part 36

113 18 5
                                    

Bismillah

                     Doa Mantan

"Heem, Pak Boy," Mia menyunggingkan senyum, menggoda Lestari yang saat ini hanya bisa terbengong tak percaya.

"Lu jangan bercanda Mi, gua benar-benar marah sama lu kalau lu bercandain Gua," ancam Lestari yang saat itu menatap nyalang ke arah Mia saat itu terkekeh geli.

"Gak Les gua nggak bohong, Pak Boy memang suami gue kalau lu nggak percaya, ayo kita dekati," Mia menarik tangan Lestari mendekati lapangan. Ia lalu duduk di sisi lapangan dan menatap Pak Boy yang sedang memberi pengarahan kepada murid-muridnya.

Merasa diperhatikan Pak Boy lalu menghentikan aksinya dan memutar tubuhnya.

Betapa terkejutnya Ia saat melihat Mia sedang duduk bersama seorang wanita di sampingnya.

Wajah Pak Boy terang saja memerah, karena malu dan juga salah tingkah karena tak menyangka istri manisnya kini ada di hadapannya.

Dengan ragu-ragu Pak Boy mengangkat tangannya dan melambai ke arah Mia yang langsung membalas lambaian Pak Boy.

Sontak kejadian itu membuat murid-muridnya bertanya-tanya. Fans fanatik Pak Boy itu mulai kepo dengan kehadiran wanita cantik yang menyambut lambaian tangan Pak Boy dengan senyum yang membingkai wajahnya.

Pak Boy lantas membalikkan tubuhnya kembali dan berkata," anak-anak Bapak permisi ke sana sebentar ya, ada temen Bapak datang,"

"Teman bapak atau istri bapak?" Tita menyindir Pak Boy.

Sontak sindiran Tita itu membuat kericuhan di antara murid-murid Pak Boy yang saat itu berada di lapangan.

Mereka sama sekali tak tahu jika Pak Boy sudah menikah, karena pernikahan Pak Boy dilaksanakan secara privat dan tidak mengundang orang banyak termasuk guru-guru, sebagian memang tidak diundang dan hanya beberapa orang saja.

"Ehm, iya istri bapak," Pak Boy salah tingkah saat menjawab pertanyaan Tita itu.

Sebenarnya ia tidak ingin jujur, tapi ia takut kebohongan itu akan menyakiti hati Mia.

Ia tak ingin pertengkaran kembali muncul antara ia dan Mia di saat rasa cinta itu sedang bersemi indah.

Jawaban Pak Boy itu membuat wajah Tita memerah, kesal. Ia ingin Pak Boy menjawab dengan kebohongan, dengan begitu berarti Pak boy bukan tipe lelaki yang setia, menurutnya.

Namun, ternyata Pak Boy menjawab dengan jujur. Tampak sekali jika Pak Boy bucin dengan wanita yang sedang duduk di bangku pinggir lapangan itu.

Sorak sorai mulai terdengar saat Pak Boy melangkah mendekati Mia, Pak Boy menggaruk rambut bagian belakang meskipun tidak gatal, ia salah tingkah.

"Sayang, kamu haus nggak? Aku beliin jus ya?" Tanya Mia saat Pak Boy tiba di hadapannya.

Lestari yang masih tak percaya hanya menatap Pak Boy tanpa berkedip sedikitpun.

Pak Boy menoleh ke arah Lestari dan memperhatikannya dengan seksama.

"Lestari ya? anak kelas 3B dulu?" tanya Pak Boy.

Lestari yang terpesona dengan Pak Boy masih terbengong dan tidak menjawab ucapan Pak Boy.

Mia pun menoleh dan melihat ekspresi Lestari yang begitu lucu.

Puk!

Satu pukulan telak mendarat di bahu Lestari. Saat itu jugalah Lestari terjingkat.

"Ga gitu juga kali ngelihati suami orang," Mia kembali menggoda Lestari.

Lestari mengalihkan pandangannya ke arah Mia dan kedua tangannya pun mengibas-ngibas.

"Bukan gitu! Gua masih nggak percaya lu nikah sama... Pak Boy!" Lestari berusaha membela dirinya agar Mia tak salah paham.

"Udah-udah, Mia ngapain ke sini? Kan Bapak lagi kerja," tanya Pak Boy yang membuat Mia langsung mengalihkan pandangannya ke arah laki-laki tinggi itu.

"Kenapa? emang nggak boleh Pak?" Ia langsung cemberut saat mendengar pertanyaan Pak Boy itu.

"Bukan begitu, cuma malu sama anak-anak," jujur Pak Boy.

Mia diam untuk beberapa saat. Sedang nama pak Boy kembali dipanggil murid-muridnya.

"Oke deh Pak kalau gitu Mia sama Tari pergi dulu, ya. Baik-baik kerja, love youuu," ucap Mia yang langsung membuat Pak Boy membeku, salah tingkah dan hanya bisa mengangguk.

Mia langsung menarik tangan temannya dan pergi dari tempat itu, sedang Pak Boy kembali ke tempat berkumpulnya anak-anak tadi.

Di depan sekolah, Tari menepuk bahu temannya itu dengan gemas. Ia masih tidak percaya jika temannya itu telah menikah dengan idolanya semasa SMA.

"Gua masih nggak percaya Lu nikah sama Pak Boy, pelet apa yang lu pake, Mia," sembari berdecak Lestari pun menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia melipat kedua tangannya di dada dan menatap jalanan.

"Somplak Lu, enak aja pakai pelet, kagaklah! semua itu sepertinya sudah takdir Tuhan, makanya banyakin doa, jangan banyakin maksiat, he-he-he," Mia menyenggol bahu temannya yang membuat Lestari kembai menoleh ke arahnya.

"Hebat lu Mi, nggak nyangka penantian beberapa tahun Lu akhirnya dapat juga tuh pak guru ganteng,"

"Lu nggak tahu aja sih Les, gua juga nggak nyangka bisa nikah sama Pak guru, mungkin udah nasib gue kali Les, secara Gua doain terus bisa sama Pak Guru," Mia tersenyum simpul sebelum mereka akhirnya masuk ke dalam taksi online dan pergi ke tempat mereka janjikan.

Sementara itu Tita seperti memendam perasaan kesal sedari tadi.

Ia cemburu buta melihat Pak guru didatangi istrinya. Ia pun tak menyangka ternyata istri pak guru itu imut dan cantik meski hanya dibalut  dengan pakaian  sederhana.

Tita pun mengikuti Pak Boy ke arah gudang saat akan menyimpan alat-alat olahraganya.

Tita mengendap-ngendap agar tidak ketahuan. Begitu Pak Boy masuk ke dalam gudang...

Brak!

Tita mengunci pintu gudang dari luar. Pak Boy yang tak sadar jika pintu tertutup dengan pelan, mengabaikan suara pintu dan tetap membereskan alat-alat kerjanya.

Ia pun tersadar saat akan membuka pintu yang tertutup dan ternyata pintu sudah terkunci.

Gudang yang terdapat di ujung sekolah, dan bangunan yang terpisah dari bangunan yang lain membuat suara Pak Boy yang berteriak tidak terdengar.

Pak Boy merogoh kantongnya dan meraih handphone, ia kemudian berusaha menelpon, tapi sayangnya handphone Pak Boy mati karena baterai low.

Pupuslah harapan Pak Boy, laki-laki tampan itu kemudian hanya bisa meluruh ke lantai dan terduduk.

Ruangan yang tidak memiliki jendela itu membuat dada Pak Boy sesak. Dia hanya bisa menatap sekeliling mencari celah untuk bisa keluar dari gudang sekolah itu.

Karena kelelahan Pak Boy lalu tertidur, hingga tanpa sadar ia berada di gudang itu sampai hari menjelang malam.

Mia yang sejak tadi sudah berada di rumah, tampak khawatir karena suaminya tidak pulang-pulang.

Berulang kali ia menelpon Pak Boy tapi tak jua ada jawaban. Mia benar-benar frustasi takut Pak Boy kenapa-napa.

Sedang Pak Boy di dalam gudang hanya bisa mendesah saat mendengar lantunan azan maghrib menggema di luar.

Saat-saat itu bukan hanya perutnya lapar dan haus yang mendera, kepalanya pun pusing dan matanya berkunang-kunang.

"Pak Boy, apa kamu di dalam?" Terdengar suara seseorang di luar yang langsung membuat Pak Boy bersemangat.

"Ya, aku di dalam," sahut Pak Boy.

Lelaki matang itu kemudian menggeser tubuhnya, tak lama pintu terbuka dan...

Doa Mantan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang