Winter datang pagi-pagi hari itu. Selain mengikuti proses rekaman, ia juga harus mengikuti kegiatan lain seperti penulisan lirik, pembuatan instrumental, mixing dan lain sebagainya. Ia juga tidak berpikir banyak tentang pertemuannya dengan Jaemin kemarin. Ia pikir itu merupakan hal yang wajar saja.
Lain halnya dengan Jaemin yang sedikit menantikan pertemuannya dengan Winter lagi. Entah kenapa rasanya aneh bertemu lagi dengan gadis judes itu setelah tiga tahun berlalu. Ia masih tetap keras kepala seperti biasa dan tentu saja melihat Winter kesal selalu menjadi hal yang menarik untuknya. Tapi yang pasti, Jaemin ikut senang karena Winter mulai menapaki mimpinya menjadi seorang komposer.
Jadwal rekaman untuk hari itu adalah malam hari setelah semua jadwalnya yaitu syuting dan pemotretannya selesai. Jaemin entah mengapa merasa sangat bersemangat untuk jadwal terakhirnya itu. Meskipun itu adalah malam hari dan ia sangat lelah karena jadwal kegiatan sebelumnya.
Sebelum rekaman dimulai mereka makan malam dulu. Setelah makan terkadang Jaemin suka menghilang. Ia beralasan mau ke toilet karena sakit perut. Tapi nyatanya ia pergi ke tempat sepi untuk merokok. Ya, kebiasaan buruknya dari remaja belum bisa ia hilangkan. Namun frekuensinya agak jarang, karena ia harus benar-benar menjaga dirinya.
Ia pergi ke rooftop gedung ke pojok tempat ia biasa merokok. Ia berjalan santai dan tiba-tiba ia tertegun karena sudah ada orang di situ. Ia memasukkan kembali rokoknya ke balik jaketnya lalu berbalik pergi.
"Hei, Na Jaemin." Panggil sosok itu.
Jaemin berbalik dan mengenali sosok itu, "Ngapain kamu di situ?" Jaemin mendekati Winter dan agak sedikit terkejut ketika ia melihat sebatang rokok di pucuk jarinya.
"Kamu ngikutin aku?" Tanya Jaemin sambil terkekeh.
Winter mendengus, "Ini?" Ia mengangkat tangannya lalu menghisap rokoknya lalu mengepulkan asapnya.
Jaemin mendekat ke arah Winter dan berdiri di sampingnya. Ia mengeluarkan rokoknya sendiri. Winter menawarkan rokoknya untuk menyalakan rokok Jaemin.
Jaemin menghisap rokoknya dan mengepulkan asapnya, "Sekarang malah kita sebat bareng. Padahal dulu kamu bilang aku bodoh gara-gara ngerokok di sekolah."
"Ya yang bodoh kan karena kamu ngerokok di sekolah. Kalau di tempat lain ya terserah." Kata Winter. "I'm not even judging you because you smoke."
Jaemin hanya tertawa kecil.
"Agensi kamu tau kamu ngerokok?" Tanya Winter.
"Nggak. Bahkan manager dan memberku juga ga tau."
"Tapi kamu ngerokok di kantor kamu sendiri."
"Ya karena cuma bisa di sini. Aku ga bisa ngerokok di dorm juga." Kata Jaemin, "Tapi jarang-jarang juga kalau sekarang."
"Sial banget ya kamu pas mau ngerokok malah ketemu sama aku lagi." Ujar Winter.
"Ya ga sial. Beruntung malah." Jaemin mengepulkan asapnya lalu memandang Winter.
Entah kenapa pemandangan ini, ketika Jaemin mengepulkan asap dengan rokok di tangannya terlihat maskulin di mata Winter. Mungkin karena mereka sudah dewasa?
"Begitu ya..." Komentar Winter agak salah tingkah.
"Sejak kapan kamu mulai ngerokok?" Tanya Jaemin.
"Baru-baru ini sih. Akhir-akhir ini agak mumet gara-gara kerjaan dan kuliah." Ujar Winter.
"Sama, akhir-akhir ini sibuk banget. Jadwalku padet banget, bisa ngerokok gini jadi agak rileks dikit." Kata Jaemin, "Apalagi ada temennya gini."
"Mulai deh godain aku." Ujar Winter ketus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cigarette and Condom
FanfictionWe don't need to know right now Check if it's love The world is too complicated How about living simply? Will you sleep by holding my hand forever? Will you be responsible for me forever? We don't need to know right now (Lyrics: Cigarette and Condom...