Bab 25 : Sejujur-Jujurnya
.
.
."KAPAN saya harus menemui Yang Mulia lagi untuk memberikan laporan?"
Alisa memegang gelas kaca rampingnya dengan gaya, menatap lawan bicara dengan puas. "Sepuluh hari lagi. Datanglah ke Kerajaan Cahaya sebagai tamu undangan." Menyodorkan sebuah lencana tulip, Alisa kembali bersandar. Lawan bicara menerima lencana tersebut. "Lencana tulip yang terbuat dari intan asli, harganya tidak akan bisa Anda bayangkan. Anda akan dihormati di mana pun Anda berada bila lencana itu selalu dikenakan. Jadi, berikan saya laporan dan bukti-bukti yang kuat."
"Saya mengerti dan berjanji tidak akan mengecewakan Yang Mulia dan Tuan Muda Archard."
Archard mengangguk-angguk, menuangkan anggur gratis ke gelas dan meneguknya. Dia tidak banyak berkomentar, hanya diam dan mendengarkan pembicaraan Alisa dengan lelaki bertopi koboi pemilik tato di sekujur tubuh mengenai bangsawan yang mesti dimata-matai.
Alisa tersenyum lebar, tidak sabar menunggu hari penderitaan orang-orang yang telah menjadikannya bahan taruhan akan lenyap dengan sebuah penderitaan yang tiada tara. Hati nurani Alisa masih memberikan penolakan, bahwa Alisa benar-benar kejam kali ini.
"Yang perlu Anda pastikan, jangan menyakiti keluarga tersangka yang tidak mengetahui perihal para pengkhianat ini."
"Dimengerti, Yang Mulia."
Walau berada di tempat yang tertutup, dentuman musik masih terdengar samar. Di celah-celah udara pun cahaya warna-warni berkedap-kedip penuh gairah, segairah orang-orang yang berada di luar ruangan pemilik bar terpelosok.
Alisa tahu lelaki bertato tersebut dari Archard. Archard sendiri tahu karena lelaki itu berteman akrab dengan Reon dan sesekali menyambangi Reon di bar lelaki yang tidak kalah bertubuh kekar tersebut. Namanya Klen, pemilik bar termahal yang tidak banyak diketahui orang luar.
Hanya bangsawan kelas atas yang berada di sana. Tidak dapat dipungkiri, saat masuk bar mencari Klen, Alisa mendapati banyak bangsawan yang dia kenal. Bangsawan yang diketahui dunia sebagai bangsawan terhormat dan baik, tetapi di bar itu ... mereka tidak ubahnya sampah yang menjijikkan.
Bukan permasalahan minum alkohol dan anggur yang memiliki alkohol tingkat tinggi, melainkan jamah menjamah tubuh yang dilakukan dengan banyak orang. Misalnya, satu lelaki digerayangi lima wanita cantik. Untung saja saat masuk Alisa dan Archard memakai topeng, mengancam sedikit pelayan bar untuk memberitahu keberadaan Klen, mereka bisa bertemu dengan Klen tanpa banyak hambatan.
"Jangan minum banyak-banyak, Tuan Putri Cantik, nanti akan mabuk."
Alisa terperanjat. Membelalakkan mata menatap Archard yang sudah mabuk. Klen terkekeh geli.
"Oh ... Ya Tuhan, Tuan Arogan sudah mabuk berat. Hei, Chard! Bangunlah, sadar cepat! Ini salahku karena tidak memperhatikan dia minum terlalu banyak."
Klen menengahi, "Yang Mulia, percaya atau tidak, biasanya orang mabuk akan mengatakan hal yang jujur yang tidak bisa dia katakan selagi sadar. Banyak orang menganggap orang mabuk itu sudah tidak waras, kehilangan akal sehat. Tapi, sebagai pemilik bar kelas atas ini, saya punya pendapat sendiri."
Alisa mengangguki perkataan Klen, menatap kasihan pada Archard. Konyol sekali. Lihatlah keadaan Archard sekarang, meletakkan dagunya di kedua telapak tangan, menatap Alisa dengan senyuman lebar. Ini diri Archard yang lain.
"Hanya saja saya merasa aneh. Yang banyak minum adalah Yang Mulia, tetapi yang mabuk malah Tuan Muda Archard."
"Karena sebanyak apa pun saya meminun anggur, sekalipun anggur mahal dengan sekali teguk bisa langsung mabuk, saya tetap tidak akan mabuk."
Waw, pernyataan yang membuat Klen menganga takjub. Hanya ada satu di antara ratusan orang yang tidak akan mabuk seperti Alisa. Putri Istana Tulip itu adalah orang pertama yang dia temui tidak bisa mabuk! Menakjubkan.
"Hai, Cantik. Apa kau tahu rahasia Archard?"
Alisa menggeleng. Klen kembali berucap, "Tanyakan apa yang ingin Anda tahu tentang rahasia Tuan Muda Archard, Yang Mulia. Pasti dia akan menjawab dengan jujur."
Alisa menjawab Klen dengan kalimat, "Apa tidak apa-apa saya mengetahui rahasia dia yang sedang mabuk?"
Klen berdiri dari tempat duduknya. "Jika tidak bertanya sekarang, Yang Mulia akan menyesal jika ada pertanyaan yang ingin sekali Yang Mulia ketahui dari Tuan Muda Archard. Maaf, Yang Mulia ... saya sepertinya harus pergi."
"Baiklah."
Pintu ruangan pribadi Klen kembali tertutup, menyisakan Alisa dan Archard yang sudah mabuk. Alisa meminum anggurnya sambil menatap Archard dengan horor. Baginya, tampang Archard yang demikian sangat menakutkan. Lebih baik dia melihat Archard yang berwajah datar dan bertutur kata setajam pisau.
"Aku mencintamu, Putri Alisa."
Dan, Alisa terdiam dengan posisi bibir gelas di bibirnya tanpa ada setetes anggur yang masuk ke mulut.
"Aku mencintaimu dari dahulu sampai kapan pun. Bodoh sekali bukan diriku?"
Archard merubah posisi menjadi berdiri, mencondongkan tubuhnya hingga wajah mereka berjarak beberapa senti saja. Jantung Alisa berdegup lebih kencang, melirik bibir merah alami Archard yang menggoda. Tangan Archard terangkat, membelai wajah Alisa dengan lembut, lalu mengambil sesuatu yang menempel di dagu Alisa.
"Seharusnya aku tidak mencintaimu karena aku tahu, kamu tidak akan bahagia denganku. Mana mau berlian yang sinarnya menyilaukan menjadikan debu lantai bersanding dengannya?"
"Chard, sepertinya kamu benar-benar sudah mab-"
Telunjuk Archard menempel di bibir Alisa. "Stttsss! Siapa yang mabuk, Putri Alisa yang cantik? Aku tidak mabuk dan mengatakan hal yang jujur. Sejujur-jujurnya."
Alisa tidak lagi menyangkal. Sikap Archard memang tampak seperti orang mabuk, pun perkataannya yang kacau. Namun, tatapan lelaki bermata kuning emas itu adalah kebenaran.
"Dari kapan kamu mencintaiku, Chard?"
Archard kembali duduk, mengangkat kaki ke atas meja dan meneguk anggurnya lagi. "Sudah lama, semenjak aku mengenalmu, Putri. Aku melihat seorang putri tertawa mengejar kupu-kupu di taman mawar, terjatuh dan masih saja tertawa. Dia dikelilingi para dayang, dijaga dengan baik. Seakan jika ada yang menculik tuan putri mereka, mereka akan mengutuk diri sendiri. Aku mencintaimu, Alisa, sangat mencintamu!"
Mungkin memanggil nama saja terdengar lancang bagi yang tidak memiliki ikatan apa pun dengan seorang putri. Akan tetapi, Alisa senang mengetahui bahwa lelaki yang selama ini dia jadikan rival yang sepadan mencintai dirinya.
Archard tertawa kecil. "Aku mengatakan omong kosong atau kebenaran? Coba tebak, Tuan Putri yang cantik."
"Kebenaran, kau mengatakan kebenaran yang membuatku merasa bahagia, Chard!"
*
Alisa tiada henti tersenyum, tidak pula memberikan jawaban sebagai alasan mengapa dia terus saja tersenyum. Naesha bahkan sangat ketakutan mendapati tuan putrinya terus saja melengkungkan bibir. Bau anggur yang tercium dari mulut tuan putrinya membuat Naesha berpikiran bahwa Alisa sedang mabuk.
"Tidak-tidak! Aku sama sekali tidak mabuk, Na! Mungkin aku meminum banyak anggur hari ini, tapi aku tetap tidak mabuk. Percayalah padaku! Aku baik-baik saja, bahkan rasanya amat baik hingga perasaanku sangat baik. Senyum di bibirku ini sebagai bukti bahwa aku sangat merasa baik."
"Anda sangat kacau, Yang Mulia. Mandilah terlebih dahulu. Sudah saya siapkan air hangat untuk Yang Mulia."
Alisa menuruti saja. Percuma mengatakan bahwa dia sama sekali tidak mabuk pada dayang pribadinya itu, Naesha tidak akan percaya dan terus menganggapnya sedang mabuk. Alisa tidak akan mengatakan kepada Naesha bahwa dia baru saja mendengar Archard mencintainya sejak lama.
"Tunggu, Yang Mulia! Minumlah ini terlebih dahulu supaya mabuk Yang Mulia berkurang. Oh Tuhan, jikalau Yang Mulia Raja dan Ratu tahu Anda sedang mabuk, tamatlah riwayat saya."
Alisa meminum air yang diberikan Naesha sampai habis. "Ya sudah, jangan beritahu mereka kalau diriku mabuk. Mudah, kan?"
*
Pasaman Barat, 15 Juni 202
KAMU SEDANG MEMBACA
Merampas Nyawamu (Tamat)
FantasiAPA ada lelaki sukses tanpa seorang wanita hebat yang berdiri tegap di belakangnya? Tidak! Wanita adalah tulang rusuk yang membuat lelaki kokoh berdiri. Lantas, mengapa Arsean malah membuang Alisa di tempat pelelangan wanita? Apa itu perbuatan terho...