Bismillah
Doa Mantan
#part 17
#by: R.D.Lestari.
Pak Guru melirik sejenak, ia kemudian mengangguk pelan dan kembali fokus ke jalan.
Mia mengalihkan pandangan ke arah jalan. Meskipun hatinya sakit karena ucapan Pak Guru barusan, Mia tetap pada pendiriannya.
Tiga minggu saja. Setelah itu, ia benar-benar akan berhenti berharap. Mengubur semua impiannya pada Pak Boy, Guru tampannya.
***
Mobil menepi di sebuah gedung. Mia begitu saja menarik tangan putih Pak Guru dan mengecupnya.
"Mia pergi dulu, Pak Guru. Makan jangan telat. Love you,"
Pipi Pak Guru seketika memerah. Mengangguk dan salah tingkah. Gadis manis itu berlari kecil. Setidaknya, ia punya waktu tiga minggu. Ia tak ingin malu-malu lagi.
Walaupun pernikahan kontrak, tapi di mata agama, mereka sah sebagai suami istri.
Dengan tersenyum lebar, Mia menemui Lisa yang saat itu sudah bersiap-siap di ruang make-up.
"Kak Lisa...," wajah Mia menyembul, sengaja hendak mengagetkannya.
"Ya ampun, Mia!" wanita berhijab pink itu menyambut Mia dan memeluknya.
Cukup lama mereka saling berpelukan, Lisa menarik tangan Mia dan mengajaknya duduk di kursi dekat meja rias.
"Gimana, Mi? seneng hidup berumah tangga sama Pak Guru tampan?"
Mia hanya mendesah mendengar pertanyaan Lisa.
"Ya, gimana ya, Kak. Pak guru masih sangat mencintai mantannya itu,"
"Hah? terus gimana nasibmu?"
"Tiga minggu lagi juga kami cerai, Kak. Mau gimana lagi, namanya juga kontrak," Mia tersenyum kecut.
"Ya ampun, Mi. Kasihannya kamu, tapi kamu ga diapa-apain, 'kan?"
Mia menggeleng pelan. "Owh, syukurlah,"
"Dah, yuk, kita kerja. Cari duit yang banyak," Lisa menepuk pundak Mia. Mereka pun bergegas dan bersiap untuk bekerja.
***
Boy berulang kali menatap jam dinding. Rumah terasa sepi, biasa ada suara Mia yang bernyanyi di dalam kamar.Derrt-derrrtt!
Ponsel Boy tiba-tiba bergetar. Lelaki matang itu meraih ponselnya yang ada di atas meja dan melihat di layar.
Alisnya mengernyit heran. Nomor tak di kenal. Ada rasa ragu menelisik dalam hatinya, tapi akhirnya ia mengangkat telpon itu.
["Assalamualaikum,"]
["Boy ... Mas Boy ...,"]
Dada Boy mendadak sesak. Suara itu .... suara yang amat ia rindukan. Merasa ini seperti mimpi, Boy menepuk pipinya pelan.
["Jean...,"]
["Mas, Boy ... maafin aku ... aku ...,"]
["Kau di mana, Jean. Ayo, kita ketemu!"]
Bibir Boy bergetar. Rasa ingin berjumpa tak dapat diungkapkan. Ia ingin marah. Ingin kesal. Semua akan ia ungkapkan saat bertemu dengannya.
Jean menyebut tempat tinggalnya dan Boy melesat saat itu juga, meski suara Azan sedang menggema, Boy tak perduli.
Antara rindu, kesal, benci jadi satu. Ia memacu mobilnya membelah jalan raya yang padat kendaraan. Tak perduli jalanan begitu ramai dan langit mulai menggelap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Doa Mantan
RomanceBoy mendengus kesal saat Jean, calon istrinya itu pergi begitu saja dan meninggalkannya di tengah pernikahan yang sedang berlangsung. Untuk menutupi rasa malu, Boy yang kebetulan bertemu dengan Mia, mantan muridnya, meminta untuk menjadi istri seme...