Bab 3 : Mari Bekerjasama, Rivalku!

114 26 0
                                    

Bab 3 : Mari Bekerjasama, Rivalku!
.
.
.

ALISA menatap wajah Gloui yang ingin tahu, dia tersenyum lebar sambil menggeleng. "Tidak ada apa-apa, Ibunda. Tenanglah! Semua ini hanya sebagian kecil dari sebuah pendewasaan hubungan."

Dengan tatapan curiga, Gloui menjawab, "Jangan menyembunyikan apa pun dari Ibunda, Alisa. Kamu seperti berusaha menjauhkan Arsean dari keluarga ini."

Alisa semakin melebarkan senyuman, lebih mirip seperti menyeringai dan itu adalah penampakan terbaru di mata Gloui. Tiada tatapan sedih saat ditinggal Arsean, tiada wajah lesu berpisah dari Arsean. Perempuan itu berjalan menjauhi gerbang, menuju Istana Tulip.

"Ibunda, hanya satu yang kupinta. Teruslah bersikap tidak menyukai Arsean, teruslah untuk tidak menginginkan dia ada di antara kita. Dengan begitu, aku percaya kalau dia akan sedikit demi sedikit merasa risau dan terkendala."

Gloui benar-benar tidak memahami putrinya yang sekarang, tapi tetap memilih diam dan membenarkan ucapan Alisa. Dia mesti tetap tidak menyukai kehadiran Arsean. Dari pertama sampai kapan pun, Gloui tetap tidak akan pernah menyukai Arsean. Dia hanya merasa bahwa lelaki pewaris tunggal Count Davoca penuh kepalsuan walau orang-orang menganggapnya bak malaikat yang sempurna.

Aroma tulip tercium samar saat lokasi gerbang semakin mereka jauhi, berganti dengan aroma mawar yang menyengat. Saling diam, saling berpikir. Alisa yang memikirkan langkah selanjutnya, dan Gloui yang memikirkan perubahan dari putri Istana Tulip. Keduanya tidak lepas dari pengamatan seorang dayang di posisi bersembunyi.

"Jangan banyak berpikir dan bertindak, Alisa. Tubuhmu masih belum sehat sempurna. Istirahatlah yang banyak! Ibunda ke istana utama dahulu," kata Gloui sambil mengecup singkat kening Alisa.

Putri Istana Tulip mengangguk, mendadahi Gloui yang pergi diiringi beberapa dayang setia. Anak bungsu Ratu Kerajaan Cahaya memasuki Istana Tulip, diiringi oleh Naesha yang berwajah gelisah. Bukan tidak ingin menanyakan mengapa dayang pribadinya terlampau risau, hanya saja banyak dayang yang berkeliaran.

Sesampai di kamar dan mengunci pintu, barulah Alisa bertanya, "Katakan apa yang membuat Anda tampak gelisah, Na!" Perempuan utama di Istana Tulip duduk di kasur, meneguk segelas air yang disodorkan oleh Naesha.

Sang dayang ikut duduk, mengigiti bibir bawahnya. "Maaf sebelumnya, Yang Mulia. Tapi, tadi saya melihat seorang dayang tampak mengawasi Anda dan Yang Mulia Ratu."

Kening Alisa berkerut, menatap sepasang mata cokelat muda di hadapannya. Tiba-tiba terlintas satu nama dan wajah perempuan yang mengkhianatinya di penglihatan kematian keluarganya, bekerjasama dengan Arsean. Alisa tahu bahwa ingatannya tentang peristiwa buruk itu tidak terlalu jernih, tapi setiap adegan yang ada saat sekarang kembali menjernihkan kepingan itu.

"Apa mungkin Reala?"

Naesha mengangkat wajah, menatap terkejut pada Alisa. "Apa Anda sudah mengetahuinya, Yang Mulia?"

Alisa meluruskan kembali posisi duduknya, kemudian berdiri dan berjalan ke arah jendela yang menghadap ke hamparan bunga tulip beragam warna, di mana dua pekerja kebun sedang membersihkan taman tulip tersebut. Jemari Alisa menelusuri bibir gelas, menyungging senyuman licik.

"Ingin menyingkirkan dia, Naesha?"

Terdiam. Naesha menatap tidak percaya pada tuan putrinya. Selama ini, Naesha memang tidak menyukai seorang dayang Istana Tulip yang namanya barusan disebut oleh Alisa. Naesha menunduk, lalu menggeleng. Dia membenci Reala, tapi bukan berarti berniat menyingkirkan dayang yang lebih muda darinya itu.

Alisa menyungging senyuman miring mendapati respon Naesha yang begitu. "Bila kusebut dia berniat menghabisi nyawaku, apa Anda tetap tidak ingin menyingkirkan dia?"

Merampas Nyawamu (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang