Chapter 7: That One Night

4K 203 21
                                    

Kejadian terakhir di rooftop dengan Jaemin membuat Winter overthinking.

"Aku ga akan nahan diri lagi."

Kata-kata itu terus terngiang di kepala Winter. Menahan diri dari apa? Memangnya selama ini apa yang ditahan Jaemin dan kenapa?

Sejak saat itu juga Winter menghindari pergi ke rooftop. Ia takut bertemu dengan Jaemin berdua saja. Ia takut suasana menjadi canggung. Ditambah lagi ia juga bingung terhadap perasaannya sendiri. Meskipun ia berusaha melupakannya, tetap saja rasa bibir Jaemin yang menempel di kulitnya terus terngiang. Anehnya badannya selalu terasa panas dan rasa geli menjalari tubuhnya.

Malam itu Winter berdiam diri di ruangan mixing. Sebenarnya pekerjaannya untuk hari itu sudah selesai dan ia bisa pulang. Tapi pikirannya penuh dan ia ingin rehat sejenak di ruangan sunyi itu.

Tok. Tok.

Terdengar suara pintu diketuk. Kenapa malam-malam begini masih ada orang yang mau ke ruang mixing. Sudah jelas pintu terkunci menandakan ada orang di dalam. Winter hanya mengabaikan suara ketukan itu dan merebahkan kepalanya di meja.

Tok.Tok.Tok.

Suara ketukan semakin kencang dan sering. Winter merasa terganggu. Ia sebal sekali ada yang menganggu renungan malamnya. Ia akhirnya memutuskan untuk membuka pintu. Mungkin saja itu satpam atau entah siapa.

Winter membuka pintunya dan buru-buru ia tutup kembali. Tapi orang di depan pintu itu menahannya dengan kakinya. Ia mendorong pintu sampai terbuka kembali, menerobos masuk lalu mengunci lagi pintu di belakangnya.

"Ya! Kau mau apa ke sini?" Tanya Winter.

"Sudah kuduga kamu di sini." Jawab Jaemin.

"Terus kenapa? Ada perlu apa?"

"Kayanya akhir-akhir ini aku jarang liat kamu. Di rooftop juga ga keliatan. Chat ga dibalas. Kamu menghindariku?" Tanya Jaemin.

Winter mengalihkan pandangannya, "Menghidar kenapa?"

"Ya ga tau. Kan aku yang tanya."

"Aku... ga menghindar. Aku sibuk."

"Oh gitu." Jaemin mendekat ke arah Winter, memerangkapnya di antara tubuhnya dan meja. "Sibuk banget ya kayanya."

Winter memalingkan wajahnya, "Kamu kenapa berdiri deket banget."

Jaemin tersenyum miring, "Aku kangen. Jadinya aku pengen liat kamu dari dekat." Lalu Jaemin menyingkir dan duduk di kursi di sebelah Winter.

Winter akhirnya bisa bernafas sedikit lega. Pengaruh Jaemin yang berada dekat dengannya benar-benar tidak bisa ia mengerti. Padahal dulu biasa-biasa saja. Malah bawaannya ingin berseteru saja. Winterpun ikut duduk di kursi sebelah Jaemin, lututnya rasanya lemas.

"Emang kamu lagi ngerjain apa sih?" Tanya Jaemin.

"Lagi ngerjain albumnya Red Velvet." Jawab Winter.

"Oh, full album?"

"Iya."

"Singkat padat jelas banget jawabnya."

"Ya memang gitu kan. Aku harus jawab apa lagi."

"Kamu harus jawab kenapa kamu ga ngerokok di rooftop, kenapa kamu ga balas chat ku, kenapa kamu ngilang seolah-olah ngehindarin aku." Kata Jaemin. Ia memandang Winter lekat-lekat sambil menopangkan wajahnya.

"Aku kan udah bilang lagi sibuk."

"Rasanya bukan itu deh penyebabnya."

"Kamu nanya, aku jawab tapi kamu meragukan jawabanku. Lalu apa poinnya bertanya? Kalau gitu jawab aja sendiri, ga usah nanya!" Ujar Winter sewot.

Cigarette and CondomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang