Part 13

142 18 1
                                    

Bismillah

                  DOA MANTAN

#part 13

#by: R.D.Lestari

Pov. Mia.

"Hah? di mana, Dek?"

"Dia keluar negeri bersama dengan Frans, mantan pacarnya sewaktu kuliah,"

"Frans? jadi ...,"

"Kak ... Kakak... Kak Boy?"

Aku membeku. Tanpa sadar runguku menangkap pembicaraan Pak Boy dan adiknya.

Hatiku mencelos. Pedih. Aku menyentuh dadaku yang tiba-tiba bergemuruh saat Pak Boy mengucap nama Jean, kekasihnya yang pergi begitu saja saat hari pernikahan mereka.

Aku cemburu. Jujur. Karena memang nama Pak Boy lah yang selalu ada di hatiku.

Dari nada bicara Pak Boy, aku bisa menangkap perasaan yang berbeda. Pak Boy masih sangat mencintainya.

Ya, aku bisa apa? aku hanya istri kontrak dan sebagai penyelamat dari rasa malu baginya.

Bukankah sedari dulu hanya aku yang jatuh cinta? sedang dia tak pernah punya rasa sedikitpun di hatinya.

Cinta bertepuk sebelah tangan. Hingga aku dewasa dan berharap bisa punya kesempatan, tapi ternyata hatinya tetap sama. Tak ada sedikitpun celah dan ruang untukku disana.

Tubuhku bergetar. Panas tiba-tiba menyelimuti mata, pandanganku mengabur dan satu persatu bulir itu luruh.

"Kakak... apa Mia sudah selesai? aku lapar,"

Suara Tabitha membuatku tersadar. Segera menyeka air mata yang masih tersisa. Mengapa aku bisa serapuh ini?

Seminggu ... ya, hanya dalam tempo seminggu bunga-bunga cinta itu kian subur tumbuh di dalam kalbu.

Namanya semakin jelas mengaung di setiap doaku. Aku bersyukur, meski hanya ada dalam anganku, seminggu ini bisa hidup bersama dan menatap wajahnya setiap waktu.

Meski ... cinta ini hanya kurasakan sendiri, dan ia ... tak pernah menanggapi.

Aku sudah cukup bahagia. Jangankan untuk melihat senyum yang terulas di wajahnya, menatap punggungnya yang lebar saja sudah membuat hariku terasa indah.

Drap-drap-drap!

Terdengar derap langkah kaki mendekat. Dari getaran dan suaranya aku tau itu adalah langkah kaki Pak Boy, suami kontrakku.

Aku menepuk wajahku pelan, dan berusaha keras menyunggingkan senyum palsu di wajah. Tak mungkin menjatuhkan harga diriku terus menerus, bukan?

Aku harus sadar diri. Meski umurku jauh di bawah Jean, tapi untuk fisik kami berbeda jauh.

Harus kuakui Jean yang berdarah campuran memang sangat cantik, sedang aku yang punya wajah wanita indonesia asli, sangat jauh tertinggal dengannya. Bak langit dan bumi.

"Apa kamu sudah menyiapkan semuanya, Mia? ayo, kita makan bersama," suara bass Pak Boy terdengar indah di telingaku, menimbulkan getar-getar halus di relung jiwaku.

Aku hanya mengangguk pelan. Jangankan berani untuk menatap wajahnya yang tampan, menjawab ucapannya saja hatiku terasa teriris. Mengetahui jika ia masih sangat mencintai mantan kekasihnya itu.

"Mia?"

"Si--silahkan makan, Pak... sudah saya siapkan, tapi saya mohon maaf, saya amat lelah dan ingin segera istirahat," ucapku. Aku melewatinya dengan cepat dan masuk ke dalam kamar.

Krettt!

Pintu kamar kututup dan kukunci perlahan. Aku kemudian duduk di pinggir ranjang dan menatap jauh keluar jendela.

Doa Mantan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang