Bab 13 : Pembicaraan Malam Hari
.
.
."SELAMAT malam, Cia. Nama saya Dwira. Oya, saya baru melihat Anda pertama kalinya di sini. Apa Anda baru pindah kemari?"
Alisa tersenyum, merasa penyamarannya berhasil. Dibantu kaca mata tebal tanpa resep, itu memudahkan Alisa menyamarkan warna bola mata langka.
"Benar, Dwira. Saya dan keluarga baru pindah kemari. Tetapi, kami masih tinggal di rumah inap. Masih mencari lokasi untuk membangun tempat tinggal."
Dwira mengulas senyuman, menutup buku tebalnya dan tertarik memulai pertemanan dengan perempuan berambut ikat dua ke depan. Rambut lurus yang tampak halus walau pencahayaan remang-remang dari lampu minyak. Dwira tebak, pasti perempuan berkaca mata tebal itu melakukan perawatan rambut.
"Akan sangat mengasyikkan bila kita bertemu setiap hari."
"Sepertinya begitu, Dwira. Ummm, permasalahannya ... aku tidak akan bisa menemuimu di siang hari. Orang tuaku bilang untuk tidak ke luar rumah. Ini saja aku berhasil berkat kelihaianku menyelinap ke luar."
Suasana telah berubah lebih akrab dengan obrolan antara dua gadis yang rupanya seumuran. Sayang sekali, Dwira tidak mengenal sosok Alicia sebagai Alisa. Jika dia tahu, pastilah suasana akrab ini tidak akan terbentuk. Dia akan sangat berhati-hati dan kaku dalam bertutur kata.
Inilah mengapa Alisa senang sekali melakukan penyamaran, karena dia tidak suka ditakuti dan disegani bila ke luar istana dengan pakaian ala putri kerajaan. Alisa tidak ingin ini berakhir. Dia benar-benar suka sosial yang terjalin antara masyarakat desa. Bebas, sebebas angin yang berkelana dari satu tempat ke tempat yang lain.
Alisa memberikan semua biskuitnya kepada Dwira sebagai teman membaca buku tebal yang rupanya adalah sebuah novel romansa, sedangkan dia segera pulang karena telah mengantuk. Alisa sebelumnya berjanji kepada Dwira untuk bertemu lagi esok malam di tempat yang sama. Membawa perasaan bahagia, Alisa berjalan pulang.
Di perjalanan, dia melihat wanita yang dikenalnya bertemu dengan seorang lelaki berpakaian tertutup, hanya bagian sepasang matanya yang menampakkan bola mata oranye yang indah. Alisa bersembunyi di balik pohon, mengawasi pergerakan keduanya dan memasang telinga baik-baik.
"Pekerjaan Anda sangat bagus, dan saya menyukainya. Ini adalah bonus dari saya untuk Anda."
"Terima kasih, Yang Mulia."
"Lakukan terus hingga saya meminta Anda untuk berhenti."
"Baik, Yang Mulia."
"Baiklah. Saya harus pergi."
"Hati-hati, Yang Mulia."
Wanita itu menaiki kereta kuda dan kereta berjalan dengan enam pengawal kerajaan terlatih yang mengiringi di belakang. Mulut Alisa berada pada posisi terbuka lebar. Dia tidak menyangka pemanah misterius yang menghantui Arsean adalah orang bayaran ibunya. Orang bayaran Ratu Gloui! Ini kabar hangat yang mengejutkan baginya, sekaligus sangat menggembirakan.
"Ibunda memang hebat! Selamat menikmati hidup penuh teror, Arsean Sayang."
*
Melesat cepat, membelah angin sepanjang ia bergerak hingga menancap di papan sasaran. Tiada yang meleset dari perkiraan, tepat di tengah-tengah papan sasaran walau pemanahnya menunggangi kuda. Jenis anak panah yang digunakan sangat langka. Panah yang bisa menembus tulang yang keras.
Bila seseorang menyimpan anak panah itu, maka anak panah tersebut akan kembali lagi kepada pemiliknya. Seperti contoh anak panah yang disimpan Arsean, kembali lagi kepada pemanah misterius. Anak panah ditarik ke belakang, tali busur menegang, ketika akan melepas ... sebuah anak panah lain lebih dahulu menancap tepat di bidikan si pemanah membuat dia mengendorkan tali busur dan melihat siapa yang berani melangkahi tindakannya.
Seorang perempuan berpakaian sederhana, rambut diikat dua ke depan, dan sebuah kacamata bertengger di hidung. Tangannya memegang busur dan anak panah, bibirnya bersiulan membentuk irama berpadu nyanyian kodok. Pemanah dengan pakaian tertutup warna serba hitam itu turun dari kudanya, berjalan ke arah perempuan yang kini menatapnya dengan senyuman licik.
"Salam hormat hamba, Yang Mulia Putri Alisa." Alisa cukup terperanjat mendengar pemanah misterius itu mengetahui siapa dirinya. "Jangan kaget, Yang Mulia. Hamba tahu siapa Anda sekaligus jikalau Yang Mulia menyamar menjadi nenek-nenek."
Berdecih, Alisa menjawab, "Saya tidak berniat menyamar menjadi nenek-nenek. Jangankan nenek-nenek, menjadi ibu-ibu beranak dua belas saja saya tidak mau."
Pemanah misterius tertawa pelan, bangkit dari posisi duduk hormatnya, menatap Alisa yang melompat turun dari pagar pembatas dengan mudah.
"Hal apa gerangan Yang Mulia mendatangi kediaman hamba?"
Alisa berjalan ke arah kuda, mengusapnya perlahan hingga kuda itu merasa nyaman. "Anda boleh meneror Arsean, tetapi jangan sampai membunuhnya. Karena yang boleh membunuhnya hanya saya seorang. Anda paham?"
"Kiranya Yang Mulia Putri sudah tahu."
"Ya tahulah, kan, saya menguping pembicaraan antara Anda dengan Yang Mulia Ratu."
Bukan kelepasan, Alisa hanya bersikap jujur seperti gelarnya sebagai putri yang jujur. Pemanah misterius tertawa pelan mendengar kejujuran Alisa. Ini adalah pertama kalinya dia berbicara langsung dengan Putri Istana Tulip yang terkenal akan kecantikannya. Ada benarnya, walau Alisa sekarang menyamar sebagai gadis desa biasa, tetap saja aura bangsawannya terasa pekat.
"Jangan bilang pada Yang Mulia Ratu kalau saya bertemu dengan Anda."
"Saya menjaga privasy Anda, Yang Mulia."
"Terima kasih, ummm ...."
"Panggil saya Rahwan, Yang Mulia."
"Baik, Rahwan, ingat perbincangan singkat kita malam ini. Jangan kecewakan saya."
Rahwan menatap Alisa yang menatapnya juga. Sosok cantik dengan senyuman licik mematikan. Putri dari Kerajaan Cahaya yang kilaunya melebihi putri lainnya yang pernah Rahwan temui, tapi sayang ... dia tidak akan pernah bisa menyimpan kilau itu untuk dirinya sendiri. Rahwan selain terlambat bertemu dengan perempuan itu, dia juga sadar siapalah dirinya yang hanya bergelar 'Pemanah Misterius Bayaran'. Punya segudang nama, salah satunya Rahwan.
Alisa melompat ke atas gerbang beton, meletakkan dua jari di kedua matanya, lalu mengarahkan dua jari itu kepada Rahwan sebagai isyarat bahwa putri itu mengawasinya. Sehabis kepergian Alisa, Rahwan mengurut dada, menenangkan dada yang berdebar. Senyumannya tidak berhenti mematri di bibir, malam yang sangat menyenangkan lagi berkesan.
Bagi Rahwan, Alisa sangat berbeda. Di belakang punggung Alisa, Rahwan melihat kedamaian, kegembiraan, tawa, cinta, dan segala macam hal baik yang menenangkan. Tentu untuk mendapatkan hal-hal tersebut harus melalui banyak ujian dan cobaan. Bukankah jika ingin mendapat sesuatu yang memuaskan harus menempuh cara yang tidak mulus?
"Saya akan melindungi Anda, Yang Mulia Putri Alisa."
Lentera malam bertakhta angkuh, berikan senyuman puasnya menyaksikan setiap adegan malam yang tidak dapat dilihat sang siang. Di mana semua rahasia umumnya terjadi di kala malam, jauh dari hingar bingar sinar lentera siang. Rahasia adalah rahasia, bahkan semesta sekali pun tidak akan beritahu pada dunia bila itu teramat rahasia. Bagi malam, rahasia-rahasia yang dipegangnya tidak akan dilepas begitu saja.
Rahasia akan terungkap, bila sumber rahasia sendiri yang mengungkapkannya atau bertindak tidak dapat menjaga rahasia dengan baik. Rahwan memegang banyak rahasia, tidak berniat membocorkannya. Namun, bila orang lain tahu akan rahasia itu, dia tidak akan merahasiakan lagi, tetapi bukan berarti dia akan beritahu semua rahasia itu. Cukup membingungkan, bukan?
*
Pasaman Barat, 12 Juni 2022

KAMU SEDANG MEMBACA
Merampas Nyawamu (Tamat)
FantasyAPA ada lelaki sukses tanpa seorang wanita hebat yang berdiri tegap di belakangnya? Tidak! Wanita adalah tulang rusuk yang membuat lelaki kokoh berdiri. Lantas, mengapa Arsean malah membuang Alisa di tempat pelelangan wanita? Apa itu perbuatan terho...