran mahkota tidak menyukainya dari segi mana pun.
Di tengah-tengah lelaki yang memuja kecantikannya, berharap Kea menjadi permaisuri, pangeran mahkota malah enggan mengakui kecantikan Kea atau bahkan menatap wajah perempuan itu. Hal tersebutlah yang membuat Kea semakin tertarik kepada pangeran mahkota.
Sampai suatu hari, terdengar kabar pangeran mahkota akan menikah dengan seorang perempuan dari negara tetangga. Amarah dan kecemburuan menjadi satu di dada Kea, membuat cinta di dadanya berubah jadi dendam untuk melenyapkan.
Dengan sedikit merayu saja, Kea berhasil memperdaya seorang kesatria agung untuk menodai perempuan yang akan menikah dengan pangeran mahkota. Tidak ada yang tahu siapa dalang di balik matinya calon permaisuri pangeran mahkota, kecuali kesatria yang menodai perempuan tersebut.
Sadar akan tipu daya yang diberikan oleh Kea, kesatria memberitahu kebenaran. Kutukan terjadi langsung dari mulut sang pangeran mahkota, bahwasanya Kea tidak akan dihukum mati karena telah membuat calon permaisuri pangeran mahkota kehilangan kehormatan dan berujung gila hingga memilih tiada, melainkan hidup sampai semesta hancur lebur.
Bukan hanya itu saja, pangeran mahkota pun mengutuk wajah Kea berubah jadi buruk rupa. Jikalau pun bisa merubah wajah, Kea tidak akan bisa kembali ke wajah yang dibangga-banggakannya. Ada yang pernah dengar, kutukan orang yang teraniaya itu mujarab?
Yah, itulah yang terjadi pada seorang Kea. Wajah yang cantik tidak akan ada gunanya bila hati dipenuhi kedengkian, kesombongan, iri, dan segala macam penyakit hati lainnya. Kutukan yang menjadi kenyataan, Kea akan hidup sampai semesta benar-benar hancur.
Menjadi penghuni inti hutan di utara Kerajaan Cahaya, menakuti orang-orang yang mencoba masuk ke inti hutan dengan wajahnya yang menyeramkan. Bukan karena ingin lagi berbuat jahat, Kea sudah sangat menyesal. Itu dia lakukan agar tidak ada yang menyakiti hewan maupun tanaman yang ada, cukup Kea saja yang merenggut kehidupan mereka tanpa sadar.
*
"Jadi, begitulah ... Yang Mulia. Di lain waktu, saya akan menjadi sosok yang jahat dan tidak beradab. Di lain waktu pula, saya bisa menjadi baik kembali dan menyesali perbuatan saya. Ummm, setelah bertemu dengan Yang Mulia kemarin, sosok jahat dalam diri saya tidak ke luar lagi."
Rahwan mengernyit. Dia tidak tahu kalau kemarin Alisa datang kemari.
"Aura hijau muda yang melingkupi tubuh Yang Mulia mungkin sangat menakutkan bagi sosok saya yang satu lagi." Kea terkikik geli.
"Nona Kea bisa melihat aura saya?"
Kea mengangguk mantap, membusungkan dada. "Tentu, Yang Mulia! Melihat aura yang Anda miliki, pastilah Yang Mulia ini keturunan kerajaan yang paling disayangi kristal hijau. Oya, lelaki tampan yang bersama Yang Mulia kemarin memiliki aura sehangat mentari, kuning keemasan. Saya meyakini bahwa antara Yang Mulia dengan Tuan Muda itu ada tali merah yang menghubungi kalian."
Rahwan berdeham, dia cemburu. Seharusnya tidak begini, sehingga membuat Kea menggodanya terus menerus. Kea mengatakan bahwa tempat berdirinya Kerajaan Cahaya adalah bekas tempat berdirinya kerajaan pangeran mahkota yang mengutuk Kea. Tepatnya, di Istana Tuliplah kerajaan utamanya berada.
Pantas saja banyak Alisa temui benda-benda kuno, termasuk jalan rahasia yang menghubungi kamarnya dengan salah satu sungai yang kini mengering. Apa mungkin di dalam ruang rahasia itu ada benda-benda kerajaan terdahulu yang menarik?
*
Pasaman Barat, 15 Juni 2022
![](https://img.wattpad.com/cover/310173691-288-k693000.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Merampas Nyawamu (Tamat)
FantasyAPA ada lelaki sukses tanpa seorang wanita hebat yang berdiri tegap di belakangnya? Tidak! Wanita adalah tulang rusuk yang membuat lelaki kokoh berdiri. Lantas, mengapa Arsean malah membuang Alisa di tempat pelelangan wanita? Apa itu perbuatan terho...