Chapter 18: Restu

1.3K 136 59
                                    

Jaemin bangun lebih dulu dari Winter dan mendapati gadis itu masih tidur nyenyak dalam pelukannya. Jaemin tersenyum dan mengelus lembut pipi Winter.

"Winter... Bangun." Bisiknya.

"Hmm?" Winter hanya bergumam saja.

"Winter..." Panggil Jaemin lagi.

Winter perlahan membuka matanya dan melihat ke arah Jaemin. Ia tersenyum dan menyusup lagi ke dalam pelukkan Jaemin dengan manja.

"Hey, kenapa malah tidur lagi?" Jaemin tertawa kecil.

Winter yang tengah tenang bergelung dalam pelukan Jaemin tiba-tiba saja bangun. Jaemin memandangnya bingung. Tanpa mengatakan apa-apa Winter langsung lari keluar kamar. Jaemin buru-buru mengikutinya dimana Winter berlari ke kamar mandi.

"Winter, kenapa?" Tanya Jaemin.

Winter lari ke arah wastafel dan muntah-muntah tapi tidak ada apa-apa yang dikeluarkan. Jaemin dengan sigap memegangi rambutnya dan mengelus punggungnya. Jaemin pernah tau kalau wanita hamil sering mengalami morning sickness. Hal itu kini terjadi di depan matanya. Melihat Winter kepayahan seperti ini membuat hati Jaemin sakit. Sesulit itu ternyata menjadi ibu hamil. Jaemin berharap ia bisa menggantikan Winter tapi ya pasti tidak mungkin, ia hanya bisa membantu Winter semampu yang bisa ia lakukan.

Winter bernafas berat setelah muntah-muntah tadi. Jaemin dengan lembut menyeka mulut Winter dan melapnya dengan tisu.

"Gimana? Mau tiduran aja? Atau kamu mau makan sesuatu?" Tanya Jaemin sambil mengelus rambut Winter dan menepuk punggung Winter dengan lembut.

"Bingung." Kata Winter karena ia memang benar-benar tidak tau bagaimana caranya membuat badannya nyaman. Ia terisak dan memeluk Jaemin.

"Aku pijetin mau?" Tanya Jaemin.

Winter menggeleng.

"Mau ngemil? Kamu biasanya suka ngemil." Ucap Jaemin.

"Mau eskrim." Kata Winter manja dan memeluk Jaemin lebih erat.

Siapa juga yang pagi-pagi makan eskrim? Tapi ya karena ini permintaan ibu hamil pasti akan dituruti.

Di tengah kehebohan mereka di pagi hari, mereka tidak sadar sedari tadi ada tiga pasang mata yang memperhatikan mereka. Ya, keluarga Winter sudah berada di meja makan dan melihat semua yang terjadi. Jaemin yang tersadar kalau sedang diperhatikan menjadi salah tingkah.

"Se-selamat pagi, Abeonim, Eommonim, Hyungnim." Sapa Jaemin yang berusaha membungkuk tapi sulit karena Winter yang menempel padanya. Rasanya canggung sekali.

Ibu Winter tersenyum, "Selamat pagi, ayo sini sarapan dulu."

Melihat anak perempuannya begitu bergantung pada Jaemin dan juga Jaemin yang memperlakukan Winter dengan lembut membuat ibu Winter merasa sedikit tenang jika pada akhirnya ia melepas anaknya itu untuk menikahi Jaemin. Setidaknya, putrinya bersama laki-laki yang sangat mencintainya.

"Ga mau, Eomma... maunya eskrim." Kata Winter yang masih memeluk Jaemin.

Jaemin bingung. Ia merasa tidak enak karena Winter yang terus memeluknya di hadapan keluarganya. Tapi tidak mungkin juga ia melepaskan Winter, bisa-bisa Winter malah merajuk.

"Tapi kita ga punya eskrim." Kata ibunya.

"Eh, biar saya aja yang beli. Di dekat sini ada mini market?" Tanya Jaemin.

"Ada sih, tapi gimana ya nunjukinnya?" Jawab ibu Winter.

"Yaudah aku anterin aja." Kata Jungwoo menawarkan diri.

Cigarette and CondomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang