Setelah beberapa lama akhirnya Winter berhasil menenangkan dirinya. Mau tidak mau ia harus memberi tau Jaemin, tapi ia tidak yakin kapan. Saat ini mungkin Jaemin sedang sibuk dengan jadwalnya. Kalau Winter tiba-tiba bilang kalau ia hamil, Jaemin pasti kaget. Tapi kalau ia tidak segera memberitahunya, ia khawatir perutnya akan semakin membesar dan semuanya akan terlambat.
Seperti doa yang terjawab, ponselnya berdering dan yang meneleponnya adalah Jaemin.
"Halo, Win. Lagi apa dimana? Ini anak-anak DreamZ ngajakin makan bareng." Kata Jaemin di seberang telepon sana.
"Jaem..." Ucap Winter lemah.
"Winter? Kenapa? Kamu sakit?" Tanya Jaemin yang menyadari suara Winter yang berbeda.
Winter diujung telepon sana malah menangis dan membuat Jaemin semakin khawatir.
"Winter? Kamu kenapa?"
Winter tidak menjawab dan malah menangis semakin kencang.
"Kamu dimana? Di rumah atau di kantor? Aku ke sana."
"Di rumah..." Jawab Winter sambil sesenggukan.
"Oke aku ke sana. Kamu tunggu ya."
Jaemin segera pergi ke rumah Winter dan membatalkan acara makan bersamanya dengan member DreamZ. Pikirannya sangat kacau ketika mendengar isak tangis Winter di telepon. Segera ia masuk ke unit apartemen Winter dan mendapati Winter yang masih terduduk di pintu kamar mandi. Ia sudah tidak menangis tapi pandangan matanya kosong.
"Winter, kamu kenapa?" Kata Jaemin khawatir.
"Jaemin..." Winter memandang Jaemin dan matanya kembali berkaca-kaca, "Gimana ini?"
"Gimana apanya?"
"Ini... gimana...?" Winter mengangkat stik tipis itu.
Jaemin melihatnya dan hatinya mencelos ketika melihat dua garis merah di stik yang Winter tunjukkan.
"Gimana ini, Jaemin. Gimana?" Winter menangis lagi.
Otak Jaemin juga rasanya macet. Ia belum bisa menerima kejadian ini sepenuhnya. Ia paham betul tanda dua garis itu. Winter hamil dan itu adalah anaknya. Ada rasa bahagia di hatinya namun ada keresahan tersendiri.
Jaemin merengkuh Winter ke dalam pelukannya, "Ga apa-apa, Win. Semua bakal baik-baik aja." Siapa yang ia bohongi? Jaemin tau ini tidak baik-baik saja, tapi ia berusaha untuk baik-baik saja di depan Winter.
Jaemin mengangkat Winter dan membawanya untuk duduk di sofa. Ia memeluk sambil mengelus lembut rambut Winter dan mereka berdua hanya bisa terdiam. Kejadian ini sungguh mengejutkan dan keduanya sedang sama-sama memroses kenyataan ini.
"Maaf." Ucap Winter akhirnya memecah keheningan.
"Kenapa? Kamu ga salah apa-apa."
"Aku hamil, Jaem. Ini kacau banget."
"Aku udah bilang kan? Ga apa-apa. Bukannya itu kabar baik?"
"Tapi gimana dengan kamu? Gimana dengan DreamZ?" Kata Winter, "Apa aku aborsi aja ya, Jaem?"
"Apa?!" Jaemin melihat ke arah Winter dengan tatapan tajam, "Don't even think about it, Winter. Aku ga akan ngebolehin kamu aborsi. Aku mau anak kita lahir ke dunia ini."
Anak kita.
Mendengar itu hati Winter terasa hangat. Tanpa sadar ia mengelus perutnya. Jaemin menginginkan anak ini juga. Itu lebih dari cukup bagi Winter.
"Tapi ga akan mudah, Jaemin." Ucap Winter.
"Ya, mungkin." Kata Jaemin, "Besok aku akan coba ngomong sama agensi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cigarette and Condom
FanfictionWe don't need to know right now Check if it's love The world is too complicated How about living simply? Will you sleep by holding my hand forever? Will you be responsible for me forever? We don't need to know right now (Lyrics: Cigarette and Condom...